AS Selama Ini Dikibuli, Banyak ‘Tentara Hantu' di Militer Afghanistan
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 16:09 WIB
WASHINGTON - Keputusan Amerika Serikat (AS) keluar dari Afghanistan menguak secara terang-terangan busuknya pemerintahan Kabul yang selama ini didukung Washington.
Kebusukan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS itu terbukti dengan cepatnya Taliban merebut negara itu setelah ditinggalkan negara-negara Barat.
Angkatan bersenjata Afghanistan yang diciptakan dan dilatih AS selama 20 tahun ternyata dengan sekejab mata menyerah kepada Taliban.
“Lebih banyak dan lebih lengkap daripada Taliban di atas kertas, tentara nasional Afghanistan dipandang menderita masalah sistemik serius yang telah merusak kemampuan tempurnya,” ungkap sejumlah laporan para pengamat.
Laporan Triwulanan terbaru dari Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) tertanggal 30 Juli mengatakan, ada lebih dari 300.000 personel yang membentuk Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan (ANDSF), yang mencakup seluruh keseluruhan angkatan bersenjata dan staf hukum serta pegawai yang digaji pemerintah Kabul.
Namun, Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, akademi pelatihan militer, mengatakan pada Januari 2021 bahwa studi 2014 telah menemukan meskipun pasukan tempur membentuk sekitar 60% dari pasukan Afghanistan, “Jumlah tentara yang muncul untuk tugas setiap hari bahkan lebih rendah."
Dikatakan dalam laporan itu, “Tentara Afghanistan dapat mengandalkan perkiraan kekuatan tempur tentara sekitar 96.000 tentara dan, termasuk pasukan polisi, ANDSF kemungkinan menurunkan kekuatan tempur di sekitar 180.000 personel tempur setiap hari."
Tapi SIGAR menyoroti masalah lain yakni maraknya "tentara hantu". "Efek korosif korupsi di dalam ANDSF, terdapat tentara dan polisi hantu, yang tidak lain adalah catatan personel palsu yang digunakan aktor korup untuk mengantongi gaji mereka," papar laporan SIGAR.
Meskipun disebut sistem biometrik telah diperkenalkan untuk menyingkirkan tentara hantu atau tentara fiktif yang sebenarnya tidak ada, ada ketidakcocokan besar antara daftar tentara dan sepatu bot yang sebenarnya di lapangan.
“Taliban, di sisi lain, memiliki perkiraan 60.000 pejuang inti, kurang atau lebih 10-20%,” papar laporan West Point yang menambahkan studi 2017 telah, bagaimanapun, “Menyimpulkan bahwa total tenaga kerja Taliban melebihi 200.000 individu, yang termasuk 90.000 anggota milisi lokal lainnya, dan puluhan ribu fasilitator dan elemen pendukung."
“Taliban dipandang sebagai kekuatan tempur yang secara teknis kurang canggih daripada pemerintah Afghanistan, serta tidak memiliki angkatan udara, artileri berat, armada kendaraan lapis baja,” ungkap laporan West Point.
Tetapi kekuatan Taliban mungkin terletak pada kenyataan bahwa Taliban adalah kekuatan yang lebih ramping daripada ANDSF yang sangat bergantung pada pendanaan asing untuk infrastruktur dan perangkat keras militer.
Kini, dengan Taliban yang berkuasa, peralatan militer AS pun jatuh ke tangan Taliban. Laporan SIGAR mengatakan, “Di mana tentara Afghanistan telah melarikan diri dari serangan Taliban, mereka meninggalkan peralatan yang dipasok AS, yang kemudian ditunjukkan Taliban di media sosial sebagai propaganda untuk menggembar-gemborkan kemenangannya, termasuk helikopter tentara AS.”
Pengumuman penarikan pasukan AS disambut dengan peluncuran serangan Taliban yang tak henti-hentinya yang melihat gerilyawan menyerbu "banyak pos pemeriksaan ANDSF, pangkalan, dan pusat distrik".
Laporan SIGAR mengutip para jenderal militer AS yang mengatakan, "Kerugian medan dan kecepatan hilangnya medan itu harus diperhatikan."
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley yang mengatakan pada 21 Juli bahwa. “Sementara momentum strategis tampaknya semacam dengan Taliban. Saya tidak berpikir permainan akhir belum ditulis.”
Namun, situasi di lapangan mungkin tidak mendukung optimisme sang jenderal. Bahkan jelas kini bahwa seluruh informasi intelijen AS, Jerman, Inggris dan negara-negara NATO salah total mengenai kekuatan militer Afghanistan dan kemampuan Taliban di lapangan.
Laporan SIGAR juga mengungkapkan keprihatinan atas kurangnya sarana untuk mengukur "pengaruh pada kesiapan tempur dari faktor-faktor tidak berwujud seperti keinginan untuk bertarung."
