Pernah Menghukum Taliban, 220 Eks Hakim Wanita Afghanitan Ketakutan
Rabu, 29 September 2021 - 10:05 WIB
KABUL - Setidaknya 220 mantan hakim wanita di Afghanistan melarikan diri karena ketakutan. Musababnya, mereka pada masa lalu telah menghukum para anggota Taliban .
Data ratusan mantan hakim wanita yang melarikan diri dari rumahnya itu merupakan hasil investigasi BBC, yang dilansir Rabu (29/9/2021).
Hidup mereka dalam bahaya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Mereka terancam menjadi target balas dendam oleh anggota kelompok militan yang pernah dihukum penjara.
Taliban telah membebaskan semua anggotanya yang dipenjara setelah mengambil alih kekuasaan Afghanistan Agustus lalu. Mereka yang dibebaskan termasuk orang-oran telah melakukan kejahatan keji.
BBC berbicara dengan enam mantan hakim wanita, yang merupakan hakim paling terkenal dan berkuasa di Afghanistan sebelum pengambilalihan Taliban.
Semua wanita itu menceritakan kisah yang sama—segera setelah Taliban membebaskan anggotanya yang dipenjara—, di mana mereka mulai menerima ancaman pembunuhan.
Semua wanita itu terpaksa mengganti nomor ponsel dan meninggalkan rumahnya, seringkali hidup dalam pelarian dan berpindah lokasi setiap beberapa hari.
Beberapa dari mereka mencoba meninggalkan negara itu, tetapi mengalami kesulitan karena tidak semua anggota keluarga mereka punya waktu untuk mempersiapkan dokumentasi yang tepat.
Beberapa mantan hakim menyebut setidaknya empat pria Taliban—yang telah dikirim ke penjara karena membunuh istri mereka—sebagai orang-orang yang mengancam mereka.
Salah satu mantan narapidana secara eksplisit memperingatkan hakim bahwa dia akan melakukan hal yang sama padanya seperti yang dia lakukan pada istrinya.
Beberapa dari mereka melaporkan bahwa rumah mereka dikunjungi oleh mantan tahanan, dan tetangga mereka mempertanyakan keberadaan mereka.
"Hakim wanita harus hidup seperti keluarga lainnya tanpa rasa takut. Tidak ada yang boleh mengancam mereka. Unit militer khusus kami berkewajiban untuk menyelidiki keluhan tersebut dan bertindak jika ada pelanggaran," kata juru bicara Taliban Bilal Karimi kepada BBC sebagai tanggapan atas keluhan ancaman tersebut.
Ketika Taliban terakhir berkuasa dari 1996-2001, anak perempuan tidak diizinkan bersekolah dan perempuan dilarang bekerja dan kuliah.
Selama periode itu, Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatannya dikenal sebagai polisi moral kelompok tersebut, menegakkan interpretasi Syariah Islam versi mereka yang mencakup aturan berpakaian yang ketat dan eksekusi serta cambuk di depan umum.
Kali ini, para penguasa Taliban membuat janji publik untuk melindungi hak-hak perempuan, tetapi dalam praktiknya justru melakukan yang sebaliknya, sangat mirip dengan tindakannya 25 tahun lalu.
Taliban telah memerintahkan perempuan untuk tinggal di rumah, melarang gadis remaja pergi ke sekolah, melakukan pencarian dari rumah ke rumah terhadap mantan musuh.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
Data ratusan mantan hakim wanita yang melarikan diri dari rumahnya itu merupakan hasil investigasi BBC, yang dilansir Rabu (29/9/2021).
Hidup mereka dalam bahaya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Mereka terancam menjadi target balas dendam oleh anggota kelompok militan yang pernah dihukum penjara.
Taliban telah membebaskan semua anggotanya yang dipenjara setelah mengambil alih kekuasaan Afghanistan Agustus lalu. Mereka yang dibebaskan termasuk orang-oran telah melakukan kejahatan keji.
BBC berbicara dengan enam mantan hakim wanita, yang merupakan hakim paling terkenal dan berkuasa di Afghanistan sebelum pengambilalihan Taliban.
Semua wanita itu menceritakan kisah yang sama—segera setelah Taliban membebaskan anggotanya yang dipenjara—, di mana mereka mulai menerima ancaman pembunuhan.
Semua wanita itu terpaksa mengganti nomor ponsel dan meninggalkan rumahnya, seringkali hidup dalam pelarian dan berpindah lokasi setiap beberapa hari.
Beberapa dari mereka mencoba meninggalkan negara itu, tetapi mengalami kesulitan karena tidak semua anggota keluarga mereka punya waktu untuk mempersiapkan dokumentasi yang tepat.
Beberapa mantan hakim menyebut setidaknya empat pria Taliban—yang telah dikirim ke penjara karena membunuh istri mereka—sebagai orang-orang yang mengancam mereka.
Salah satu mantan narapidana secara eksplisit memperingatkan hakim bahwa dia akan melakukan hal yang sama padanya seperti yang dia lakukan pada istrinya.
Beberapa dari mereka melaporkan bahwa rumah mereka dikunjungi oleh mantan tahanan, dan tetangga mereka mempertanyakan keberadaan mereka.
"Hakim wanita harus hidup seperti keluarga lainnya tanpa rasa takut. Tidak ada yang boleh mengancam mereka. Unit militer khusus kami berkewajiban untuk menyelidiki keluhan tersebut dan bertindak jika ada pelanggaran," kata juru bicara Taliban Bilal Karimi kepada BBC sebagai tanggapan atas keluhan ancaman tersebut.
Ketika Taliban terakhir berkuasa dari 1996-2001, anak perempuan tidak diizinkan bersekolah dan perempuan dilarang bekerja dan kuliah.
Selama periode itu, Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatannya dikenal sebagai polisi moral kelompok tersebut, menegakkan interpretasi Syariah Islam versi mereka yang mencakup aturan berpakaian yang ketat dan eksekusi serta cambuk di depan umum.
Kali ini, para penguasa Taliban membuat janji publik untuk melindungi hak-hak perempuan, tetapi dalam praktiknya justru melakukan yang sebaliknya, sangat mirip dengan tindakannya 25 tahun lalu.
Taliban telah memerintahkan perempuan untuk tinggal di rumah, melarang gadis remaja pergi ke sekolah, melakukan pencarian dari rumah ke rumah terhadap mantan musuh.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
(min)
tulis komentar anda