Lagi, Iran Tolak Kekhawatiran Barat Soal Program Nuklir
Selasa, 02 November 2021 - 02:32 WIB
TEHERAN - Iran kembali menegaskan bahwa program nuklir mereka bertujuan damai. Penegasan ini dilontarkan dua hari setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jerman menyatakan keprihatinan "besar" mereka soal program nuklir Iran di sela-sela pertemuan G20.
Negara-negara Barat menyatakan tekad mereka untuk memastikan bahwa Iran tidak akan pernah dapat mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir. Barat juga menyatakan, Teheran telah mempercepat langkah-langkah nuklir yang provokatif, seperti produksi uranium yang sangat diperkaya dan logam uranium yang diperkaya.
Barat juga menuding, Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk kedua tindakan tersebut, tetapi keduanya penting untuk program senjata nuklir. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengatakan kepada wartawan di Teheran, bahwa posisi Barat "tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak akan membawa hasil yang konstruktif."
“Berlawanan dengan pernyataan tersebut, produksi logam uranium dan uranium yang diperkaya, sebagaimana telah ditegaskan di masa lalu, dilakukan untuk tujuan damai dan untuk keperluan sipil. Termasuk untuk pasokan medis dan untuk digunakan sebagai bahan bakar di reaktor penelitian Teheran,” kata Khatibzadeh, seperti dikutip dari Arab News, Senin (1/11/2021).
Pekan lalu, Iran mengatakan akan melanjutkan pembicaraan dengan kekuatan dunia pada November tentang menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015 tentang program nuklir. Pembicaraan ini telah mengalami jeda lima bulan.
"Ketika pembicaraan ini dimulai dalam dua atau tiga minggu ke depan, Iran akan mengikuti mereka dengan perhatian khusus. Sebab, negosiasi untuk bernegosiasi bukan bagian dari politiknya," kata Khatibzadeh. Ia juga menambahkan bahwa pembicaraan Wina tidak akan diadakan di pertemuan tingkat menteri.
Akhir pekan lalu, Departemen Keuangan AS memukul program pesawat tak berawak Iran dengan sanksi. AS mengatakan bahwa kendaraan udara tak berawak mematikan dari Korps Pengawal Revolusi Islam telah digunakan untuk menyerang pasukan AS dan pengiriman internasional di wilayah Teluk.
“Bertentangan dengan pernyataan mereka, pemerintah AS terus mengejar kebijakan tekanan maksimum yang mengarah pada sanksi baru atau penerapan kembali sanksi yang sebelumnya dicabut,” ujar Khatibzadeh.
Teheran mengatakan tidak terkesan dengan tindakan AS dan mendesak Washington untuk menjauh dari "logika ekstremis dan agresif dari pemerintahan sebelumnya" Trump. “Amerika Serikat tahu lebih baik daripada siapa pun bahwa satu-satunya pilihannya adalah mematuhi aturan hukum, dan menghormati hak-hak negara,” kata Khatibzadeh.
Negara-negara Barat menyatakan tekad mereka untuk memastikan bahwa Iran tidak akan pernah dapat mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir. Barat juga menyatakan, Teheran telah mempercepat langkah-langkah nuklir yang provokatif, seperti produksi uranium yang sangat diperkaya dan logam uranium yang diperkaya.
Barat juga menuding, Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk kedua tindakan tersebut, tetapi keduanya penting untuk program senjata nuklir. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengatakan kepada wartawan di Teheran, bahwa posisi Barat "tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak akan membawa hasil yang konstruktif."
“Berlawanan dengan pernyataan tersebut, produksi logam uranium dan uranium yang diperkaya, sebagaimana telah ditegaskan di masa lalu, dilakukan untuk tujuan damai dan untuk keperluan sipil. Termasuk untuk pasokan medis dan untuk digunakan sebagai bahan bakar di reaktor penelitian Teheran,” kata Khatibzadeh, seperti dikutip dari Arab News, Senin (1/11/2021).
Pekan lalu, Iran mengatakan akan melanjutkan pembicaraan dengan kekuatan dunia pada November tentang menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015 tentang program nuklir. Pembicaraan ini telah mengalami jeda lima bulan.
"Ketika pembicaraan ini dimulai dalam dua atau tiga minggu ke depan, Iran akan mengikuti mereka dengan perhatian khusus. Sebab, negosiasi untuk bernegosiasi bukan bagian dari politiknya," kata Khatibzadeh. Ia juga menambahkan bahwa pembicaraan Wina tidak akan diadakan di pertemuan tingkat menteri.
Akhir pekan lalu, Departemen Keuangan AS memukul program pesawat tak berawak Iran dengan sanksi. AS mengatakan bahwa kendaraan udara tak berawak mematikan dari Korps Pengawal Revolusi Islam telah digunakan untuk menyerang pasukan AS dan pengiriman internasional di wilayah Teluk.
“Bertentangan dengan pernyataan mereka, pemerintah AS terus mengejar kebijakan tekanan maksimum yang mengarah pada sanksi baru atau penerapan kembali sanksi yang sebelumnya dicabut,” ujar Khatibzadeh.
Teheran mengatakan tidak terkesan dengan tindakan AS dan mendesak Washington untuk menjauh dari "logika ekstremis dan agresif dari pemerintahan sebelumnya" Trump. “Amerika Serikat tahu lebih baik daripada siapa pun bahwa satu-satunya pilihannya adalah mematuhi aturan hukum, dan menghormati hak-hak negara,” kata Khatibzadeh.
(esn)
tulis komentar anda