Cerita Diva Pop Afghanistan Kabur: Jika Dibawa Taliban, Tembak Saja Kepalaku
Senin, 13 September 2021 - 15:52 WIB
ISTANBUL - Diva pop Afghanistan , Aryana Sayeed, masih ingat meminta satu hal kepada tunangannya ketika mereka menyelinap ke bandara Kabul yang kacau setelah Taliban masuk. Dia meminta sang tunangan agar menembak kepalanya jika milisi Taliban membawanya hidup-hidup.
Aryana, yang memiliki 1,4 juta pengikut Instagram dan sering disamakan dengan megabintang Amerika Serikat (AS) Kim Kardashian, telah menarik kemarahan kaum konservatif agama karena aktivisme hak-hak perempuan dan pakaiannya yang seksi.
Sebagaipenyanyi dan mantan juri ajang pencarian bakat musik Afghanistan yang populer, diva berusia 36 tahun itu tidak bisa berjalan di jalan-jalan Kabul tanpa menarik kerumunan penggemar untuk selfie.
Merasa hidupnya terancam oleh kelompok Taliban, Aryana memilih melarikan diri dari kota yang dia cintai, Kabul.
Upaya pertamanya pada 15 Agustus—hari ketika kelompok Taliban memasuki Kabul sementara pasukan AS bergegas mengevakuasi orang asing dan beberapa warga Afghanistan setelah 20 tahun perang—gagal karena pesawat tidak pernah bisa lepas landas.
Peluangnya untuk melarikan diri menjadi semakin kecil ketika dia melakukan upaya keduanya pada hari berikutnya, di mana milisi-milisi Taliban yang membawa senapan Kalashnikov mengelilingi bandara dan pasukan sekutu NATO berusaha mengendalikan kerumunan yang putus asa di gerbang utama bandara.
Tunangan yang juga manajernya, Hasib Sayed, berkomunikasi dengannya melalui walkie-talkie di mobil kedua.
"Saya berkata kepadanya, Anda tahu Hasib...jika saya akan dibawa hidup-hidup, tembak saja saya. Tembak saja saya di kepala," katanya kepada AFP di apartemen mewahnya di Istanbul.
"Itulah satu-satunya hal yang saya takuti. Saya tidak takut mati atau apa pun."
Aryana tahu dia mengambil risiko ketika dia meluncurkan merek fesyennya sendiri di Kabul tepat ketika pasukan AS mempercepat penarikan mereka dan Taliban merebut kembali sebagian besar negara itu pada bulan Juli.
“Saya selalu ingin memberi harapan untuk masa depan, jadi saya memutuskan untuk berinvestasi,” kenangnya.
Mimpi-mimpi itu adalah kenangan yang jauh ketika dia mendapati dirinya bersama seorang anak lelaki kecil yang bahkan dia tidak tahu duduk di pangkuannya, wajahnya terselubung, mencoba berpura-pura sebagai keluarga normal saat mereka melewati pos pemeriksaan Taliban dalam perjalanan ke bandara.
"Kami juga mengarang cerita. Saya ingat kami memberi tahu anak kecil ini jika kami dihentikan, Anda harus memberi tahu mereka bahwa saya Ibumu dan nama saya bukan Aryana. Ini Freshta," katanya.
Tunangannya mencapai gerbang utama Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, lebih dulu, menerobos kerumunan.
"Orang-orang saling mendorong, ada anak-anak, bayi kecil, para wanita pingsan karena kekurangan oksigen dan ruang," katanya.
Tentara AS awalnya menolak untuk membiarkan mereka lewat, dengan mengutamakan warga negara Amerika, tetapi seorang penerjemah mengenali Hasib dan mengatakan kepada tentara bahwa dia adalah tunangan seorang bintang besar yang hidupnya dalam bahaya.
Pasangan itu berjalan ke Doha, Kuwait dan AS, yang akhirnya kembali ke flat yang mereka miliki di Istanbul.
Para wanita yang ditinggalkannya, kata Aryana dengan bangga, lebih terdidik dan sadar diri daripada mereka yang dipaksa keluar dari sekolah dan pekerajaannya oleh Taliban ketika mereka terakhir memerintah Afghanistan pada 1996-2001.
"Perempuan Afghanistan bukanlah perempuan yang sama seperti 20 tahun lalu," katanya.
"Mereka pasti tidak akan menerima ini," katanya tentang kelompok Islam fundamentalis.
Sama pentingnya sekarang, kata Aryana, adalah bagi pemerintah untuk memahami bahwa Taliban saat ini sama dengan mereka yang memerintah sebelum serangan teror 11 September 2001 yang mengarah pada invasi pimpinan AS terhadap Afghanistan.
"Saya berharap dunia menyadari ini bukan Taliban yang berubah atau baru," katanya.
Aryana telah mendedikasikan lebih dari setengah musiknya untuk wanita Afghanistan. Tetapi risiko untuk hidupnya sendiri terlalu besar untuk ditinggalkan.
Bahkan sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban, dia mengatakan bahwa dia merasa "seperti seorang tahanan" karena kaum fundamentalis memandangnya sebagai ancaman.
"Jika Taliban ada, pasti tidak ada ruang bagi saya karena Taliban haus darah saya," katanya.
Tapi meski terinspirasi oleh ikon pop global seperti Jennifer Lopez dan Beyonce, Aryana menarik garis pada perbandingan langsung.
"Bayangkan menjadi juri di acara musik dan Anda harus mengenakan jaket lapis baja agar tidak terbunuh. Saya tidak berpikir ada di antara mereka yang menjalani itu," katanya.
