Dituduh Rencanakan Invasi, Rusia Marah NATO Perkuat Militer Ukraina
Senin, 22 November 2021 - 20:06 WIB
MOSKOW - Bloomberg melaporkan Amerika Serikat (AS) diduga berbagi intelijen dengan sekutu Eropa, termasuk peta yang menguraikan dugaan "penumpukan" pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina.
“Laporan media baru-baru ini tentang dugaan invasi Rusia yang akan datang ke Ukraina tidak masuk akal,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (22/11/2021).
"Kami melihat ada kampanye informasi yang ditargetkan ... beberapa surat kabar Amerika terlibat secara aktif dalam hal ini. Ini meningkatkan ketegangan, ini lagi-lagi merupakan upaya, sebenarnya, untuk menghadirkan Federasi Rusia sebagai pihak tertentu yang mengancam proses penyelesaian," papar Peskov kepada wartawan, seraya menambahkan laporan media itu "tidak masuk akal."
Menurut Peskov, Moskow telah memperhatikan dengan serius karena NATO telah membantu Ukraina memperkuat militernya.
"Kiev sendiri sedang membangun kekuatannya, Kiev dibantu untuk membangun kekuatannya. Kiev disuplai dengan sejumlah besar senjata, termasuk senjata modern berteknologi tinggi. Dan semua ini, tentu saja, kami perhatikan dengan penuh perhatian, mengetahui pengaruh signifikan politisi ekstremis di Ukraina," ungkap Peskov.
Sebelumnya pada hari itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova mengatakan laporan tidak berdasar yang muncul di media barat mengklaim Moskow menggunakan krisis migrasi saat ini untuk "menyerang" Ukraina. Menurut dia, tuduhan itu tidak lebih dari mitos.
Ini terjadi setelah Bloomberg eksklusif mengatakan pejabat Amerika Serikat telah berbagi intelijen dengan sekutu Eropa yang mencakup peta yang menguraikan dugaan "penumpukan" pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina.
Menurut laporan itu, data intelijen yang dibagikan diduga menunjukkan lokasi cadangan amunisi Rusia yang dimaksudkan untuk digunakan selama "dorongan cepat dan besar-besaran ke Ukraina dari berbagai lokasi jika Presiden Putin memutuskan untuk menyerang."
Informasi ini diteruskan pemerintah AS ke beberapa sekutunya di NATO sebagai "bukti" bahwa Rusia telah merencanakan invasi Ukraina.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi ke Ukraina.
Peskov sebelumnya mengatakan, "Mereka yang membawa angkatan bersenjata mereka ke luar negeri sekarang menuduh kami melakukan aktivitas militer yang tidak biasa di wilayah kami sendiri."
“Laporan media baru-baru ini tentang dugaan invasi Rusia yang akan datang ke Ukraina tidak masuk akal,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (22/11/2021).
"Kami melihat ada kampanye informasi yang ditargetkan ... beberapa surat kabar Amerika terlibat secara aktif dalam hal ini. Ini meningkatkan ketegangan, ini lagi-lagi merupakan upaya, sebenarnya, untuk menghadirkan Federasi Rusia sebagai pihak tertentu yang mengancam proses penyelesaian," papar Peskov kepada wartawan, seraya menambahkan laporan media itu "tidak masuk akal."
Menurut Peskov, Moskow telah memperhatikan dengan serius karena NATO telah membantu Ukraina memperkuat militernya.
"Kiev sendiri sedang membangun kekuatannya, Kiev dibantu untuk membangun kekuatannya. Kiev disuplai dengan sejumlah besar senjata, termasuk senjata modern berteknologi tinggi. Dan semua ini, tentu saja, kami perhatikan dengan penuh perhatian, mengetahui pengaruh signifikan politisi ekstremis di Ukraina," ungkap Peskov.
Baca Juga
Sebelumnya pada hari itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova mengatakan laporan tidak berdasar yang muncul di media barat mengklaim Moskow menggunakan krisis migrasi saat ini untuk "menyerang" Ukraina. Menurut dia, tuduhan itu tidak lebih dari mitos.
Ini terjadi setelah Bloomberg eksklusif mengatakan pejabat Amerika Serikat telah berbagi intelijen dengan sekutu Eropa yang mencakup peta yang menguraikan dugaan "penumpukan" pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina.
Menurut laporan itu, data intelijen yang dibagikan diduga menunjukkan lokasi cadangan amunisi Rusia yang dimaksudkan untuk digunakan selama "dorongan cepat dan besar-besaran ke Ukraina dari berbagai lokasi jika Presiden Putin memutuskan untuk menyerang."
Informasi ini diteruskan pemerintah AS ke beberapa sekutunya di NATO sebagai "bukti" bahwa Rusia telah merencanakan invasi Ukraina.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi ke Ukraina.
Peskov sebelumnya mengatakan, "Mereka yang membawa angkatan bersenjata mereka ke luar negeri sekarang menuduh kami melakukan aktivitas militer yang tidak biasa di wilayah kami sendiri."
(sya)
tulis komentar anda