Iran: Versi Baru Sistem Rudal Bavar-373 Lebih Baik dari S-400 Rusia
Selasa, 24 Agustus 2021 - 07:43 WIB
TEHERAN - Pejabat pertahanan Iran mengeklaim versi terbaru dari sistem pertahanan rudal Bavar-373 lebih efektif dan lebih baik daripada sistem S-400 Triumf buatan Rusia.
“Edisi baru Bavar-373 akan datang dan segera, edisi baru yang mungkin pada level yang sama atau lebih tinggi dari S-400 akan diluncurkan," kata Wakil Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mahdi Farahi selama wawancara dengan stasiun televisi setempat.
Mengutip laporan Tasnim News, Selasa (24/8/2021), Farahi yang merupakan mantan kepala Organisasi Industri Dirgantara Iran juga mengatakan bahwa negaranya telah mengembangkan jenis baru bahan bakar roket cair yang stabil seperti bahan bakar padat.
Biasanya, bahan bakar padat ditempatkan dalam roket yang harus siap ditembakkan pada saat itu juga, tetapi dengan kelemahan bahan bakar tersebut kurang efisien dibandingkan bahan bakar cair.
Bahan bakar cair yang stabil akan memberi rudal Iran waktu dan kecepatan menembak yang lebih cepat sekaligus membuatnya lebih ringan pada saat yang bersamaan.
Bavar-373 adalah jawaban Teheran atas larangan ekspor sistem rudal darat ke udara S-300 oleh Rusia ke Iran hingga 2015. Sistem yang dikembangkan di dalam negeri itu menggunakan beberapa radar untuk mendeteksi hingga 300 target sekaligus, melacak 60 di antaranya, dan melibatkan enam, dan dapat menembus berbagai jenis gangguan.
Ironisnya, proyektil Bavar-373, yakni rudal Sayyad-4, adalah versi perbaikan dari Standard Missile-1 (SM-1) yang dijual ke Iran oleh Amerika Serikat sebelum Revolusi Islam 1979. Revolusi itu menggulingkan rezim Shah yang didukung Barat dan sekaligus mengantarkan pemerintah saat ini ke tampuk kekuasaan.
Bavar-373 memiliki jangkauan hingga 210 kilometer dan dapat mendekati kecepatan hipersonik.
Kendati demikian, sistem rudal Iran harus ditingkatkan secara signifikan jika versi barunya ingin mengungguli S-400—sistem yang dapat mencapai target sekitar 400 kilometer saat menggunakan rudal 40N6E jarak jauh.
Namun, jika memang bisa melakukannya, maka Iran bisa memiliki senjata yang layak untuk menembak jatuh satelit ketinggian rendah, atau rudal balistik dalam fase tengah perjalanan mereka.
Pada bulan Juni, Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer Dmitry Shugaev mengatakan bahwa Teheran tertarik pada beberapa sistem senjata buatan Rusia, ketika menteri pertahanan Iran saat itu, Brigadir Jenderal Amir Hatami, memeriksa S-400 di pameran militer ARMY-2020 di luar Moskow pada Agustus tahun sebelumnya.
Sejak Oktober 2020, sanksi internasional terhadap Iran yang menghalanginya untuk membeli senjata di luar negeri berakhir, tetapi jika Teheran membeli S-400 dari Rusia, itu akan membuka mereka terhadap sanksi baru dari AS di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA).
Negara lain seperti India, China, dan Turki harus bergulat dengan pembatasan serupa saat membeli S-400 dari Rusia.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
“Edisi baru Bavar-373 akan datang dan segera, edisi baru yang mungkin pada level yang sama atau lebih tinggi dari S-400 akan diluncurkan," kata Wakil Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mahdi Farahi selama wawancara dengan stasiun televisi setempat.
Mengutip laporan Tasnim News, Selasa (24/8/2021), Farahi yang merupakan mantan kepala Organisasi Industri Dirgantara Iran juga mengatakan bahwa negaranya telah mengembangkan jenis baru bahan bakar roket cair yang stabil seperti bahan bakar padat.
Biasanya, bahan bakar padat ditempatkan dalam roket yang harus siap ditembakkan pada saat itu juga, tetapi dengan kelemahan bahan bakar tersebut kurang efisien dibandingkan bahan bakar cair.
Bahan bakar cair yang stabil akan memberi rudal Iran waktu dan kecepatan menembak yang lebih cepat sekaligus membuatnya lebih ringan pada saat yang bersamaan.
Bavar-373 adalah jawaban Teheran atas larangan ekspor sistem rudal darat ke udara S-300 oleh Rusia ke Iran hingga 2015. Sistem yang dikembangkan di dalam negeri itu menggunakan beberapa radar untuk mendeteksi hingga 300 target sekaligus, melacak 60 di antaranya, dan melibatkan enam, dan dapat menembus berbagai jenis gangguan.
Ironisnya, proyektil Bavar-373, yakni rudal Sayyad-4, adalah versi perbaikan dari Standard Missile-1 (SM-1) yang dijual ke Iran oleh Amerika Serikat sebelum Revolusi Islam 1979. Revolusi itu menggulingkan rezim Shah yang didukung Barat dan sekaligus mengantarkan pemerintah saat ini ke tampuk kekuasaan.
Bavar-373 memiliki jangkauan hingga 210 kilometer dan dapat mendekati kecepatan hipersonik.
Kendati demikian, sistem rudal Iran harus ditingkatkan secara signifikan jika versi barunya ingin mengungguli S-400—sistem yang dapat mencapai target sekitar 400 kilometer saat menggunakan rudal 40N6E jarak jauh.
Namun, jika memang bisa melakukannya, maka Iran bisa memiliki senjata yang layak untuk menembak jatuh satelit ketinggian rendah, atau rudal balistik dalam fase tengah perjalanan mereka.
Pada bulan Juni, Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer Dmitry Shugaev mengatakan bahwa Teheran tertarik pada beberapa sistem senjata buatan Rusia, ketika menteri pertahanan Iran saat itu, Brigadir Jenderal Amir Hatami, memeriksa S-400 di pameran militer ARMY-2020 di luar Moskow pada Agustus tahun sebelumnya.
Sejak Oktober 2020, sanksi internasional terhadap Iran yang menghalanginya untuk membeli senjata di luar negeri berakhir, tetapi jika Teheran membeli S-400 dari Rusia, itu akan membuka mereka terhadap sanksi baru dari AS di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA).
Negara lain seperti India, China, dan Turki harus bergulat dengan pembatasan serupa saat membeli S-400 dari Rusia.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)
tulis komentar anda