Ketika Warga Negeri Kanguru Belajar Secara Daring Seni Tari, Angklung dan Gamelan Nusantara

Senin, 18 Oktober 2021 - 15:49 WIB
Dalam sambutan pembukaannya, Atdikbud Najib menyampaikan para peserta akan dikenalkan sebagian kecil dari tradisi dan budaya Indonesia.

“Indonesia tak hanya luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke, tapi juga sangat kaya budaya dan tradisi. Sehingga, tidak mungkin dalam waktu yang singkat bisa dipelajari seluruhnya,” terangnya.

“Jika ingin lebih jauh belajar tentang keragaman, maka Indonesialah tempatnya. Indonesia terdiri dari beragam etnis dengan beragam tradisi, budaya dan bahasa. Jadi kalau saat ini para peserta belajar bahasa Indonesia, ketahuilah bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, sementara di setiap daerah di Indonesia juga terdapat ratusan bahasa daerah, sehingga jangan kaget jika nanti Anda datang ke Yogyakarta, misalnya, mereka akan bicara dengan Bahasa Indonesia, dan selain itu Bahasa Jawa, Bali, Batak, Sunda dan lain-lain,” tutur Atdikbud Najib pada para peserta.

Pelatihan menari dan bermain Gamelan Bali dalam workshop ini dibimbing langsung I Gede Eka Riadi yang merupakan seniman Indonesia asal Bali.

Sementara untuk pelatihan Angklung para peserta dibimbing langsung oleh Rubby Al Burhan, seniman asal Jawa Barat.

Keduanya merupakan staf KBRI Canberra yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing. Tentu tidak mudah melakukan pelatihan musik dan tari secara daring, terlebih lagi untuk angklung yang harus dimainkan secara bersama-sama.

“Sebenarnya pelatihan secara daring tidak terlalu mudah, karena perbedaan jaringan internet dari masing-masing akan menyebabkan bunyi yang beragam. Sementara, gamelan harus dimainkan secara bersama-sama di tempat yang sama, sehingga dengan pelatihan secara daring maka menyelaraskan bunyi antar peserta menjadi tidak mudah mengingat masing-masing peserta berada di tempat yang berbeda,” jelas Gede.

Meski begitu, menurut Gede pelatihan tari dan gamelan secara daring memberikan pengalaman baru yang tidak kalah menariknya dengan pelatihan secara tatap muka.

Senada dengan Gede, Rubby menyatakan bahwa pelatihan angklung secara daring memberikan tantangan tersendiri.

“Angklung harus dimainkan berkelompok secara bersama. Pelatihan Angklung secara daring mensyaratkan jaringan yang stabil agar bisa menghasilkan bunyi asli yang jelas. Karena jika bunyi asli dari masing-masing angklung tidak jelas, maka akan sulit untuk menyelaraskan bunyinya. Tapi, pelatihan angklung daring ini sangat menarik meski secara teknis sedikit rumit karena panitia harus mengirimkan dulu angklungnya ke masing-masing peserta dan memastikan jaringan yang digunakan berkualitas baik,” tutur Rubby.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More