"Saya pikir saya memiliki kehidupan yang sangat berbeda dari mereka," renungnya. "Saya berharap saya bisa memiliki kehidupan seperti mereka, tetapi bagaimana Anda bisa menyalahkan keberuntungan Anda karena dilahirkan di negara yang dilanda perang seperti Afghanistan?"
Aryana, yang memiliki 1,4 juta pengikut Instagram dan sering disamakan dengan megabintang Amerika Serikat (AS) Kim Kardashian, telah menarik kemarahan kaum konservatif agama karena aktivisme hak-hak perempuan dan pakaiannya yang seksi.
Sebagaipenyanyi dan mantan juri ajang pencarian bakat musik Afghanistan yang populer, diva berusia 36 tahun itu tidak bisa berjalan di jalan-jalan Kabul tanpa menarik kerumunan penggemar untuk selfie.
Merasa hidupnya terancam oleh kelompok Taliban, Aryana memilih melarikan diri dari kota yang dia cintai, Kabul.
Upaya pertamanya pada 15 Agustus—hari ketika kelompok Taliban memasuki Kabul sementara pasukan AS bergegas mengevakuasi orang asing dan beberapa warga Afghanistan setelah 20 tahun perang—gagal karena pesawat tidak pernah bisa lepas landas.
Peluangnya untuk melarikan diri menjadi semakin kecil ketika dia melakukan upaya keduanya pada hari berikutnya, di mana milisi-milisi Taliban yang membawa senapan Kalashnikov mengelilingi bandara dan pasukan sekutu NATO berusaha mengendalikan kerumunan yang putus asa di gerbang utama bandara.
Tunangan yang juga manajernya, Hasib Sayed, berkomunikasi dengannya melalui walkie-talkie di mobil kedua.
"Saya berkata kepadanya, Anda tahu Hasib...jika saya akan dibawa hidup-hidup, tembak saja saya. Tembak saja saya di kepala," katanya kepada AFP di apartemen mewahnya di Istanbul.
"Itulah satu-satunya hal yang saya takuti. Saya tidak takut mati atau apa pun."
Aryana tahu dia mengambil risiko ketika dia meluncurkan merek fesyennya sendiri di Kabul tepat ketika pasukan AS mempercepat penarikan mereka dan Taliban merebut kembali sebagian besar negara itu pada bulan Juli.
“Saya selalu ingin memberi harapan untuk masa depan, jadi saya memutuskan untuk berinvestasi,” kenangnya.
Mimpi-mimpi itu adalah kenangan yang jauh ketika dia mendapati dirinya bersama seorang anak lelaki kecil yang bahkan dia tidak tahu duduk di pangkuannya, wajahnya terselubung, mencoba berpura-pura sebagai keluarga normal saat mereka melewati pos pemeriksaan Taliban dalam perjalanan ke bandara.
"Kami juga mengarang cerita. Saya ingat kami memberi tahu anak kecil ini jika kami dihentikan, Anda harus memberi tahu mereka bahwa saya Ibumu dan nama saya bukan Aryana. Ini Freshta," katanya.
Tunangannya mencapai gerbang utama Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, lebih dulu, menerobos kerumunan.
"Orang-orang saling mendorong, ada anak-anak, bayi kecil, para wanita pingsan karena kekurangan oksigen dan ruang," katanya.
Tentara AS awalnya menolak untuk membiarkan mereka lewat, dengan mengutamakan warga negara Amerika, tetapi seorang penerjemah mengenali Hasib dan mengatakan kepada tentara bahwa dia adalah tunangan seorang bintang besar yang hidupnya dalam bahaya.
Pasangan itu berjalan ke Doha, Kuwait dan AS, yang akhirnya kembali ke flat yang mereka miliki di Istanbul.
Para wanita yang ditinggalkannya, kata Aryana dengan bangga, lebih terdidik dan sadar diri daripada mereka yang dipaksa keluar dari sekolah dan pekerajaannya oleh Taliban ketika mereka terakhir memerintah Afghanistan pada 1996-2001.
"Perempuan Afghanistan bukanlah perempuan yang sama seperti 20 tahun lalu," katanya.
"Mereka pasti tidak akan menerima ini," katanya tentang kelompok Islam fundamentalis.
Sama pentingnya sekarang, kata Aryana, adalah bagi pemerintah untuk memahami bahwa Taliban saat ini sama dengan mereka yang memerintah sebelum serangan teror 11 September 2001 yang mengarah pada invasi pimpinan AS terhadap Afghanistan.
"Saya berharap dunia menyadari ini bukan Taliban yang berubah atau baru," katanya.
Aryana telah mendedikasikan lebih dari setengah musiknya untuk wanita Afghanistan. Tetapi risiko untuk hidupnya sendiri terlalu besar untuk ditinggalkan.
Bahkan sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban, dia mengatakan bahwa dia merasa "seperti seorang tahanan" karena kaum fundamentalis memandangnya sebagai ancaman.
"Jika Taliban ada, pasti tidak ada ruang bagi saya karena Taliban haus darah saya," katanya.
Tapi meski terinspirasi oleh ikon pop global seperti Jennifer Lopez dan Beyonce, Aryana menarik garis pada perbandingan langsung.
"Bayangkan menjadi juri di acara musik dan Anda harus mengenakan jaket lapis baja agar tidak terbunuh. Saya tidak berpikir ada di antara mereka yang menjalani itu," katanya.
"Saya pikir saya memiliki kehidupan yang sangat berbeda dari mereka," renungnya. "Saya berharap saya bisa memiliki kehidupan seperti mereka, tetapi bagaimana Anda bisa menyalahkan keberuntungan Anda karena dilahirkan di negara yang dilanda perang seperti Afghanistan?"
(min)
tulis komentar anda