Perburuk Penyebaran Virus Corona, Polisi AS Diminta Setop Gunakan Zat Kimia
Minggu, 07 Juni 2020 - 10:51 WIB
WASHINGTON - Hampir 1.300 penyedia medis dan ahli kesehatan masyarakat di Amerika Serikat (AS) telah menandatangani petisi yang menyerukan polisi berhenti menggunakan zat kimia saat menghadapi demonstran. Mereka khawatir hal itu akan memperburuk penyebaran virus Corona .
Zat kimia yang dimaksud tidak hanya gas air mata, tetapi juga bom asap dan semprotan merica. Gas air mata dan semprotan merica menyebabkan air mata, air liur dan lendir mengalir dari mata dan hidung demonstran.
"Karena virus Corona menyebar melalui tetesan lendir dan menyemburkan air liur orang ke udara ketika mereka batuk, bersin, bernafas dan berbicara, gas air mata dan iritasi lainnya yang menyebabkan orang tersedak, meretas dan merobek masker wajah mereka akan membantu virus berkembang biak," terang Dr Peter Chin-Hong, seorang dokter penyakit menular yang membantu menyusun petisi, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (7/6/2020).
Chin-Hong mengatakan semprotan gas dan merica juga menyebabkan air mata, air liur dan lendir mengalir dari mata dan hidung demonstran.
"Dan itu akan menyebabkan orang berteriak dan menjerit, mendorong droplet cairan ini - yang bisa membawa virus Corona - dan memberi mereka kekuatan super, untuk menyebar lebih jauh dari enam kaki," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, aksi demonstrasi rasial di AS pecah di tengah pandemi virus Corona. AS sendiri adalah negara yang paling terdampak oleh pandemi global itu. Negara adidaya itu adalah negara dengan kasus infeksi terbanyak dan korban meninggal tertinggi di dunia.
Hingga saat ini jumlah kasus infeksi Covid-19 di AS tercatat mencapai 1.988.544 dengan jumlah kematian mencapai 112.096.
Aksi protes pembunuhan George Floyd , seorang pria kulit hitam tak bersenjata, oleh polisi kulit putih telah memasuki hari ke-13 di kota-kota di seluruh AS.
Sebuah video yang memperlihatkan perwira polisi kulit putih Derek Chauvin menekan lututnya di leher Floyd selama delapan menit ketika dia terengah-engah mengatakan "Aku tidak bisa bernapas", telah memicu aksi demonstrasi terbesar melawan ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi di AS sejak 1960-an. (Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Banyak pengunjuk rasa menentang jam malam yang diberlakukan oleh otoritas AS, tetapi sebagian besar telah berdemonstrasi secara damai.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Zat kimia yang dimaksud tidak hanya gas air mata, tetapi juga bom asap dan semprotan merica. Gas air mata dan semprotan merica menyebabkan air mata, air liur dan lendir mengalir dari mata dan hidung demonstran.
"Karena virus Corona menyebar melalui tetesan lendir dan menyemburkan air liur orang ke udara ketika mereka batuk, bersin, bernafas dan berbicara, gas air mata dan iritasi lainnya yang menyebabkan orang tersedak, meretas dan merobek masker wajah mereka akan membantu virus berkembang biak," terang Dr Peter Chin-Hong, seorang dokter penyakit menular yang membantu menyusun petisi, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (7/6/2020).
Chin-Hong mengatakan semprotan gas dan merica juga menyebabkan air mata, air liur dan lendir mengalir dari mata dan hidung demonstran.
"Dan itu akan menyebabkan orang berteriak dan menjerit, mendorong droplet cairan ini - yang bisa membawa virus Corona - dan memberi mereka kekuatan super, untuk menyebar lebih jauh dari enam kaki," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, aksi demonstrasi rasial di AS pecah di tengah pandemi virus Corona. AS sendiri adalah negara yang paling terdampak oleh pandemi global itu. Negara adidaya itu adalah negara dengan kasus infeksi terbanyak dan korban meninggal tertinggi di dunia.
Hingga saat ini jumlah kasus infeksi Covid-19 di AS tercatat mencapai 1.988.544 dengan jumlah kematian mencapai 112.096.
Aksi protes pembunuhan George Floyd , seorang pria kulit hitam tak bersenjata, oleh polisi kulit putih telah memasuki hari ke-13 di kota-kota di seluruh AS.
Sebuah video yang memperlihatkan perwira polisi kulit putih Derek Chauvin menekan lututnya di leher Floyd selama delapan menit ketika dia terengah-engah mengatakan "Aku tidak bisa bernapas", telah memicu aksi demonstrasi terbesar melawan ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi di AS sejak 1960-an. (Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Banyak pengunjuk rasa menentang jam malam yang diberlakukan oleh otoritas AS, tetapi sebagian besar telah berdemonstrasi secara damai.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(ber)
tulis komentar anda