Tokoh Senior Taliban: Wanita Seharusnya Tak Bekerja Bersama Pria
Selasa, 14 September 2021 - 09:47 WIB
Ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan dari 1996-2001, perempuan dilarang bekerja dan mendapat pendidikan.
Isu ini sangat penting bagi masyarakat internasional dan dapat berdampak pada jumlah bantuan dan bantuan lain yang diberikan kepada Afghanistan, yang kini berada dalam pergolakan krisis ekonomi.
"Kami telah berjuang selama hampir 40 tahun untuk membawa sistem hukum syariat ke Afghanistan," papar Hashimi.
Dia menambahkan, "Syariat... tidak mengizinkan pria dan wanita untuk berkumpul atau duduk bersama di bawah satu atap. Laki-laki dan perempuan tidak bisa bekerja bersama. Itu jelas. Mereka tidak diizinkan datang ke kantor kami dan bekerja di kementerian kami."
Tidak jelas sejauh mana komentar Hashimi mencerminkan kebijakan pemerintah baru Afghanistan, meskipun tampaknya lebih berpengaruh dibandingkan komentar publik yang dibuat beberapa pejabat lain.
Pada hari-hari setelah penaklukan Kabul oleh Taliban, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan perempuan adalah bagian penting dari masyarakat dan mereka akan bekerja "di berbagai sektor".
Dia juga secara khusus mengikutsertakan pegawai perempuan dalam seruan agar birokrat pemerintah kembali bekerja.
Namun, penunjukan kabinet yang diumumkan pada 7 September tidak ada satu pun perempuan dan ada laporan luas tentang perempuan yang diberhentikan dari tempat kerja mereka.
Hashimi mengatakan larangan terhadap perempuan juga akan berlaku untuk sektor-sektor seperti media dan perbankan, di mana perempuan menjadi semakin menonjol sejak Taliban jatuh pada 2001 dan pemerintah yang didukung Barat berkuasa.
“Kontak antara laki-laki dan perempuan di luar rumah akan diperbolehkan dalam keadaan tertentu, misalnya saat berobat ke dokter laki-laki,” papar dia.
Isu ini sangat penting bagi masyarakat internasional dan dapat berdampak pada jumlah bantuan dan bantuan lain yang diberikan kepada Afghanistan, yang kini berada dalam pergolakan krisis ekonomi.
"Kami telah berjuang selama hampir 40 tahun untuk membawa sistem hukum syariat ke Afghanistan," papar Hashimi.
Dia menambahkan, "Syariat... tidak mengizinkan pria dan wanita untuk berkumpul atau duduk bersama di bawah satu atap. Laki-laki dan perempuan tidak bisa bekerja bersama. Itu jelas. Mereka tidak diizinkan datang ke kantor kami dan bekerja di kementerian kami."
Tidak jelas sejauh mana komentar Hashimi mencerminkan kebijakan pemerintah baru Afghanistan, meskipun tampaknya lebih berpengaruh dibandingkan komentar publik yang dibuat beberapa pejabat lain.
Pada hari-hari setelah penaklukan Kabul oleh Taliban, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan perempuan adalah bagian penting dari masyarakat dan mereka akan bekerja "di berbagai sektor".
Dia juga secara khusus mengikutsertakan pegawai perempuan dalam seruan agar birokrat pemerintah kembali bekerja.
Namun, penunjukan kabinet yang diumumkan pada 7 September tidak ada satu pun perempuan dan ada laporan luas tentang perempuan yang diberhentikan dari tempat kerja mereka.
Hashimi mengatakan larangan terhadap perempuan juga akan berlaku untuk sektor-sektor seperti media dan perbankan, di mana perempuan menjadi semakin menonjol sejak Taliban jatuh pada 2001 dan pemerintah yang didukung Barat berkuasa.
“Kontak antara laki-laki dan perempuan di luar rumah akan diperbolehkan dalam keadaan tertentu, misalnya saat berobat ke dokter laki-laki,” papar dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda