Israel Yakin Iran Punya Bom Nuklir 5 Tahun Lagi, Ada Perjanjian atau Tidak
Rabu, 24 November 2021 - 12:39 WIB
TEL AVIV - Iran lima tahun lagi dapat memiliki senjata nuklir, dan perundingan internasional tak akan dapat menundanya. Prediksi itu diungkapkan Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett.
Negosiasi akan dimulai kembali pekan depan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015. Dalam kesepakatan 2015, Iran setuju mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional. Perundingan akan dilanjutkan di Wina pada Senin depan, setelah jeda lima bulan.
Israel sudah lama menentang kesepakatan nuklir Iran, tetapi pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennett yang berkuasa sejak Juni, mengatakan pihaknya dapat membuka kesepakatan baru dengan pembatasan yang lebih ketat.
Namun, dalam sambutannya pada Selasa (23/11/2021) di forum keamanan, dia terdengar kurang akomodatif.
Bennett menggambarkan Iran berada pada "tahap paling maju" dari program senjata nuklir.
"Bagaimanapun, bahkan jika ada kesepakatan baru, Israel tentu saja bukan pihak dalam kesepakatan itu dan Israel tidak diwajibkan oleh kesepakatan itu," ujar dia pada konferensi yang diselenggarakan Universitas Reichman.
Menteri Keuangan Israel Avigdor Lieberman mengatakan, "Dengan atau tanpa kesepakatan, Iran akan menjadi negara nuklir dan memiliki senjata nuklir dalam lima tahun, puncaknya."
Israel secara luas diyakini memiliki senjata nuklir meski tak mengakuinya secara terbuka.
Israel telah lama berargumen kesepakatan 2015 terlalu lemah untuk mencegah Iran memiliki bom nuklir.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2018, menggambarkannya sebagai terlalu lunak.
Iran menanggapi dengan melanggar beberapa pembatasan kesepakatan. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertujuan menghidupkan kesepakatan itu kembali.
Israel juga mengeluh perjanjian nuklir tidak melakukan apa pun untuk mengendalikan program rudal Iran, atau aktivitas permusuhan oleh para milisi yang didukung Iran.
"Iran telah mengepung Negara Israel dengan rudal sementara mereka duduk dengan aman di Teheran," ujar Bennett.
"Mengejar teroris du jour yang dikirim Pasukan Qods (rahasia Iran) tidak membuahkan hasil lagi. Kita harus mencari petugas operator," papar dia.
Berbicara secara terpisah, kepala Angkatan Udara Israel menawarkan kerja sama dengan mitra Teluk Arab melawan drone tempur buatan Iran.
Ini menjadi siaran publik yang jarang tentang kemungkinan operasi gabungan.
Negosiasi akan dimulai kembali pekan depan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015. Dalam kesepakatan 2015, Iran setuju mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional. Perundingan akan dilanjutkan di Wina pada Senin depan, setelah jeda lima bulan.
Israel sudah lama menentang kesepakatan nuklir Iran, tetapi pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennett yang berkuasa sejak Juni, mengatakan pihaknya dapat membuka kesepakatan baru dengan pembatasan yang lebih ketat.
Namun, dalam sambutannya pada Selasa (23/11/2021) di forum keamanan, dia terdengar kurang akomodatif.
Bennett menggambarkan Iran berada pada "tahap paling maju" dari program senjata nuklir.
"Bagaimanapun, bahkan jika ada kesepakatan baru, Israel tentu saja bukan pihak dalam kesepakatan itu dan Israel tidak diwajibkan oleh kesepakatan itu," ujar dia pada konferensi yang diselenggarakan Universitas Reichman.
Menteri Keuangan Israel Avigdor Lieberman mengatakan, "Dengan atau tanpa kesepakatan, Iran akan menjadi negara nuklir dan memiliki senjata nuklir dalam lima tahun, puncaknya."
Israel secara luas diyakini memiliki senjata nuklir meski tak mengakuinya secara terbuka.
Israel telah lama berargumen kesepakatan 2015 terlalu lemah untuk mencegah Iran memiliki bom nuklir.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2018, menggambarkannya sebagai terlalu lunak.
Iran menanggapi dengan melanggar beberapa pembatasan kesepakatan. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertujuan menghidupkan kesepakatan itu kembali.
Israel juga mengeluh perjanjian nuklir tidak melakukan apa pun untuk mengendalikan program rudal Iran, atau aktivitas permusuhan oleh para milisi yang didukung Iran.
"Iran telah mengepung Negara Israel dengan rudal sementara mereka duduk dengan aman di Teheran," ujar Bennett.
"Mengejar teroris du jour yang dikirim Pasukan Qods (rahasia Iran) tidak membuahkan hasil lagi. Kita harus mencari petugas operator," papar dia.
Berbicara secara terpisah, kepala Angkatan Udara Israel menawarkan kerja sama dengan mitra Teluk Arab melawan drone tempur buatan Iran.
Ini menjadi siaran publik yang jarang tentang kemungkinan operasi gabungan.
(sya)
tulis komentar anda