Semangat tempur telah menjadi salah satu elemen kunci di mana Taliban dipandang mampu mencetak kemenangan secara meyakinkan atas pasukan Afghanistan, terutama saat Taliban semakin kuat.
Moral tentara Afghanistan jelas sudah hancur lebur sejak awal pertempuran melawan Taliban, terlihat dari banyaknya ibu kota provinsi yang terus direbut Taliban dalam hitungan hari.
Sementara pasukan Afghanistan terlihat menawarkan perlawanan di beberapa distrik, laporan SIGAR mengatakan, "Di tempat lain mereka menyerah atau melarikan diri dalam kekacauan."
“Dalam beberapa kasus, para tetua setempat dilaporkan menengahi gencatan senjata yang memungkinkan para pendukung ANDSF pergi," ungkap laporan itu.
Laporan West Point menunjuk pada “kemampuan Taliban merekrut dan mengerahkan pejuang baru dalam beberapa tahun terakhir.”
Laporan itu juga menggarisbawahi, “Kemampuan Taliban untuk mencegah korban yang signifikan, diperkirakan dalam kisaran ribuan militan per tahun.”
Untuk semua pembicaraan tentang mereka sebagai kekuatan tempur yang didanai AS dan diperlengkapi dengan lebih baik daripada Taliban, laporan menunjukkan pasukan Afghanistan sebenarnya mungkin menderita karena kurangnya kohesi dan dukungan organisasi.
Laporan New York Times mengatakan pasukan Afghanistan telah mengeluhkan tidak adanya dukungan logistik dan bahkan makanan, saat mereka menghadapi serangan yang semakin melumpuhkan dari Taliban.
Laporan SIGAR mencatat AS telah menghabiskan lebih dari USD88 miliar untuk "mendukung sektor keamanan Afghanistan" meskipun meragukan hasil dari pendanaan tersebut, dengan mengatakan "Pertanyaan apakah uang itu dibelanjakan dengan baik pada akhirnya akan dijawab oleh hasil pertempuran di lapangan."
Artinya, seluruh dana itu tampaknya hanya mengalir ke kantong-kantor pejabat dan politisi korup, dan bukan secara nyata memperkuat militer Afghanistan.
Terbukti dengan runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung AS dan kemenangan Taliban yang mengejutnya.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari Kabul saat Taliban menyerbu itu kota itu. Dia kini mengasingkan diri di Uni Emirat Arab.
AS tak mengakui lagi Ghani sebagai tokoh politik di Afghanistan.
Kebusukan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS itu terbukti dengan cepatnya Taliban merebut negara itu setelah ditinggalkan negara-negara Barat.
Angkatan bersenjata Afghanistan yang diciptakan dan dilatih AS selama 20 tahun ternyata dengan sekejab mata menyerah kepada Taliban.
“Lebih banyak dan lebih lengkap daripada Taliban di atas kertas, tentara nasional Afghanistan dipandang menderita masalah sistemik serius yang telah merusak kemampuan tempurnya,” ungkap sejumlah laporan para pengamat.
Laporan Triwulanan terbaru dari Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) tertanggal 30 Juli mengatakan, ada lebih dari 300.000 personel yang membentuk Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan (ANDSF), yang mencakup seluruh keseluruhan angkatan bersenjata dan staf hukum serta pegawai yang digaji pemerintah Kabul.
Baca Juga
Namun, Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, akademi pelatihan militer, mengatakan pada Januari 2021 bahwa studi 2014 telah menemukan meskipun pasukan tempur membentuk sekitar 60% dari pasukan Afghanistan, “Jumlah tentara yang muncul untuk tugas setiap hari bahkan lebih rendah."
Dikatakan dalam laporan itu, “Tentara Afghanistan dapat mengandalkan perkiraan kekuatan tempur tentara sekitar 96.000 tentara dan, termasuk pasukan polisi, ANDSF kemungkinan menurunkan kekuatan tempur di sekitar 180.000 personel tempur setiap hari."
Tapi SIGAR menyoroti masalah lain yakni maraknya "tentara hantu". "Efek korosif korupsi di dalam ANDSF, terdapat tentara dan polisi hantu, yang tidak lain adalah catatan personel palsu yang digunakan aktor korup untuk mengantongi gaji mereka," papar laporan SIGAR.
Meskipun disebut sistem biometrik telah diperkenalkan untuk menyingkirkan tentara hantu atau tentara fiktif yang sebenarnya tidak ada, ada ketidakcocokan besar antara daftar tentara dan sepatu bot yang sebenarnya di lapangan.
