Rudalnya Bunuh 10 Orang Tak Bersalah di Kabul, Mengapa AS Tak Dihukum?

Sabtu, 18 September 2021 - 08:39 WIB
Keluarga Ahmadi yang jadi korban serangan rudal AS di Kabul, Afghanistan, dimakamkan. Ada 10 orang sekeluarga yang tak bersalah jadi korban serangan rudal AS. Foto/Marcus Yam/Los Angeles Times
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui rudal Hellfire yang ditembakkan oleh drone-nya di Kabul pada 29 Agustus lalu menewaskan 10 orang tak bersalah, termasuk 7 anak. Namun, Pentagon hanya menyampaikan permintaan maaf tanpa memberikan hukuman kepada personel yang tindakan fatalnya diduga masuk kategori kejahatan perang tersebut.

Jenderal Marinir Kenneth McKenzie, kepala Komando Pusat (CENTCOM), pada hari Jumat (17/9/2021), mengumumkan bahwa rudal Hellfire yang ditembakkan ke sebuah rumah di Kabul, Afghanistan, tepat sebelum evakuasi AS berakhir sebenarnya tidak membunuh seorang fasilitator kelompok teroris ISIS Khorasan (ISIS-K).





"Serangan pesawat tak berawak di Kabul adalah kesalahan," kata McKenzie. "Sepuluh warga sipil, termasuk hingga tujuh anak tewas secara tragis," akunya.

"Serangan itu diperintahkan dengan keyakinan sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan kami, tetapi itu adalah kesalahan dan saya menawarkan permintaan maaf yang tulus," imbuh dia, sembari menawarkan belasungkawa yang mendalam kepada kerabat mereka yang tewas.

McKenzie memandu para wartawan untuk mengetahui keputusan AS dalam meluncurkan serangan itu dengan mengutip lebih dari 60 informasi intelijen tentang serangan yang akan segera dilakukan oleh ISIS-K.

ISIS-K adalah kelompok teroris yang mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri 26 Agustus di bandara Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan 170 warga sipil Afghanistan.

Menjelang serangan rudal, setengah lusin drone AS memantau Kabul. Beberapa laporan intelijen menyebutkan Toyota Corolla putih digunakan sebagai bom mobil.

Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan pada 1 September lalu bahwa semua prosedur yang tepat telah diikuti. Dia saat itu menyebutnya sebagai "serangan yang benar" dan mengulangi klaim awal CENTCOM bahwa "ledakan sekunder" membuktikan bahwa kendaraan yang ditargetkan AS sarat dengan muatan bahan peledak.

Penyelidikan New York Times yang diterbitkan pada 10 September, bagaimanapun, tidak menemukan jejak ledakan sekunder di halaman rumah yang ditargetkan. Toyota putih itu milik Zemari Ahmadi, yang bukan teroris ISIS-K tetapi seorang karyawan Nutrition & Education International (NEI), sebuah badan amal yang didanai AS. Dia baru saja mengajukan visa untuk beremigrasi ke AS bersama keluarganya.



Ahmadi yang mengantar rekan kerja ke dan dari tempat kerja dan membawa kendi berisi air ke rumahnya dari kantor NEI ditandai oleh AS sebagai perilaku yang mencurigakan. Jadi, ketika dia masuk ke gang rumahnya dan disambut oleh setengah lusin anak yang biasanya membantunya memarkir mobil, sebuah drone MQ-9 Reaper menembakkan rudal Hellfire, membunuh mereka semua.

Evakuasi AS berakhir tepat sebelum tengah malam pada 30 Agustus, meninggalkan bandara dan Afghanistan ke tangan Taliban. Adik Ahmadi, Emal, yang berbicara kepada Russia Today seminggu setelah serangan itu, menyebut AS “pembohong total” karena mengatakan bahwa serangan itu ditujukan pada ISIS-K.

“Tanpa bukti apa pun, tanpa penyelidikan apa pun, mereka menyerang kami dan membunuh anak-anak kami, dan kami tidak akan pernah memaafkan mereka,” kata sepupunya, Jamshid Yousoufi, yang putrinya Sumaya yang berusia 2 tahun mengunjungi keluarga itu dan meninggal dalam serangan tersebut.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More