Situs Buddha Bamiyan di Tangan Taliban: Dulu Dibom, Kini Jadi Objek Wisata Rp71.000
Senin, 29 November 2021 - 09:50 WIB
KABUL - Taliban , yang berkuasa di Afghanistan sejak Agustus 2021, menawarkan kunjungan wisata ke situs Buddha Bamiyan dengan harga tiket USD5 atau sekitar Rp71.000. Padahal, mereka mengebom situs itu dengan dinamit dua dekade silam.
Dipahat dari tebing berbatu di Lembah Bamiyan Afghanistan tengah sekitar abad keenam Masehi, patung-patung Buddha Bamiyan berdiri setinggi lebih dari 150 kaki selama 1.400 tahun. Pada 2001, Taliban yang berkuasa menghancurkannya dengan dinamit tak lama sebelum invasi Amerika Serikat (AS).
Sekarang Taliban kembali berkuasa, dan membuka situs itu untuk wisatawan.
Mengutip laporan dari NBC News, Senin (29/11/2021), turis yang ingin tahu tentang situs itu dapat membayar tiket setara USD5 kepada aparat Taliban yang menjaga loket tiket. Para turis diberi kesempatan menatap lubang kosong tempat para Buddha pernah berdiri.
Seorang pengunjung Afghanistan mengatakan kepada NBC News bahwa dia tidak datang ke lokasi untuk berduka atas hilangnya patung-patung itu, tetapi untuk merayakan kehancurannya.
“Saya masih muda ketika ini dihancurkan, sekitar tujuh tahun, dan sejak itu adalah mimpi untuk datang dan melihat apa yang terjadi di sini,” katanya.
“Saya senang itu dihancurkan. Saya di sini untuk melihat reruntuhan sebenarnya," ujarnya yang menolak disebutkan namanya.
Perintah untuk menghancurkan patung-patung Buddha itu diberikan pada tahun 2001 oleh salah satu pendiri Taliban Mullah Omar, meskipun dia memerintahkan agar patung-patung itu dilestarikan sebagai objek wisata dua tahun sebelumnya.
Omar kemudian memberikan beberapa pernyataan yang bertentangan tentang penghancuran patung-patung Buddha, pertama dengan alasan bahwa dia melakukannya karena frustrasi sehingga Barat tampaknya lebih peduli tentang nasib patung daripada tentang orang Afghanistan. Namun, kemudian dilaporkan bahwa dia menyatakan: "Muslim harus bangga menghancurkan berhala, dan mereka diledakkan sesuai dengan hukum Islam."
UNESCO telah meminta Taliban untuk melestarikan apa yang tersisa dari situs Bamiyan dan lainnya di seluruh negeri. Badan PBB itu menyatakan pada bulan Agustus bahwa sangat penting bagi masa depan Afghanistan untuk menjaga dan melestarikan landmark ini tersebut.
Sementara pemerintah baru Taliban telah menampilkan dirinya kepada dunia sebagai lebih moderat daripada Taliban tahun 1990-an, masa depan Buddha Bamiyan sebagai objek wisata belum pasti.
Gubernur wilayah itu, mantan narapidana Teluk Guantanamo; Abdullah Sarhad, mengatakan kepada NBC News bahwa dia sedang menunggu arahan dari eselon atas Taliban sebelum membuat perubahan apa pun pada situs tersebut.
Namun, dia mengatakan: “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ada perdamaian dan keamanan di Afghanistan sekarang.”
Dipahat dari tebing berbatu di Lembah Bamiyan Afghanistan tengah sekitar abad keenam Masehi, patung-patung Buddha Bamiyan berdiri setinggi lebih dari 150 kaki selama 1.400 tahun. Pada 2001, Taliban yang berkuasa menghancurkannya dengan dinamit tak lama sebelum invasi Amerika Serikat (AS).
Sekarang Taliban kembali berkuasa, dan membuka situs itu untuk wisatawan.
Mengutip laporan dari NBC News, Senin (29/11/2021), turis yang ingin tahu tentang situs itu dapat membayar tiket setara USD5 kepada aparat Taliban yang menjaga loket tiket. Para turis diberi kesempatan menatap lubang kosong tempat para Buddha pernah berdiri.
Seorang pengunjung Afghanistan mengatakan kepada NBC News bahwa dia tidak datang ke lokasi untuk berduka atas hilangnya patung-patung itu, tetapi untuk merayakan kehancurannya.
“Saya masih muda ketika ini dihancurkan, sekitar tujuh tahun, dan sejak itu adalah mimpi untuk datang dan melihat apa yang terjadi di sini,” katanya.
“Saya senang itu dihancurkan. Saya di sini untuk melihat reruntuhan sebenarnya," ujarnya yang menolak disebutkan namanya.
Perintah untuk menghancurkan patung-patung Buddha itu diberikan pada tahun 2001 oleh salah satu pendiri Taliban Mullah Omar, meskipun dia memerintahkan agar patung-patung itu dilestarikan sebagai objek wisata dua tahun sebelumnya.
Omar kemudian memberikan beberapa pernyataan yang bertentangan tentang penghancuran patung-patung Buddha, pertama dengan alasan bahwa dia melakukannya karena frustrasi sehingga Barat tampaknya lebih peduli tentang nasib patung daripada tentang orang Afghanistan. Namun, kemudian dilaporkan bahwa dia menyatakan: "Muslim harus bangga menghancurkan berhala, dan mereka diledakkan sesuai dengan hukum Islam."
UNESCO telah meminta Taliban untuk melestarikan apa yang tersisa dari situs Bamiyan dan lainnya di seluruh negeri. Badan PBB itu menyatakan pada bulan Agustus bahwa sangat penting bagi masa depan Afghanistan untuk menjaga dan melestarikan landmark ini tersebut.
Sementara pemerintah baru Taliban telah menampilkan dirinya kepada dunia sebagai lebih moderat daripada Taliban tahun 1990-an, masa depan Buddha Bamiyan sebagai objek wisata belum pasti.
Gubernur wilayah itu, mantan narapidana Teluk Guantanamo; Abdullah Sarhad, mengatakan kepada NBC News bahwa dia sedang menunggu arahan dari eselon atas Taliban sebelum membuat perubahan apa pun pada situs tersebut.
Namun, dia mengatakan: “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ada perdamaian dan keamanan di Afghanistan sekarang.”
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda