Taliban Ajak Gabung Tentara Afghanistan Didikan AS, Ancam Jika Memberontak
Selasa, 07 September 2021 - 08:44 WIB
KABUL - Taliban mengajak para tentara pemerintah terguling Afghanistan didikan Amerika Serikat (AS) untuk bergabung dengan mereka. Penguasa baru itu mengancam akan "menghantam keras" jika para tentara itu memberontak.
"Pasukan Afghanistan yang dilatih dalam 20 tahun terakhir akan diminta untuk bergabung kembali dengan departemen keamanan bersama anggota Taliban," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada konferensi pers hari Senin di Kabul.
Ancaman bagi setiap pemberontakan dilontarkan setelah sebelumnya Taliban mengeklaim telah merebut Lembah Panjshir—kantong perlawanan terakhir di Afghanistan.
“[Taliban] sangat sensitif tentang pemberontakan. Siapa pun yang mencoba memulai pemberontakan akan dipukul dengan keras. Kami tidak akan mengizinkan yang lain,” kata Mujahid.
“Siapa pun yang mengangkat senjata dan memulai perlawanan lain, tanpa keraguan, akan menjadi musuh kami," ujarnya, yang dilansir AFP, Selasa (7/9/2021).
“Perang telah berakhir, negara ini keluar dari krisis. Sekarang saatnya untuk perdamaian dan rekonstruksi. Kami membutuhkan orang-orang untuk mendukung kami.”
Tiga minggu setelah merebut kekuasaan, Taliban belum juga mengumumkan pemerintah baru Afghanistan. Mujahid mengatakan sistem "sementara" pertama-tama akan diumumkan untuk memungkinkan perubahan.
"Keputusan akhir telah diambil, kami sekarang sedang mengerjakan masalah teknis," katanya.
“Kami akan mengumumkan pemerintahan baru segera setelah masalah teknis diselesaikan," imbuh dia.
Masalah utama bagi Taliban adalah pembukaan kembali bandara di Kabul, yang merupakan lokasi rencana evakuasi besar-besaran pimpinan AS yang berakhir pekan lalu.
Qatar telah bekerja dengan Taliban untuk membuat bandara kembali beroperasi, dan Mujahid mengatakan “upaya serius” sedang dilakukan untuk memulihkan operasi.
“Tim teknis dari Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab sedang bekerja keras untuk memperbaiki peralatan itu,” katanya, seraya menambahkan penerbangan internasional akan segera dilanjutkan.
Sejak mereka berkuasa bulan lalu, Taliban telah mendapat kecaman luas dari masyarakat internasional, dengan banyak yang khawatir pemerintah akan serupa dengan rezim brutal tahun 1996 hingga 2001 ketika mereka pertama kali berkuasa.
Mujahid mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bahwa "Afghanistan memiliki hak untuk diakui".
“Masyarakat internasional harus membuka kedutaan mereka di Kabul,” katanya.
"Pasukan Afghanistan yang dilatih dalam 20 tahun terakhir akan diminta untuk bergabung kembali dengan departemen keamanan bersama anggota Taliban," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada konferensi pers hari Senin di Kabul.
Ancaman bagi setiap pemberontakan dilontarkan setelah sebelumnya Taliban mengeklaim telah merebut Lembah Panjshir—kantong perlawanan terakhir di Afghanistan.
“[Taliban] sangat sensitif tentang pemberontakan. Siapa pun yang mencoba memulai pemberontakan akan dipukul dengan keras. Kami tidak akan mengizinkan yang lain,” kata Mujahid.
“Siapa pun yang mengangkat senjata dan memulai perlawanan lain, tanpa keraguan, akan menjadi musuh kami," ujarnya, yang dilansir AFP, Selasa (7/9/2021).
“Perang telah berakhir, negara ini keluar dari krisis. Sekarang saatnya untuk perdamaian dan rekonstruksi. Kami membutuhkan orang-orang untuk mendukung kami.”
Tiga minggu setelah merebut kekuasaan, Taliban belum juga mengumumkan pemerintah baru Afghanistan. Mujahid mengatakan sistem "sementara" pertama-tama akan diumumkan untuk memungkinkan perubahan.
"Keputusan akhir telah diambil, kami sekarang sedang mengerjakan masalah teknis," katanya.
“Kami akan mengumumkan pemerintahan baru segera setelah masalah teknis diselesaikan," imbuh dia.
Masalah utama bagi Taliban adalah pembukaan kembali bandara di Kabul, yang merupakan lokasi rencana evakuasi besar-besaran pimpinan AS yang berakhir pekan lalu.
Qatar telah bekerja dengan Taliban untuk membuat bandara kembali beroperasi, dan Mujahid mengatakan “upaya serius” sedang dilakukan untuk memulihkan operasi.
“Tim teknis dari Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab sedang bekerja keras untuk memperbaiki peralatan itu,” katanya, seraya menambahkan penerbangan internasional akan segera dilanjutkan.
Sejak mereka berkuasa bulan lalu, Taliban telah mendapat kecaman luas dari masyarakat internasional, dengan banyak yang khawatir pemerintah akan serupa dengan rezim brutal tahun 1996 hingga 2001 ketika mereka pertama kali berkuasa.
Mujahid mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bahwa "Afghanistan memiliki hak untuk diakui".
“Masyarakat internasional harus membuka kedutaan mereka di Kabul,” katanya.
(min)
tulis komentar anda