“Taliban, di sisi lain, memiliki perkiraan 60.000 pejuang inti, kurang atau lebih 10-20%,” papar laporan West Point yang menambahkan studi 2017 telah, bagaimanapun, “Menyimpulkan bahwa total tenaga kerja Taliban melebihi 200.000 individu, yang termasuk 90.000 anggota milisi lokal lainnya, dan puluhan ribu fasilitator dan elemen pendukung."
“Taliban dipandang sebagai kekuatan tempur yang secara teknis kurang canggih daripada pemerintah Afghanistan, serta tidak memiliki angkatan udara, artileri berat, armada kendaraan lapis baja,” ungkap laporan West Point.
Tetapi kekuatan Taliban mungkin terletak pada kenyataan bahwa Taliban adalah kekuatan yang lebih ramping daripada ANDSF yang sangat bergantung pada pendanaan asing untuk infrastruktur dan perangkat keras militer.
Kini, dengan Taliban yang berkuasa, peralatan militer AS pun jatuh ke tangan Taliban. Laporan SIGAR mengatakan, “Di mana tentara Afghanistan telah melarikan diri dari serangan Taliban, mereka meninggalkan peralatan yang dipasok AS, yang kemudian ditunjukkan Taliban di media sosial sebagai propaganda untuk menggembar-gemborkan kemenangannya, termasuk helikopter tentara AS.”
Pengumuman penarikan pasukan AS disambut dengan peluncuran serangan Taliban yang tak henti-hentinya yang melihat gerilyawan menyerbu "banyak pos pemeriksaan ANDSF, pangkalan, dan pusat distrik".
Laporan SIGAR mengutip para jenderal militer AS yang mengatakan, "Kerugian medan dan kecepatan hilangnya medan itu harus diperhatikan."
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley yang mengatakan pada 21 Juli bahwa. “Sementara momentum strategis tampaknya semacam dengan Taliban. Saya tidak berpikir permainan akhir belum ditulis.”
Namun, situasi di lapangan mungkin tidak mendukung optimisme sang jenderal. Bahkan jelas kini bahwa seluruh informasi intelijen AS, Jerman, Inggris dan negara-negara NATO salah total mengenai kekuatan militer Afghanistan dan kemampuan Taliban di lapangan.
Laporan SIGAR juga mengungkapkan keprihatinan atas kurangnya sarana untuk mengukur "pengaruh pada kesiapan tempur dari faktor-faktor tidak berwujud seperti keinginan untuk bertarung."
Semangat tempur telah menjadi salah satu elemen kunci di mana Taliban dipandang mampu mencetak kemenangan secara meyakinkan atas pasukan Afghanistan, terutama saat Taliban semakin kuat.
Moral tentara Afghanistan jelas sudah hancur lebur sejak awal pertempuran melawan Taliban, terlihat dari banyaknya ibu kota provinsi yang terus direbut Taliban dalam hitungan hari.
Sementara pasukan Afghanistan terlihat menawarkan perlawanan di beberapa distrik, laporan SIGAR mengatakan, "Di tempat lain mereka menyerah atau melarikan diri dalam kekacauan."
“Dalam beberapa kasus, para tetua setempat dilaporkan menengahi gencatan senjata yang memungkinkan para pendukung ANDSF pergi," ungkap laporan itu.
Laporan West Point menunjuk pada “kemampuan Taliban merekrut dan mengerahkan pejuang baru dalam beberapa tahun terakhir.”
Laporan itu juga menggarisbawahi, “Kemampuan Taliban untuk mencegah korban yang signifikan, diperkirakan dalam kisaran ribuan militan per tahun.”
Untuk semua pembicaraan tentang mereka sebagai kekuatan tempur yang didanai AS dan diperlengkapi dengan lebih baik daripada Taliban, laporan menunjukkan pasukan Afghanistan sebenarnya mungkin menderita karena kurangnya kohesi dan dukungan organisasi.
Laporan New York Times mengatakan pasukan Afghanistan telah mengeluhkan tidak adanya dukungan logistik dan bahkan makanan, saat mereka menghadapi serangan yang semakin melumpuhkan dari Taliban.
Laporan SIGAR mencatat AS telah menghabiskan lebih dari USD88 miliar untuk "mendukung sektor keamanan Afghanistan" meskipun meragukan hasil dari pendanaan tersebut, dengan mengatakan "Pertanyaan apakah uang itu dibelanjakan dengan baik pada akhirnya akan dijawab oleh hasil pertempuran di lapangan."
Artinya, seluruh dana itu tampaknya hanya mengalir ke kantong-kantor pejabat dan politisi korup, dan bukan secara nyata memperkuat militer Afghanistan.
Terbukti dengan runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung AS dan kemenangan Taliban yang mengejutnya.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari Kabul saat Taliban menyerbu itu kota itu. Dia kini mengasingkan diri di Uni Emirat Arab.
AS tak mengakui lagi Ghani sebagai tokoh politik di Afghanistan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda