Bos Raytheon: AS Tertinggal Beberapa Tahun dari China dalam Teknologi Senjata Hipersonik

Rabu, 27 Oktober 2021 - 12:27 WIB
Raytheon saat ini sedang mengembangkan rudal jelajah hipersonik dengan militer AS.

“Kemampuan hipersonik adalah ancaman paling mengganggu bagi tanah air kita. Waktu untuk bereaksi sangat, sangat singkat,” papar dia.

Komentar CEO muncul setelah laporan China melakukan dua tes senjata hipersonik selama musim panas, termasuk salah satu yang disebut kendaraan luncur hipersonik.

Diluncurkan dari rudal atau roket, kendaraan peluncur itu terpisah dan meluncur menuju target saat bermanuver di atmosfer.

Hayes mengatakan senjata semacam itu dapat mencapai kecepatan 22.000 mil per jam.

“Kita harus memiliki sistem otomatis untuk mempertahankan tanah air, dan kita fokus pada itu,” ujar dia.

Unit Rudal dan Pertahanan Raytheon pada September berhasil menguji coba rudal jelajah hipersonik yang dapat melaju dengan kecepatan lebih dari Mach 5 sebagai bagian dari kontrak pengembangan untuk Angkatan Udara AS dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), badan pengembangan teknologi canggih Departemen Pertahanan AS.

“Kita akan memiliki senjata untuk menantang musuh, tetapi yang paling penting saya pikir fokus kita adalah bagaimana kita mengembangkan kontra-hipersonik. Di situlah tantangannya,” tutur Hayes.

Saham Raytheon turun 2,5% menjadi USD88,99 pada pukul 14:38 di New York setelah perusahaan melaporkan laba kuartal ketiga pada Rabu (27/10/2021).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(sya)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More