Sistem Rudal Buatan Turki Dinilai Tak Layak Jadi Pesaing S-400 Rusia
Sabtu, 08 Januari 2022 - 14:51 WIB
“Butuh waktu lama untuk mengumpulkan keahlian yang diperlukan dan teknologi militer seringkali sangat mahal. Ada perbedaan besar antara pembuatan drone dan menciptakan sistem pertahanan udara yang efektif atau pesawat tempur siluman,” katanya, seperti dikutip dari EurAsian Times, Sabtu (8/1/2022).
Jenkins menambahkan, gagasan bahwa Turki dapat mengembangkan sistem pertahanan udara untuk menyaingi Rusia dan AS adalah khayalan.
"Ankara tidak punya cukup uang untuk melakukan semuanya sendiri, juga tidak boleh menggunakan uang pembayar pajak untuk sesuatu yang tidak masuk akal ini," katanya.
Mengenai kontrak potensial dengan Ukraina untuk sistem pertahanan udara baru bersama drone Bayraktar, Jenkins meragukan Turki akan dapat menjual SIPER ke negara lain dengan harga yang kompetitif atau Ukraina akan siap menunggu beberapa tahun hingga siap.
Pakar itu mengatakan, pengumuman baru-baru ini tentang keberhasilan pengembangan dan pengujian sistem pertahanan udara kemungkinan besar terkait dengan pemilu mendatang pada tahun 2023 dan popularitas Erdogan yang memudar di tengah krisis ekonomi yang semakin dalam.
“Dia [Erdogan] sedang mencoba untuk meningkatkan popularitasnya yang lesu dengan menghibur orang-orang Turki dengan delusi–apakah teori konspirasi yang menggelikan atau klaim bahwa dia telah mengubah Turki menjadi pemimpin global. Ambisinya yang besar untuk industri pertahanan Turki kemungkinan besar akan terwujud seperti ambisinya untuk program luar angkasa Turki. Dia mencoba menjual mimpi. Itu bukan kenyataan,” kata Jenkins menyimpulkan.
Namun, Huseyin Bagci, presiden Institut Kebijakan Luar Negeri Turki dan profesor hubungan internasional di Universitas Teknik Timur Tengah di Ankara, mengatakan kepada Sputniknews bahwa dia dapat melihat sistem pertahanan udara Turki mencapai kualitas S-400 Rusia atau Patriot AS setelah beberapa waktu.
“Turki membutuhkan sistem ini dalam jangka panjang. Erdogan banyak berinvestasi di sektor pertahanan dan kemajuannya luar biasa. Oleh karena itu untuk bersaing dengan Rusia dan Amerika Serikat terlalu dini, tetapi tujuan akhir pasti untuk mencapai kompetisi ini,” kata Bagci.
Bagci juga meragukan pernyataan capaian di bidang pertahanan terkait langsung dengan pemilu, namun yakin akan berdampak, dan akan digunakan sebagai instrumen pemilu dalam negeri.
Pakar itu juga tidak menutup kemungkinan ekspor ke Ukraina, karena Turki telah mendapatkan reputasi yang baik untuk drone-nya.
Jenkins menambahkan, gagasan bahwa Turki dapat mengembangkan sistem pertahanan udara untuk menyaingi Rusia dan AS adalah khayalan.
"Ankara tidak punya cukup uang untuk melakukan semuanya sendiri, juga tidak boleh menggunakan uang pembayar pajak untuk sesuatu yang tidak masuk akal ini," katanya.
Mengenai kontrak potensial dengan Ukraina untuk sistem pertahanan udara baru bersama drone Bayraktar, Jenkins meragukan Turki akan dapat menjual SIPER ke negara lain dengan harga yang kompetitif atau Ukraina akan siap menunggu beberapa tahun hingga siap.
Pakar itu mengatakan, pengumuman baru-baru ini tentang keberhasilan pengembangan dan pengujian sistem pertahanan udara kemungkinan besar terkait dengan pemilu mendatang pada tahun 2023 dan popularitas Erdogan yang memudar di tengah krisis ekonomi yang semakin dalam.
“Dia [Erdogan] sedang mencoba untuk meningkatkan popularitasnya yang lesu dengan menghibur orang-orang Turki dengan delusi–apakah teori konspirasi yang menggelikan atau klaim bahwa dia telah mengubah Turki menjadi pemimpin global. Ambisinya yang besar untuk industri pertahanan Turki kemungkinan besar akan terwujud seperti ambisinya untuk program luar angkasa Turki. Dia mencoba menjual mimpi. Itu bukan kenyataan,” kata Jenkins menyimpulkan.
Namun, Huseyin Bagci, presiden Institut Kebijakan Luar Negeri Turki dan profesor hubungan internasional di Universitas Teknik Timur Tengah di Ankara, mengatakan kepada Sputniknews bahwa dia dapat melihat sistem pertahanan udara Turki mencapai kualitas S-400 Rusia atau Patriot AS setelah beberapa waktu.
“Turki membutuhkan sistem ini dalam jangka panjang. Erdogan banyak berinvestasi di sektor pertahanan dan kemajuannya luar biasa. Oleh karena itu untuk bersaing dengan Rusia dan Amerika Serikat terlalu dini, tetapi tujuan akhir pasti untuk mencapai kompetisi ini,” kata Bagci.
Bagci juga meragukan pernyataan capaian di bidang pertahanan terkait langsung dengan pemilu, namun yakin akan berdampak, dan akan digunakan sebagai instrumen pemilu dalam negeri.
Pakar itu juga tidak menutup kemungkinan ekspor ke Ukraina, karena Turki telah mendapatkan reputasi yang baik untuk drone-nya.
tulis komentar anda