Rusia Bangkitkan Kembali Proyek S-550, Rudal Pencegat Jarak Pendek Era Soviet
Kamis, 11 November 2021 - 06:00 WIB
MOSKOW - Rusia sedang mengembangkan sistem rudal S-550 canggih yang belum pernah dilihat sebelumnya. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, perintah itu datang dari Presiden Vladimir Putin pada pertemuan baru-baru ini dengan petinggi militer.
“Kepala negara memberikan penekanan khusus pada pentingnya memajukan pengembangan sistem pertahanan udara dan rudal domestik, dan pasokan S-350, S-500 dan S-550 ke Angkatan Bersenjata,” kata Shoigu di Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari Moscow Times, Rabu (10/11/2021).
Shoigu tidak memberikan rincian tentang sistem rudal S-550 yang baru disebutkan. Namun banyak pihak menduga, S-550 adalah sistem pertahanan rudal pencegat jarak pendek yang dikembangkan di Uni Soviet pada 1980-an. Proyek S-550 dibatalkan setelah kesepakatan dicapai pada pertemuan tahun 1986 antara para pemimpin Uni Soviet dan AS kala itu, Mikhail Gorbachev dan Ronald Reagan.
Beberapa sumber melaporkan, bahwa setelah runtuhnya Uni Soviet, cadangan yang dibuat sebagai bagian dari pekerjaan pada proyek S-550 dihancurkan. Dan juga, prototipe kompleks dihilangkan pada tahun 1992.
Pengumuman Shoigu muncul setelah militer Rusia untuk pertama kalinya menunjukkan rekaman uji tembak langsung dari pendahulu S-550, yakni S-500. Sistem pertahanan S-500 dimaksudkan untuk pengganti S-300 dan suplemen untuk sistem S-400 canggih, pada bulan Juli.
Laporan mengatakan bahwa S-500 melakukan uji coba sistem rudal darat-ke-udara terpanjang di dunia pada tahun 2018. Mantan wakil Shoigu dan Wakil Perdana Menteri saat ini, Yury Borisov mengatakan pada bulan September, bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah mulai menerima pengiriman S-500, meskipun diperkirakan dijadwalkan untuk pengiriman pada tahun 2025.
Sebelumnya, Rusia mengaku dapat memasok sistem rudal anti-pesawat tercanggih S-500 ke China dan India di masa depan. Hal itu disampaikan Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer (FSMTC), Dmitry Shugaev.
"Kami sedang mempertimbangkan India, serta China dan semua negara bagian di mana kami memiliki kemitraan lama dan hubungan timbal balik yang dapat diprediksi, sebagai pemilik masa depan dari sistem mutakhir ini," kata Shugaev dalam sebuah wawancara dengan RBC yang dilansir Sputniknews, Selasa (2/11/2021).
“Kepala negara memberikan penekanan khusus pada pentingnya memajukan pengembangan sistem pertahanan udara dan rudal domestik, dan pasokan S-350, S-500 dan S-550 ke Angkatan Bersenjata,” kata Shoigu di Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari Moscow Times, Rabu (10/11/2021).
Shoigu tidak memberikan rincian tentang sistem rudal S-550 yang baru disebutkan. Namun banyak pihak menduga, S-550 adalah sistem pertahanan rudal pencegat jarak pendek yang dikembangkan di Uni Soviet pada 1980-an. Proyek S-550 dibatalkan setelah kesepakatan dicapai pada pertemuan tahun 1986 antara para pemimpin Uni Soviet dan AS kala itu, Mikhail Gorbachev dan Ronald Reagan.
Beberapa sumber melaporkan, bahwa setelah runtuhnya Uni Soviet, cadangan yang dibuat sebagai bagian dari pekerjaan pada proyek S-550 dihancurkan. Dan juga, prototipe kompleks dihilangkan pada tahun 1992.
Pengumuman Shoigu muncul setelah militer Rusia untuk pertama kalinya menunjukkan rekaman uji tembak langsung dari pendahulu S-550, yakni S-500. Sistem pertahanan S-500 dimaksudkan untuk pengganti S-300 dan suplemen untuk sistem S-400 canggih, pada bulan Juli.
Laporan mengatakan bahwa S-500 melakukan uji coba sistem rudal darat-ke-udara terpanjang di dunia pada tahun 2018. Mantan wakil Shoigu dan Wakil Perdana Menteri saat ini, Yury Borisov mengatakan pada bulan September, bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah mulai menerima pengiriman S-500, meskipun diperkirakan dijadwalkan untuk pengiriman pada tahun 2025.
Sebelumnya, Rusia mengaku dapat memasok sistem rudal anti-pesawat tercanggih S-500 ke China dan India di masa depan. Hal itu disampaikan Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer (FSMTC), Dmitry Shugaev.
"Kami sedang mempertimbangkan India, serta China dan semua negara bagian di mana kami memiliki kemitraan lama dan hubungan timbal balik yang dapat diprediksi, sebagai pemilik masa depan dari sistem mutakhir ini," kata Shugaev dalam sebuah wawancara dengan RBC yang dilansir Sputniknews, Selasa (2/11/2021).
(esn)
tulis komentar anda