Jubir Militer: Irak Tidak Akan Seperti Afghanistan
Minggu, 29 Agustus 2021 - 16:29 WIB
BAGHDAD - Krisis yang dialami Afghanistan tidak akan terulang di Irak. Hal itu diungkapkan juru bicara (jubir) militer Irak , Brigadir Jenderal Yahya Rasool.
Kurang dari dua minggu setelah Taliban menguasai Afghanistan menjelang penarikan penuh pasukan Amerika Serikat (AS), negara itu dilanda serangan mematikan di bandara Kabul yang diklaim oleh ISIS . Bom bunuh diri itu menyebabkan kematian lebih dari 100 warga Afghanistan dan 13 prajurit AS dan melukai puluhan lainnya.
Ribuan warga Afghanistan yang putus asa membanjiri bandara dalam upaya untuk melarikan diri dari pemerintahan Taliban. Puluhan negara pun menerima pengungsi Afghanistan dan beberapa yang tersisa di dalam negeri telah melarikan diri ke perbatasan Pakistan, mencoba untuk pergi.
Seperti Afghanistan, pasukan AS, yang diperkirakan berjumlah sekitar 6.000 personel, juga akan ditarik dari Irak.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah menandatangani perjanjian dengan Presiden AS Joe Biden pada Juli lalu untuk secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir 2021.
“Apa yang terjadi di Afghanistan tidak akan terjadi di Irak. Tidak ada perbandingan antara kedua negara. Hari ini, kami memiliki angkatan bersenjata dan sistem pertahanan sipil, dan angkatan bersenjata dan rakyat Irak bersatu,” kata Rasool kepada outlet berita Kurdi Rudaw, yang dikutip Al Arabiya, Minggu (29/8/2021).
“Kami memerangi terorisme dan kami dapat melindungi Irak dan rakyat Irak. Irak tidak dapat dibandingkan dengan Afghanistan karena kehadiran angkatan bersenjata Irak," imbuhnya.
"Kami memerangi organisasi teroris paling kuat di muka bumi (ISIS) dan mampu membebaskan wilayah yang diperkirakan 40 persen dari tanah Irak. Yang tersisa sekarang adalah proses pemberantasan beberapa sel yang terletak di sana-sini,” tukasnya.
Kurang dari dua minggu setelah Taliban menguasai Afghanistan menjelang penarikan penuh pasukan Amerika Serikat (AS), negara itu dilanda serangan mematikan di bandara Kabul yang diklaim oleh ISIS . Bom bunuh diri itu menyebabkan kematian lebih dari 100 warga Afghanistan dan 13 prajurit AS dan melukai puluhan lainnya.
Baca Juga
Ribuan warga Afghanistan yang putus asa membanjiri bandara dalam upaya untuk melarikan diri dari pemerintahan Taliban. Puluhan negara pun menerima pengungsi Afghanistan dan beberapa yang tersisa di dalam negeri telah melarikan diri ke perbatasan Pakistan, mencoba untuk pergi.
Seperti Afghanistan, pasukan AS, yang diperkirakan berjumlah sekitar 6.000 personel, juga akan ditarik dari Irak.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah menandatangani perjanjian dengan Presiden AS Joe Biden pada Juli lalu untuk secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir 2021.
“Apa yang terjadi di Afghanistan tidak akan terjadi di Irak. Tidak ada perbandingan antara kedua negara. Hari ini, kami memiliki angkatan bersenjata dan sistem pertahanan sipil, dan angkatan bersenjata dan rakyat Irak bersatu,” kata Rasool kepada outlet berita Kurdi Rudaw, yang dikutip Al Arabiya, Minggu (29/8/2021).
“Kami memerangi terorisme dan kami dapat melindungi Irak dan rakyat Irak. Irak tidak dapat dibandingkan dengan Afghanistan karena kehadiran angkatan bersenjata Irak," imbuhnya.
"Kami memerangi organisasi teroris paling kuat di muka bumi (ISIS) dan mampu membebaskan wilayah yang diperkirakan 40 persen dari tanah Irak. Yang tersisa sekarang adalah proses pemberantasan beberapa sel yang terletak di sana-sini,” tukasnya.
Baca Juga
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda