AS Dikecam, Rudalnya Bunuh 10 Orang Tak Bersalah di Kabul tapi Kebal Hukum
Kamis, 04 November 2021 - 10:08 WIB
WASHINGTON - Investigasi militer Amerika Serikat (AS) menyimpulkan serangan rudal dari pesawat nirawaknya yang menewaskan 10 warga sipil tak bersalah di Kabul bukan kelalaian kriminal dan tak ada personel yang dihukum. Kesimpulan investigasi itu dikecam keras lembaga bantuan sosial yang mempekerjakan salah satu korban.
Steven Kwon, salah satu pendiri dan presiden Nutrition and Education International, yang mempekerjakan salah satu korban, mengatakan penyelidikan itu sangat mengecewakan dan tidak memadai.
"Menurut Inspektur Jenderal, ada kesalahan tetapi tidak ada yang salah, dan saya bertanya-tanya, bagaimana bisa?" kata Kwon mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Investigasi oleh inspektur jenderal militer Amerika diumumkan hari Rabu (3/11/2021).
Laporan investigasi itu mengatakan serangan fatal tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian kriminal, tetapi oleh serangkaian kesalahan, termasuk tidak memerhatikan seorang anak beberapa menit sebelum serangan itu terjadi.
Serangan pada 29 Agustus 2021 menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, dalam insiden yang sebelumnya disebut militer Amerika sebagai "kesalahan tragis".
Awalnya, Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan seorang pengebom bunuh diri ISIS yang menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara Kabul saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan pasukan dari Afghanistan.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah seorang pengebom bunuh diri ISIS menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang telah berkerumun di luar gerbang bandara.
Penyelidikan oleh inspektur jenderal Angkatan Udara AS mengatakan serangan itu disebabkan oleh kesalahan eksekusi, menafsirkan informasi yang mendukung sudut pandang tertentu, dan gangguan komunikasi.
"Ini kesalahan yang disesalkan. Ini kesalahan yang jujur," kata Letnan Jenderal Sami Said, inspektur jenderal Angkatan Udara Amerika, kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/11/2021).
Investigasi itu meninjau data dan rekaman video. Said mengaku menemukan bukti satu anak di dekatnya sekitar dua menit sebelum pelatuk ditarik pada serangan drone.
Namun dia menambahkan bahwa dirinya memerhatikan kehadiran anak itu ketika dia melihat video tersebut dengan baik setelah kejadian dan akan mudah untuk dilewatkan pada saat itu.
Said tidak merekomendasikan tindakan disipliner, tetapi mengatakan akan tergantung pada komandan untuk membuat keputusan tentang apa, jika ada, tindakan pertanggungjawaban yang harus diambil.
Steven Kwon, salah satu pendiri dan presiden Nutrition and Education International, yang mempekerjakan salah satu korban, mengatakan penyelidikan itu sangat mengecewakan dan tidak memadai.
Baca Juga
"Menurut Inspektur Jenderal, ada kesalahan tetapi tidak ada yang salah, dan saya bertanya-tanya, bagaimana bisa?" kata Kwon mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Investigasi oleh inspektur jenderal militer Amerika diumumkan hari Rabu (3/11/2021).
Laporan investigasi itu mengatakan serangan fatal tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian kriminal, tetapi oleh serangkaian kesalahan, termasuk tidak memerhatikan seorang anak beberapa menit sebelum serangan itu terjadi.
Serangan pada 29 Agustus 2021 menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, dalam insiden yang sebelumnya disebut militer Amerika sebagai "kesalahan tragis".
Awalnya, Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan seorang pengebom bunuh diri ISIS yang menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara Kabul saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan pasukan dari Afghanistan.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah seorang pengebom bunuh diri ISIS menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang telah berkerumun di luar gerbang bandara.
Penyelidikan oleh inspektur jenderal Angkatan Udara AS mengatakan serangan itu disebabkan oleh kesalahan eksekusi, menafsirkan informasi yang mendukung sudut pandang tertentu, dan gangguan komunikasi.
"Ini kesalahan yang disesalkan. Ini kesalahan yang jujur," kata Letnan Jenderal Sami Said, inspektur jenderal Angkatan Udara Amerika, kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/11/2021).
Investigasi itu meninjau data dan rekaman video. Said mengaku menemukan bukti satu anak di dekatnya sekitar dua menit sebelum pelatuk ditarik pada serangan drone.
Namun dia menambahkan bahwa dirinya memerhatikan kehadiran anak itu ketika dia melihat video tersebut dengan baik setelah kejadian dan akan mudah untuk dilewatkan pada saat itu.
Baca Juga
Said tidak merekomendasikan tindakan disipliner, tetapi mengatakan akan tergantung pada komandan untuk membuat keputusan tentang apa, jika ada, tindakan pertanggungjawaban yang harus diambil.
(min)
tulis komentar anda