Sulitnya Minoritas Muslim India Cari Tempat Salat Jumat, Faktanya Mengerikan
Rabu, 08 Desember 2021 - 10:35 WIB
“(Salat) akan dilakukan di 36 tempat lainnya seperti yang terjadi sebelumnya. Ini adalah tugas pemerintah dan polisi untuk memastikan hukum dan ketertiban tetap terjaga,” papar komunitas Muslim itu.
Pernyataan itu menyerukan, “Umat Islam yang dipaksa (untuk pergi) ke tempat-tempat terbuka ini karena kurangnya masjid di Gurgaon untuk menahan diri dan pergi jika para pembuat onar mencoba memprovokasi atau mengganggu salat di 36 tempat yang tersisa.”
"Komunitas Muslim Gurgaon berdiri untuk perdamaian dan persahabatan serta akan melakukan segala daya untuk memastikan bahwa harmoni komunal berlaku di kota," ungkap mereka.
Anggota parlemen Asaduddin Owaisi mengatakan keputusan pemerintahan Gurugram melarang salat Jumat di beberapa tempat merupakan pelanggaran Pasal 25 konstitusi India yang menjamin kebebasan warga negara India untuk menganut, menjalankan, dan menyebarkan agama.
“Bagaimana mungkin mengamalkan agama saya atau melakukan shalat Jumat seminggu sekali selama 15 hingga 20 menit itu menyakiti siapa pun?” ujar dia kepada Al Jazeera.
“Ini adalah contoh yang jelas tentang betapa radikalnya mereka yang disebut pengunjuk rasa ini. Ini adalah contoh nyata dari kebencian mereka terhadap Muslim,” papar dia.
November lalu, Menteri Dalam Negeri India Amit Shah, saat meluncurkan kampanye pemilu BJP di negara bagian utara Uttarakhand, mengatakan partai oposisi utama telah mempraktikkan “politik peredaan” dengan mengizinkan saalat Jumat di jalan.
“Sebelumnya, ketika saya datang ke sini selama pemerintahan Kongres, beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa pemerintah telah mengizinkan jalan raya untuk saalat pada hari Jumat. Kongres hanya melakukan perbedaan dan tidak dapat melakukan pekerjaan kesejahteraan bagi rakyat Uttarakhand,” ujar dia.
Tapi warga Gurugram Shehzad Khan, anggota kelompok lokal yang disebut Muslim Ekta Manch (Forum Persatuan Muslim), mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka salat Jumat di tempat terbuka “karena paksaan”.
“Jumlah masjid di Gurgaon sangat terbatas. Makanya kita harus salat di tempat terbuka,” ungkap dia.
Pernyataan itu menyerukan, “Umat Islam yang dipaksa (untuk pergi) ke tempat-tempat terbuka ini karena kurangnya masjid di Gurgaon untuk menahan diri dan pergi jika para pembuat onar mencoba memprovokasi atau mengganggu salat di 36 tempat yang tersisa.”
"Komunitas Muslim Gurgaon berdiri untuk perdamaian dan persahabatan serta akan melakukan segala daya untuk memastikan bahwa harmoni komunal berlaku di kota," ungkap mereka.
Anggota parlemen Asaduddin Owaisi mengatakan keputusan pemerintahan Gurugram melarang salat Jumat di beberapa tempat merupakan pelanggaran Pasal 25 konstitusi India yang menjamin kebebasan warga negara India untuk menganut, menjalankan, dan menyebarkan agama.
“Bagaimana mungkin mengamalkan agama saya atau melakukan shalat Jumat seminggu sekali selama 15 hingga 20 menit itu menyakiti siapa pun?” ujar dia kepada Al Jazeera.
“Ini adalah contoh yang jelas tentang betapa radikalnya mereka yang disebut pengunjuk rasa ini. Ini adalah contoh nyata dari kebencian mereka terhadap Muslim,” papar dia.
November lalu, Menteri Dalam Negeri India Amit Shah, saat meluncurkan kampanye pemilu BJP di negara bagian utara Uttarakhand, mengatakan partai oposisi utama telah mempraktikkan “politik peredaan” dengan mengizinkan saalat Jumat di jalan.
“Sebelumnya, ketika saya datang ke sini selama pemerintahan Kongres, beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa pemerintah telah mengizinkan jalan raya untuk saalat pada hari Jumat. Kongres hanya melakukan perbedaan dan tidak dapat melakukan pekerjaan kesejahteraan bagi rakyat Uttarakhand,” ujar dia.
Tapi warga Gurugram Shehzad Khan, anggota kelompok lokal yang disebut Muslim Ekta Manch (Forum Persatuan Muslim), mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka salat Jumat di tempat terbuka “karena paksaan”.
“Jumlah masjid di Gurgaon sangat terbatas. Makanya kita harus salat di tempat terbuka,” ungkap dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda