Korut Punya Pasukan Teror, Tugasnya Bunuh Pejabat yang Membelot
Rabu, 13 Oktober 2021 - 14:50 WIB
Namun kesaksian dari Kim Kuk-song ini membuktikan sebaliknya.
"Di Korea Utara, terorisme adalah alat politik yang melindungi martabat tertinggi Kim Jong-il dan Kim Jong-un," katanya.
"Itu adalah hadiah untuk menunjukkan kesetiaan penerus kepada pemimpin besarnya," imbuhnya.
Ada lebih banyak lagi aksi teroris yang terjadi kemudian. Setahun kemudian, pada 2010, sebuah kapal angkatan laut Korsel, Cheonan, tenggelam setelah terkena torpedo. Empat puluh enam nyawa hilang. Pyongyang selalu membantah keterlibatannya.
Kemudian, pada bulan November tahun itu, lusinan peluru artileri Korut menghantam pulau Yeonpyeong di Korsel. Dua tentara dan dua warga sipil tewas.
Ada banyak perdebatan tentang siapa yang memberi perintah untuk serangan itu. Kim sendiri mengaku tidak terlibat langsung dalam operasi Cheonan atau pulau Yeonpyeong, tetapi itu bukan rahasia bagi petugas RGB. Kejadian itu dianggap sebagai sesuatu untuk dibanggakan.
"Dan operasi itu tidak akan terjadi tanpa perintah dari atas," tegasnya.
"Di Korea Utara, bahkan ketika sebuah jalan dibangun, itu tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan langsung dari Pemimpin Tertinggi. Penenggelaman Cheonan dan penembakan Pulau Yeonpyeong bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh bawahan," tuturnya.
"Pekerjaan militer semacam ini dirancang dan dilaksanakan oleh perintah khusus Kim Jong-un. Ini sebuah pencapaian," tukasnya.
"Di Korea Utara, terorisme adalah alat politik yang melindungi martabat tertinggi Kim Jong-il dan Kim Jong-un," katanya.
"Itu adalah hadiah untuk menunjukkan kesetiaan penerus kepada pemimpin besarnya," imbuhnya.
Ada lebih banyak lagi aksi teroris yang terjadi kemudian. Setahun kemudian, pada 2010, sebuah kapal angkatan laut Korsel, Cheonan, tenggelam setelah terkena torpedo. Empat puluh enam nyawa hilang. Pyongyang selalu membantah keterlibatannya.
Kemudian, pada bulan November tahun itu, lusinan peluru artileri Korut menghantam pulau Yeonpyeong di Korsel. Dua tentara dan dua warga sipil tewas.
Ada banyak perdebatan tentang siapa yang memberi perintah untuk serangan itu. Kim sendiri mengaku tidak terlibat langsung dalam operasi Cheonan atau pulau Yeonpyeong, tetapi itu bukan rahasia bagi petugas RGB. Kejadian itu dianggap sebagai sesuatu untuk dibanggakan.
"Dan operasi itu tidak akan terjadi tanpa perintah dari atas," tegasnya.
"Di Korea Utara, bahkan ketika sebuah jalan dibangun, itu tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan langsung dari Pemimpin Tertinggi. Penenggelaman Cheonan dan penembakan Pulau Yeonpyeong bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh bawahan," tuturnya.
"Pekerjaan militer semacam ini dirancang dan dilaksanakan oleh perintah khusus Kim Jong-un. Ini sebuah pencapaian," tukasnya.
tulis komentar anda