Pengacara Inggris Atur Evakuasi Puluhan Hakim Wanita untuk Kabur dari Afghanistan
loading...
A
A
A
LONDON - Seorang pengacara veteran Inggris , Baroness Kennedy, berhasil mengumpulkan lebih dari USD1,3 juta untuk membantu ratusan hakim wanita yang berisiko di Afghanistan melarikan diri ke Eropa bersama keluarga mereka. Ia telah memesan dan mengatur penerbangan evakuasi dari Kabul ke Athena.
Pesawat pertama yang disewa oleh Kennedy tiga minggu lalu mengangkut 26 hakim wanita dan anggota keluarga mereka. Lalu, dua penerbangan berikutnya membawa 375 orang, termasuk 77 hakim wanita. Katerina Sakellaropoulou, presiden Yunani dan mantan hakim, dibujuk oleh Kennedy untuk menerima keluarga tersebut. Pemerintah Georgia juga mengizinkan transit mereka.
“Wanita-wanita ini berada dalam bahaya maut. Mereka mengadili hal-hal seperti kekerasan dalam rumah tangga dan pernikahan anak, dan banyak dari mereka mengurung Taliban,” kata Kennedy, seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (30/10/2021)
“Begitu Taliban kembali, mereka harus melarikan diri. Kami telah mendorong para wanita ini (untuk mengejar hukum) dan sekarang mereka dalam bahaya. Jika setiap negara dengan hati nurani dapat mengambil 10 keluarga, itu akan sangat bagus,” lanjutnya.
Monasa Naseri (33), yang tiba bersama suaminya, juga seorang hakim, dan anggota keluarga lainnya, mengatakan: “Tidak ada orang di pesawat yang tidak menangis. Kami telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain selama dua bulan dan ketakutan. Ayah saya sangat tertekan sehingga saya pikir dia akan mati”.
Dua saudara yatim piatu, Wali (18) dan Wahab (19), juga ikut dalam penerbangan itu. Ibu mereka, Qadria Yasini, salah satu hakim Mahkamah Agung wanita pertama Afghanistan, dibunuh pada bulan Januari silam.
Kennedy adalah Direktur hak asasi manusia untuk Asosiasi Pengacara Internasional, yang melatih pengacara dan hakim wanita di Afghanistan. Sebagai bagian dari proses evakuasi, dia juga mengawasi pembuatan rumah aman di Kabul dan kota Mazar-i-Sharif.
“Sekitar 100 hakim perempuan lainnya masih terjebak di Afghanistan, dan karena biaya asuransi, dibutuhkan tambahan USD1,3 juta untuk mengevakuasi mereka dengan aman,” ujar Kennedy.
Lihat Juga: Masih Disubsidi Negara, Padahal Keluarga Kerajaan Inggris Raih Rp470 Miliar dari Bisnis Properti
Pesawat pertama yang disewa oleh Kennedy tiga minggu lalu mengangkut 26 hakim wanita dan anggota keluarga mereka. Lalu, dua penerbangan berikutnya membawa 375 orang, termasuk 77 hakim wanita. Katerina Sakellaropoulou, presiden Yunani dan mantan hakim, dibujuk oleh Kennedy untuk menerima keluarga tersebut. Pemerintah Georgia juga mengizinkan transit mereka.
“Wanita-wanita ini berada dalam bahaya maut. Mereka mengadili hal-hal seperti kekerasan dalam rumah tangga dan pernikahan anak, dan banyak dari mereka mengurung Taliban,” kata Kennedy, seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (30/10/2021)
“Begitu Taliban kembali, mereka harus melarikan diri. Kami telah mendorong para wanita ini (untuk mengejar hukum) dan sekarang mereka dalam bahaya. Jika setiap negara dengan hati nurani dapat mengambil 10 keluarga, itu akan sangat bagus,” lanjutnya.
Monasa Naseri (33), yang tiba bersama suaminya, juga seorang hakim, dan anggota keluarga lainnya, mengatakan: “Tidak ada orang di pesawat yang tidak menangis. Kami telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain selama dua bulan dan ketakutan. Ayah saya sangat tertekan sehingga saya pikir dia akan mati”.
Dua saudara yatim piatu, Wali (18) dan Wahab (19), juga ikut dalam penerbangan itu. Ibu mereka, Qadria Yasini, salah satu hakim Mahkamah Agung wanita pertama Afghanistan, dibunuh pada bulan Januari silam.
Kennedy adalah Direktur hak asasi manusia untuk Asosiasi Pengacara Internasional, yang melatih pengacara dan hakim wanita di Afghanistan. Sebagai bagian dari proses evakuasi, dia juga mengawasi pembuatan rumah aman di Kabul dan kota Mazar-i-Sharif.
“Sekitar 100 hakim perempuan lainnya masih terjebak di Afghanistan, dan karena biaya asuransi, dibutuhkan tambahan USD1,3 juta untuk mengevakuasi mereka dengan aman,” ujar Kennedy.
Lihat Juga: Masih Disubsidi Negara, Padahal Keluarga Kerajaan Inggris Raih Rp470 Miliar dari Bisnis Properti
(esn)