Rusia: Peralatan Militer AS yang Ditinggalkan di Afghanistan Bisa Beredar di Pasar Gelap
Selasa, 02 November 2021 - 04:30 WIB
MOSKOW - Perangkat keras militer Amerika Serikat (AS) yang ditinggalkan di Afghanistan mungkin bisa muncul di pasar gelap. Jika hal ini terjadi, maka akan menciptakan masalah bagi seluruh dunia. Demikian dinyatakan Kepala Dinas Federal untuk Kerjasama Teknis-militer, Dmitry Shugayev.
“Bahwa Amerika telah menyia-nyiakan sejumlah besar uang untuk senjata dan peralatan militer lainnya, telah menjadi masalah rumit yang mengerikan, tidak hanya untuk Afghanistan, tetapi juga untuk seluruh dunia,” kata Shugayev, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Senin (1/11/2021).
“Sampai batas tertentu, karena berbagai organisasi teroris bercokol di sana. Seharusnya tidak dikesampingkan bahwa mereka mungkin meletakkan tangan di gudang senjata ini, jika mereka belum melakukannya," lanjut Shugayev.
Dia juga memperingatkan bahwa ada risiko tinggi bahwa senjata ini mungkin mulai dijual di pasar ilegal. Mengingat saat ini Afghanistan masih belum berada dalam kondisi stabil, di mana kelompok-kelompok bersenjata masih banyak berkeliaran, meski Taliban mengaku sudah bisa mengontrol situasi.
"Dengan kata lain, mereka mungkin muncul di mana saja di dunia. Kemungkinan besar, beberapa kejutan yang sangat tidak menyenangkan mungkin akan kita hadapi. Terlebih lagi, karena peralatan yang ditinggalkan Amerika Serikat jauh lebih serius daripada popgun," Shugayev memperingatkan.
Penarikan pasukan AS dari tanah Afghanistan pada Agustus lalu memang menimbulkan sejumlah masalah pelik. Salah satunya soal banyaknya peralatan militer yang ditinggalkan pasukan AS di Afghanistan. Peralatan tersebut sekarang sebagian besar berada di bawah kekuasaan Taliban.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, bahwa pasukan AS yang ditarik dari Afghanistan meninggalkan senjata canggih senilai USD85 miliar. AS sendiri tidak pernah menyatakan jumlah pasti peralatan militera yang mereka tinggalkan di Afghanistan.
“Bahwa Amerika telah menyia-nyiakan sejumlah besar uang untuk senjata dan peralatan militer lainnya, telah menjadi masalah rumit yang mengerikan, tidak hanya untuk Afghanistan, tetapi juga untuk seluruh dunia,” kata Shugayev, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Senin (1/11/2021).
Baca Juga
“Sampai batas tertentu, karena berbagai organisasi teroris bercokol di sana. Seharusnya tidak dikesampingkan bahwa mereka mungkin meletakkan tangan di gudang senjata ini, jika mereka belum melakukannya," lanjut Shugayev.
Dia juga memperingatkan bahwa ada risiko tinggi bahwa senjata ini mungkin mulai dijual di pasar ilegal. Mengingat saat ini Afghanistan masih belum berada dalam kondisi stabil, di mana kelompok-kelompok bersenjata masih banyak berkeliaran, meski Taliban mengaku sudah bisa mengontrol situasi.
"Dengan kata lain, mereka mungkin muncul di mana saja di dunia. Kemungkinan besar, beberapa kejutan yang sangat tidak menyenangkan mungkin akan kita hadapi. Terlebih lagi, karena peralatan yang ditinggalkan Amerika Serikat jauh lebih serius daripada popgun," Shugayev memperingatkan.
Penarikan pasukan AS dari tanah Afghanistan pada Agustus lalu memang menimbulkan sejumlah masalah pelik. Salah satunya soal banyaknya peralatan militer yang ditinggalkan pasukan AS di Afghanistan. Peralatan tersebut sekarang sebagian besar berada di bawah kekuasaan Taliban.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, bahwa pasukan AS yang ditarik dari Afghanistan meninggalkan senjata canggih senilai USD85 miliar. AS sendiri tidak pernah menyatakan jumlah pasti peralatan militera yang mereka tinggalkan di Afghanistan.
(esn)
tulis komentar anda