Kasus COVID-19 Global Catat Rekor di Tengah Serbuan Varian Omicron

Jum'at, 07 Januari 2022 - 16:25 WIB
Kasus COVID-19 global catat rekor di tengah serbuan varian Omicron. Foto/Ilustrasi/Sindonews
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kasus COVID-19 diseluruh dunia mencatat rekor dengan 9,5 juta kasus pada pekan lalu. Ini menandai lonjakan mingguan 71% yang sama dengan “tsunami” COVID-19 ketika varian Omicron baru menyapu seluruh dunia.

Meski begitu, menurut WHO, jumlah kematian akibat COVID-19 tercatat menurun.

"Pekan lalu, jumlah kasus COVID-19 tertinggi dilaporkan sejauh ini dalam pandemi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dari ABC News, Jumat (7/1/2022).

Dia mengatakan WHO yakin itu adalah perkiraan yang terlalu rendah karena adanya penumpukan dalam pengujian sekitar liburan akhir tahun.



Badan kesehatan Amerika Serikat (AS), dalam laporan mingguannya tentang pandemi, mengatakan jumlah mingguan berjumlah 9.520.488 kasus baru dengan 41.178 kematian tercatat minggu lalu dibandingkan dengan 44.680 pada minggu sebelumnya.

Pejabat WHO telah lama menyebutkan adanya ketertinggalan antara jumlah kasus dan kematian, dengan perubahan jumlah kematian sering tertinggal sekitar dua minggu di belakang evolusi jumlah kasus.

Tetapi mereka juga mencatat bahwa karena beberapa alasan – termasuk meningkatnya tingkat vaksinasi di beberapa tempat, dan tanda-tanda bahwa Omicron lebih mempengaruhi hidung dan tenggorokan daripada paru-paru – varian itu tidak tampak mematikan seperti varian Delta yang mendahuluinya.



Setiap peningkatan rawat inap atau kematian setelah lonjakan kasus terbaru kemungkinan tidak akan muncul selama sekitar dua minggu.

Sementara Omicron tampaknya kurang parah daripada Delta, terutama di antara orang-orang yang telah divaksinasi, kepala WHO memperingatkan: “Ini tidak berarti harus dikategorikan sebagai (varian) ringan. Sama seperti varian sebelumnya, Omicron merawat orang di rumah sakit, dan membunuh orang.”

“Faktanya, kasus tsunami begitu besar dan cepat sehingga membanjiri sistem kesehatan di seluruh dunia,” kata kepala WHO itu dalam jumpa pers reguler.

WHO mengatakan kenaikan jumlah kasus selama seminggu terakhir bervariasi, dua kali lipat di wilayah Amerika, tetapi hanya meningkat 7% di Afrika.



Kepala kedaruratan WHO, Dr. Michael Ryan, mengatakan spekulasi bahwa Omicron mungkin merupakan varian terakhir dari wabah itu adalah "angan-angan."

"Masih ada banyak energi dalam virus ini," ia memperingatkan.

Ditambahkan Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO tentang COVID-19: “Saya pikir sangat tidak mungkin bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir yang akan Anda dengar kami diskusikan.”

Pejabat WHO meminta masyarakat untuk meningkatkan langkah-langkah kesehatan guna memerangi pandemi seperti mendapatkan vaksinasi, ventilasi ruangan, menjaga jarak fisik yang tepat dan memakai masker – tetapi dengan benar.



"Saya terkejut melihat bagaimana sebenarnya orang-orang memakai masker," kata Van Kerkhove.

“Mengenakan masker di bawah dagu tidak ada gunanya. Dan itu memberi Anda rasa aman palsu bahwa Anda memiliki sesuatu yang melindungi Anda. Itu tidak akan...Pada dasarnya, kami meminta semua orang untuk berperan dalam hal ini,” imbuhnya.

Secara terpisah, Ryan mengatakan pekerjaan WHO dengan Komite Olimpiade Internasional dan China - yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 - membuatnya yakin bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan oleh penyelenggara pertandingan sangat ketat dan sangat kuat.

“Saat ini kami tidak melihat adanya peningkatan risiko penularan penyakit dalam konteks itu,” kata Ryan.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More