Bukan Melindungi, Tentara dan Polisi di Zimbabwe Malah Jadi Perampok
Sabtu, 08 Januari 2022 - 20:59 WIB
Kedua tentara itu telah ditangkap.
Sebelumnya, seorang prajurit yang sedang bertugas dari resimen komando elit Tentara Nasional Zimbabwe (ZNA) diidentifikasi sebagai salah satu tersangka perampok bersenjata yang terlibat dalam baku tembak fatal di rumah mantan detektif polisi Joseph Nemaisa di Chadcombe pada 6 Desember.
Dia ditembak mati di tempat oleh mantan detektif, bersama dengan dua kaki tangannya.
Setahun yang lalu, dua tentara lain diduga berkomplot dengan penjaga keamanan bank dan mencuri USD2,7 juta atau sekitar Rp38,6 miliar.
Ada beberapa teori yang berkembang untuk menjelaskan keterlibatan tentara dalam aksi perampokan.
Seorang mantan perwira militer dengan syarat anonim mengatakan perampokan ini terkait dengan runtuhnya ekonomi dan kondisi keuangan yang sulit yang dihadapi semua orang di negara itu.
“Orang-orang mengeksplorasi peluang yang tersedia bagi mereka untuk mencari nafkah. Politisi menjarah sumber daya nasional; pegawai negeri menerima suap. Tentara dan polisi juga menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk menghasilkan uang,” katanya.
“Tidak seperti banyak negara di kawasan ini, orang Zimbabwe tidak mempercayai sistem perbankan mereka karena kerugian yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2009, era hiperinflasi. Karena itu, semua orang menyimpan uang di rumah dalam bentuk mata uang AS (dolar) dan itu menarik (minat) penjahat,” tambahnya.
Juru bicara polisi Paul Nyathi mengatakan mereka telah menangkap 849 tersangka perampok pada tahun 2021. Dia mengatakan dalam beberapa perampokan, setelah penyelidikan, karyawan dari perusahaan ditemukan terlibat dan memberikan informasi pergerakan uang tunai.
Sebelumnya, seorang prajurit yang sedang bertugas dari resimen komando elit Tentara Nasional Zimbabwe (ZNA) diidentifikasi sebagai salah satu tersangka perampok bersenjata yang terlibat dalam baku tembak fatal di rumah mantan detektif polisi Joseph Nemaisa di Chadcombe pada 6 Desember.
Dia ditembak mati di tempat oleh mantan detektif, bersama dengan dua kaki tangannya.
Setahun yang lalu, dua tentara lain diduga berkomplot dengan penjaga keamanan bank dan mencuri USD2,7 juta atau sekitar Rp38,6 miliar.
Ada beberapa teori yang berkembang untuk menjelaskan keterlibatan tentara dalam aksi perampokan.
Seorang mantan perwira militer dengan syarat anonim mengatakan perampokan ini terkait dengan runtuhnya ekonomi dan kondisi keuangan yang sulit yang dihadapi semua orang di negara itu.
“Orang-orang mengeksplorasi peluang yang tersedia bagi mereka untuk mencari nafkah. Politisi menjarah sumber daya nasional; pegawai negeri menerima suap. Tentara dan polisi juga menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk menghasilkan uang,” katanya.
“Tidak seperti banyak negara di kawasan ini, orang Zimbabwe tidak mempercayai sistem perbankan mereka karena kerugian yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2009, era hiperinflasi. Karena itu, semua orang menyimpan uang di rumah dalam bentuk mata uang AS (dolar) dan itu menarik (minat) penjahat,” tambahnya.
Juru bicara polisi Paul Nyathi mengatakan mereka telah menangkap 849 tersangka perampok pada tahun 2021. Dia mengatakan dalam beberapa perampokan, setelah penyelidikan, karyawan dari perusahaan ditemukan terlibat dan memberikan informasi pergerakan uang tunai.
tulis komentar anda