Dewan Gereja Swedia Serukan Israel Diselidiki dalam Kasus Apartheid

Kamis, 02 Desember 2021 - 19:03 WIB
Ketua Liga Pemuda Yahudi Benjamin Blecher menyebut keputusan itu "tidak masuk akal".

“Menyelidiki apakah Israel adalah negara apartheid tidak masuk akal, menurut pendapat kami. Dengan mengatakan itu, seseorang hanya mengobarkan gagasan anti-Semit tentang kekuatan dan kebencian orang Yahudi di dunia,” ujar dia, menunjukkan bahwa itu hanya menjelekkan negara orang Yahudi dan tidak membantu populasi Yahudi di Swedia.

Pendapat ini dibagikan bahkan di antara pendeta Swedia. Uskup Ake Bonnier dan Soren Dalevi menulis opini yang berjudul “Kami terkejut dengan keputusan Dewan Gereja,” di mana mereka menekankan bahwa seluruhnya 103 anggota memilih untuk menolak.

Uskup Stockholm Andreas Holmberg berargumen kepada surat kabar relijius Dagen bahwa ada risiko keputusan tersebut akan berkontribusi pada sentimen anti-Yahudi.

Pastor Patrik Pettersson melangkah lebih jauh dengan menyebutnya tidak dapat diterima bagi perwakilan dari partai politik terkemuka di negara itu untuk menjadikan "model pemikiran anti-Semit sebagai bagian dari apa yang diklaim Gereja Swedia untuk diperjuangkan".

“Keputusan itu membawa dua konsekuensi langsung dan menghancurkan bagi Gereja Swedia: kredibilitas Gereja Swedia sebagai mitra dalam dialog agama Yahudi-Kristen di Swedia dihancurkan dan peluang Gereja Swedia untuk bertindak dalam konteks internasional bagi dialog agama Yahudi-Kristen dibatalkan,” tulis Petterson dalam opininya di Dagen. Dia menekankan, “Keputusan ini sama sekali tidak mendapat dukungan paroki.”

Kepala gereja Uskup Agung Antje Jackelen mengatakan dia secara pribadi menentang keputusan tersebut. Dia menambahkan dia sendiri tidak akan menggunakan kata itu dalam konteks itu.

Namun demikian, Dewan Gereja Swedia, yang telah aktif di kawasan Timur Tengah selama bertahun-tahun, secara terbuka mendukung solusi dua negara berdasarkan garis demarkasi gencatan senjata sebelum Perang Enam Hari 1967, dan telah berulang kali meminta Israel mengakhiri “pendudukan Palestina”.

Hubungan Swedia-Israel dalam beberapa tahun terakhir telah dirusak beberapa pertikaian diplomatik.

Pada 2009, pertikaian meletus setelah harian Swedia Aftonbladet mengklaim Pasukan Pertahanan Israel terlibat dalam pengambilan secara ilegal organ tubuh dari orang-orang Palestina yang mati.

Israel meminta pemerintah Swedia mengutuk artikel itu sebagai "manifestasi anti-Semitisme" dan "fitnah darah" modern. Permintaan Israel itu ditolak pemerintah Swedia, dengan alasan kebebasan pers.

Pada Oktober 2014, pemerintah Swedia yang baru terpilih saat itu Stefan Lofven mengumumkan akan mengakui negara Palestina, menekankan konflik antara Israel dan Palestina hanya dapat diselesaikan dengan solusi dua negara.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More