Rudal Hipersonik AS Tak Sengaja Lepas dari Bomber B-52 dan Meledak
Rabu, 10 Juni 2020 - 11:56 WIB
WASHINGTON - Sebuah rudal hipersonik Amerika Serikat (AS) yang sedang dalam tahap pengembangan tak sengaja terlepas dari pesawat pembom (bomber) B-52 selama uji penerbangan captive-carry baru-baru ini.
Senjata bertenaga scramjet itu pun meledak. Namun, laporan lain menyebut misil sengaja diledakkan setelah gagal dalam uji penerbangan.
Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) atau Badan Proyek Penelitian Canggih Pertahanan AS dan Angkatan Udara AS (USAF) sedang melakukan investigasi atas insiden itu. DARPA tidak mengungkap kapan uji penerbangan misil eksperimental itu dilakukan, namun konfirmasi atas kegagalan uji penerbangan itu disampaikan Selasa (9/6/2020).
Sumber-sumber militer AS memberi tahu Aviation Week bahwa rudal bertenaga scramjet itu masih dalam pengembangan di bawah program Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC), sebuah program gabungan USAF-DARPA. (Baca: Rusia Uji Coba Rudal Hipersonik Baru dengan Pembom Tu-22M3 )
Menurut sejumlah sumber tersebut, misil meledak setelah tak sengaja terlepas dari pesawat pembom B-52 dari Skadron Uji Penerbangan ke-419 di Edwars Air Force Base (AFB), California.
Rincian tambahan seputar rudal calon senjata hipersonik ini masih dirahasiakan.
"Detail dari demonstrasi penerbangan itu classified (rahasia)," kata seorang juru bicara DARPA kepada Aviation Week. Sedangkan USAF menolak setiap pertanyaan yang diajukan wartawan dan mengarahkan pertanyaan terkait ke DARPA.
"Deskripsi tersebut dapat menunjukkan muatan secara tidak sengaja terlepas dari B-52 dalam penerbangan, selama tes darat atau di landasan pacu," tulis Aviation Week, mengutip sumber yang relevan dengan masalah tersebut.
Scramjet memungkinkan rudal untuk mencapai kecepatan hipersonik yang jauh melebihi kecepatan suara, yang biasanya mencapai Mach 5 ke atas. (Baca juga: Tertinggal dari Rusia soal Rudal Hipersonik, Begini Dalih AS )
Program HAWC sudah beberapa bulan molor dari jadwal yang sebenarnya. Pada 2017, DARPA memilih Lockheed Martin untuk mengembangkan misil program HAWC yang ditenagai oleh scramjet Aerojet Rocketdyne setelah menolak desain lain yang diajukan oleh Raytheon.
Tetapi rudal Raytheon yang didesain ulang membuat DARPA terkesan. Raytheon akhirnya mendapat kontrak untuk uji penerbangan kedua pada Maret 2019.
Senjata bertenaga scramjet itu pun meledak. Namun, laporan lain menyebut misil sengaja diledakkan setelah gagal dalam uji penerbangan.
Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) atau Badan Proyek Penelitian Canggih Pertahanan AS dan Angkatan Udara AS (USAF) sedang melakukan investigasi atas insiden itu. DARPA tidak mengungkap kapan uji penerbangan misil eksperimental itu dilakukan, namun konfirmasi atas kegagalan uji penerbangan itu disampaikan Selasa (9/6/2020).
Sumber-sumber militer AS memberi tahu Aviation Week bahwa rudal bertenaga scramjet itu masih dalam pengembangan di bawah program Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC), sebuah program gabungan USAF-DARPA. (Baca: Rusia Uji Coba Rudal Hipersonik Baru dengan Pembom Tu-22M3 )
Menurut sejumlah sumber tersebut, misil meledak setelah tak sengaja terlepas dari pesawat pembom B-52 dari Skadron Uji Penerbangan ke-419 di Edwars Air Force Base (AFB), California.
Rincian tambahan seputar rudal calon senjata hipersonik ini masih dirahasiakan.
"Detail dari demonstrasi penerbangan itu classified (rahasia)," kata seorang juru bicara DARPA kepada Aviation Week. Sedangkan USAF menolak setiap pertanyaan yang diajukan wartawan dan mengarahkan pertanyaan terkait ke DARPA.
"Deskripsi tersebut dapat menunjukkan muatan secara tidak sengaja terlepas dari B-52 dalam penerbangan, selama tes darat atau di landasan pacu," tulis Aviation Week, mengutip sumber yang relevan dengan masalah tersebut.
Scramjet memungkinkan rudal untuk mencapai kecepatan hipersonik yang jauh melebihi kecepatan suara, yang biasanya mencapai Mach 5 ke atas. (Baca juga: Tertinggal dari Rusia soal Rudal Hipersonik, Begini Dalih AS )
Program HAWC sudah beberapa bulan molor dari jadwal yang sebenarnya. Pada 2017, DARPA memilih Lockheed Martin untuk mengembangkan misil program HAWC yang ditenagai oleh scramjet Aerojet Rocketdyne setelah menolak desain lain yang diajukan oleh Raytheon.
Tetapi rudal Raytheon yang didesain ulang membuat DARPA terkesan. Raytheon akhirnya mendapat kontrak untuk uji penerbangan kedua pada Maret 2019.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda