Mengenal Putri Basmah, Oprah Winfrey Timur Tengah Pengkritik Mohammad bin Salman
Minggu, 09 Januari 2022 - 11:52 WIB
RIYADH - Otoritas Arab Saudi telah membebaskan Putri Basmah binti Saud (57) dan putrinya, Suhoud al-Sharif, setelah tiga tahun dipenjara. Hingga dibebaskan, dakwaan terhadapnya tidak pernah terungkap.
Putri Basmah binti Saud, seorang anggota keluarga kerajaan yang lama dipandang sebagai pendukung hak-hak perempuan dan monarki konstitusional, telah ditahan sejak Maret 2019. Pada April 2020, ia memohon kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membebaskannya dengan alasan kesehatan namun tidak diberikan.
Siapakah putri yang memiliki nama lengkap Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud? Berikut adalah profilnya yang disarikan dari beberapa sumber.
Putri Basmah Binti Saud bin Abdulaziz al Saud adalah putri bungsu Raja Saud yang memerintah Arab Saudi dari tahun 1953-64. Ia memiliki karier yang sukses dalam bisnis, jurnalisme, dan kemanusiaan, sambil membesarkan lima anak hasil pernikahannya dengan Shuja bin Nami bin Shahin Al Sharif, yang berujung perceraian pada 2007.
Sikapnya yang ramah, suka berteman, dan komitmennya untuk membantu yang membutuhkan membuatnya dijuluki Oprah Winfrey dari Timur Tengah.
Basmah menghabiskan tahun-tahun awalnya di Beirut, Lebanon, bersama ibunya Putri Jamilla binti Asad, yang berasal dari Suriah. Dia menempuh pendidikan di sekolah swasta Inggris dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi Oxford dan Swiss.
Sebagai seorang pengusaha Basmah mendirikan kelompok Saudi Gourmet and Craze Brasseries, perusahaan komunikasi Media Ecco, dan akhirnya, proyek andalannya, Global United Lanterns Foundation. The Lanterns mengumpulkan dan mendistribusikan dana kepada mereka yang bekerja untuk kebaikan umat manusia.
Dia mengunjungi kamp-kamp pengungsi, menulis polemik di surat kabar Saudi dan Barat, dan memberi kuliah di Majelis Umum PBB, Chatham House, dan Oxford serta Cambridge Unions. Kegemarannya — memasak, mode, dan anak-anak — mengikutinya ke seluruh dunia.
Pada tahun 2011, Basmah memindahkan keluarganya ke Acton, London barat, tempat ia mendirikan Lanterns. Lima tahun kemudian dia menerbitkan "The Fourth Way," sebuah buku yang menguraikan model baru tata kelola yang berfokus pada ketidaksetaraan global.
Putri Basmah binti Saud, seorang anggota keluarga kerajaan yang lama dipandang sebagai pendukung hak-hak perempuan dan monarki konstitusional, telah ditahan sejak Maret 2019. Pada April 2020, ia memohon kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membebaskannya dengan alasan kesehatan namun tidak diberikan.
Siapakah putri yang memiliki nama lengkap Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud? Berikut adalah profilnya yang disarikan dari beberapa sumber.
Putri Basmah Binti Saud bin Abdulaziz al Saud adalah putri bungsu Raja Saud yang memerintah Arab Saudi dari tahun 1953-64. Ia memiliki karier yang sukses dalam bisnis, jurnalisme, dan kemanusiaan, sambil membesarkan lima anak hasil pernikahannya dengan Shuja bin Nami bin Shahin Al Sharif, yang berujung perceraian pada 2007.
Sikapnya yang ramah, suka berteman, dan komitmennya untuk membantu yang membutuhkan membuatnya dijuluki Oprah Winfrey dari Timur Tengah.
Basmah menghabiskan tahun-tahun awalnya di Beirut, Lebanon, bersama ibunya Putri Jamilla binti Asad, yang berasal dari Suriah. Dia menempuh pendidikan di sekolah swasta Inggris dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi Oxford dan Swiss.
Sebagai seorang pengusaha Basmah mendirikan kelompok Saudi Gourmet and Craze Brasseries, perusahaan komunikasi Media Ecco, dan akhirnya, proyek andalannya, Global United Lanterns Foundation. The Lanterns mengumpulkan dan mendistribusikan dana kepada mereka yang bekerja untuk kebaikan umat manusia.
Dia mengunjungi kamp-kamp pengungsi, menulis polemik di surat kabar Saudi dan Barat, dan memberi kuliah di Majelis Umum PBB, Chatham House, dan Oxford serta Cambridge Unions. Kegemarannya — memasak, mode, dan anak-anak — mengikutinya ke seluruh dunia.
Pada tahun 2011, Basmah memindahkan keluarganya ke Acton, London barat, tempat ia mendirikan Lanterns. Lima tahun kemudian dia menerbitkan "The Fourth Way," sebuah buku yang menguraikan model baru tata kelola yang berfokus pada ketidaksetaraan global.
tulis komentar anda