Terungkap, Korut Bisa Produksi Lebih Banyak Uranium daripada Tingkat Sekarang
Kamis, 04 November 2021 - 14:37 WIB
WASHINGTON - Korea Utara (Korut) bisa mendapatkan semua uranium yang dibutuhkan untuk senjata nuklir melalui fasilitas Pyongsan yang ada. Citra satelit dari tumpukan tailing menunjukkan Korut dapat menghasilkan bahan bakar nuklir jauh lebih banyak daripada itu.
Hasil studi akademis terbaru itu dirilis Al Arabiya pada Kamis (4/11/2021). Meskipun moratorium uji coba senjata nuklir diberlakukan sendiri sejak 2017, Korea Utara mengatakan pihaknya terus membangun persenjataannya.
Tahun ini Korut tampaknya telah memulai kembali reaktor yang secara luas diyakini telah menghasilkan plutonium tingkat senjata nuklir.
Menurut penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Science & Global Security oleh para peneliti di Universitas Stanford dan perusahaan konsultan pertambangan yang berbasis di Arizona, Korea Utara mungkin dapat meningkatkan produksi, dan tidak membutuhkan pabrik uranium lainnya.
“Jelas bahwa DPRK (Korut) tampaknya memiliki kapasitas penggilingan yang jauh lebih besar daripada yang digunakan hingga saat ini,” papar laporan itu, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
“Ini berarti bahwa DPRK dapat memproduksi uranium alami giling dalam jumlah yang jauh lebih besar jika diinginkan," ungkap laporan itu.
“Pabrik Konsentrasi Uranium Pyongsan dan tambang terkaitnya adalah satu-satunya sumber kue kuning atau bijih uranium Korea Utara yang diakui secara publik,” papar para analis.
Laporan itu muncul ketika citra satelit lainnya menunjukkan Korea Utara sedang membangun ekspansi besar di reaktor nuklir Yongbyon, yang menurut para analis dapat digunakan untuk memproduksi uranium tingkat senjata.
“Mengingat program nuklir aktif DPRK, sangat penting untuk menilai dan memahami kemampuan produksi bahan nuklirnya,” ungkap penulis laporan tersebut, yang menyerahkan temuan mereka pada bulan April.
“Kemampuan ini mengatur tingkat di mana Korea Utara dapat memperluas persenjataan nuklirnya, menentukan besarnya ancaman terhadap keamanan internasional dan tantangan pelucutan senjata nuklir potensial, dan mengukur kemampuan Korea Utara mendorong program energi nuklirnya di masa depan,” papar laporan laporan itu.
Pertanyaan tentang berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara adalah masalah utama bagi badan-badan intelijen di Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta untuk setiap pembicaraan yang bertujuan membatasi atau mengurangi persenjataan Korea Utara.
Amerika Serikat ingin Pyongyang menyerahkan persenjataan nuklirnya. Washington mengatakan pihaknya terbuka untuk bertemu dengan Korea Utara tanpa prasyarat.
Korea Utara mengatakan pembicaraan hanya mungkin dilakukan setelah Amerika Serikat dan sekutunya membatalkan kebijakan bermusuhan.
Intelijen tentang senjata nuklir Korea Utara terbatas, tetapi David Albright, presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional, mengatakan kepada Reuters bahwa dia memperkirakan negara itu memiliki kapasitas memproduksi bahan untuk empat hingga enam hulu ledak setahun.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan pada September bahwa, “Program nuklir Korea Utara berjalan dengan penuh semangat dengan bekerja pada pemisahan plutonium, pengayaan uranium dan kegiatan lainnya.”
“Tidak ada laporan tentang akses inspektur asing ke tambang uranium Pyongsan setelah IAEA mengunjungi pada 1992, menjadikan rincian pabrik sekarang tidak pasti,” papar laporan akademis.
Hasil studi akademis terbaru itu dirilis Al Arabiya pada Kamis (4/11/2021). Meskipun moratorium uji coba senjata nuklir diberlakukan sendiri sejak 2017, Korea Utara mengatakan pihaknya terus membangun persenjataannya.
Tahun ini Korut tampaknya telah memulai kembali reaktor yang secara luas diyakini telah menghasilkan plutonium tingkat senjata nuklir.
Menurut penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Science & Global Security oleh para peneliti di Universitas Stanford dan perusahaan konsultan pertambangan yang berbasis di Arizona, Korea Utara mungkin dapat meningkatkan produksi, dan tidak membutuhkan pabrik uranium lainnya.
“Jelas bahwa DPRK (Korut) tampaknya memiliki kapasitas penggilingan yang jauh lebih besar daripada yang digunakan hingga saat ini,” papar laporan itu, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
“Ini berarti bahwa DPRK dapat memproduksi uranium alami giling dalam jumlah yang jauh lebih besar jika diinginkan," ungkap laporan itu.
“Pabrik Konsentrasi Uranium Pyongsan dan tambang terkaitnya adalah satu-satunya sumber kue kuning atau bijih uranium Korea Utara yang diakui secara publik,” papar para analis.
Laporan itu muncul ketika citra satelit lainnya menunjukkan Korea Utara sedang membangun ekspansi besar di reaktor nuklir Yongbyon, yang menurut para analis dapat digunakan untuk memproduksi uranium tingkat senjata.
“Mengingat program nuklir aktif DPRK, sangat penting untuk menilai dan memahami kemampuan produksi bahan nuklirnya,” ungkap penulis laporan tersebut, yang menyerahkan temuan mereka pada bulan April.
“Kemampuan ini mengatur tingkat di mana Korea Utara dapat memperluas persenjataan nuklirnya, menentukan besarnya ancaman terhadap keamanan internasional dan tantangan pelucutan senjata nuklir potensial, dan mengukur kemampuan Korea Utara mendorong program energi nuklirnya di masa depan,” papar laporan laporan itu.
Pertanyaan tentang berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara adalah masalah utama bagi badan-badan intelijen di Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta untuk setiap pembicaraan yang bertujuan membatasi atau mengurangi persenjataan Korea Utara.
Amerika Serikat ingin Pyongyang menyerahkan persenjataan nuklirnya. Washington mengatakan pihaknya terbuka untuk bertemu dengan Korea Utara tanpa prasyarat.
Korea Utara mengatakan pembicaraan hanya mungkin dilakukan setelah Amerika Serikat dan sekutunya membatalkan kebijakan bermusuhan.
Intelijen tentang senjata nuklir Korea Utara terbatas, tetapi David Albright, presiden Institut Sains dan Keamanan Internasional, mengatakan kepada Reuters bahwa dia memperkirakan negara itu memiliki kapasitas memproduksi bahan untuk empat hingga enam hulu ledak setahun.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan pada September bahwa, “Program nuklir Korea Utara berjalan dengan penuh semangat dengan bekerja pada pemisahan plutonium, pengayaan uranium dan kegiatan lainnya.”
“Tidak ada laporan tentang akses inspektur asing ke tambang uranium Pyongsan setelah IAEA mengunjungi pada 1992, menjadikan rincian pabrik sekarang tidak pasti,” papar laporan akademis.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda