Palestina Marah Israel Tolak Pembukaan Lagi Konsulat AS di Yerusalem
Senin, 08 November 2021 - 14:12 WIB
TEPI BARAT - Palestina mengecam penolakan Israel untuk membuka kembali konsulat Amerika Serikat (AS) yang melayani warga Palestina di Yerusalem Timur. Sikap itu diungkapkan dalam laporan Anadolu pada Minggu (7/11/2021).
Pada Sabtu (6/11/2021), Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mengatakan tidak ada tempat bagi konsulat Amerika untuk melayani warga Palestina di Yerusalem.
“Pernyataan Bennett adalah ujian kritis bagi pemerintahan AS Joe Biden," ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Palestina dalam pernyataan.
Kemlu Palestina meminta pemerintah AS tetap pada pendiriannya membuka kembali Konsulat AS di Yerusalem untuk warga Palestina.
"Sudah saatnya bagi masyarakat internasional memimpin dalam menghormati kewajibannya dan memikul tanggung jawab hukum dan moralnya terhadap pendudukan dan permukiman (Israel), dan menghentikan kepercayaannya yang menyedihkan pada pemerintah Israel," papar Kemlu Palestina.
Pada 2019, mantan Presiden AS Donald Trump menutup Konsulat AS di Yerusalem Timur dan menggabungkannya dengan Kedutaan Besar AS setelah memindahkannya ke Yerusalem dari Tel Aviv.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya telah mengumumkan rencana membuka kembali konsulat AS di Yerusalem Timur.
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan warga Palestina berharap Yerusalem Timur, yang sekarang diduduki Israel, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
Sebaliknya, Israel menegaskan Yerusalem adalah ibu kota mereka yang tak dapat dibagi dengan Palestina.
Pada Sabtu (6/11/2021), Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mengatakan tidak ada tempat bagi konsulat Amerika untuk melayani warga Palestina di Yerusalem.
“Pernyataan Bennett adalah ujian kritis bagi pemerintahan AS Joe Biden," ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Palestina dalam pernyataan.
Kemlu Palestina meminta pemerintah AS tetap pada pendiriannya membuka kembali Konsulat AS di Yerusalem untuk warga Palestina.
"Sudah saatnya bagi masyarakat internasional memimpin dalam menghormati kewajibannya dan memikul tanggung jawab hukum dan moralnya terhadap pendudukan dan permukiman (Israel), dan menghentikan kepercayaannya yang menyedihkan pada pemerintah Israel," papar Kemlu Palestina.
Pada 2019, mantan Presiden AS Donald Trump menutup Konsulat AS di Yerusalem Timur dan menggabungkannya dengan Kedutaan Besar AS setelah memindahkannya ke Yerusalem dari Tel Aviv.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya telah mengumumkan rencana membuka kembali konsulat AS di Yerusalem Timur.
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan warga Palestina berharap Yerusalem Timur, yang sekarang diduduki Israel, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
Sebaliknya, Israel menegaskan Yerusalem adalah ibu kota mereka yang tak dapat dibagi dengan Palestina.
(sya)
tulis komentar anda