Tinggal di Indonesia, Juara Karate Afghanistan Gundah Nasib Rekannya di Era Taliban
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 19:15 WIB
Ketika Taliban memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, penerjemahan ketat mereka terhadap hukum Islam menyatakan perempuan tidak dapat bekerja dan anak perempuan tidak dapat bersekolah.
Menurut Taliban, perempuan harus menutupi wajah mereka dengan burqa dan ditemani kerabat laki-laki untuk keluar dari rumah mereka.
Dengan kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan, Meena takut akan apa artinya itu bagi kemajuan yang dibuat oleh rekan-rekan senegaranya.
“Semua prestasi dan nilai-nilai dihancurkan, dan ini akan menjadi momen kelam bagi masyarakat, terutama bagi perempuan dan anak perempuan,” ungkap perempuan berusia 28 tahun yang juga anggota minoritas Hazara.
Pekan ini, mimpi atlet taekwondo Zakia Khudadadi menjadi atlet wanita pertama Afghanistan di Paralympic Games hancur karena kekacauan di Kabul.
"Semuanya selesai untuk para atlet wanita," ujar Meena, yang merupakan satu-satunya atlet wanita yang mewakili Afghanistan di Kejuaraan Karate Asia Selatan 2012, saat dia memenangkan dua medali perak.
Para pemimpin Taliban telah mencoba meyakinkan warga Afghanistan dan masyarakat internasional bahwa anak perempuan akan memiliki hak atas pendidikan dan pekerjaan, tetapi Meena dan yang lainnya skeptis.
"Mereka adalah partai ekstremis, dan mereka tidak percaya pada hak asasi manusia atau hak perempuan," ungkap Meena.
Sudah ada laporan bahwa beberapa wanita dipecat dari pekerjaan mereka saat Taliban maju melintasi Afghanistan.
"Mereka tidak akan pernah berubah. Mereka adalah Taliban yang sama," ujar Meena.
Menurut Taliban, perempuan harus menutupi wajah mereka dengan burqa dan ditemani kerabat laki-laki untuk keluar dari rumah mereka.
Dengan kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan, Meena takut akan apa artinya itu bagi kemajuan yang dibuat oleh rekan-rekan senegaranya.
“Semua prestasi dan nilai-nilai dihancurkan, dan ini akan menjadi momen kelam bagi masyarakat, terutama bagi perempuan dan anak perempuan,” ungkap perempuan berusia 28 tahun yang juga anggota minoritas Hazara.
Pekan ini, mimpi atlet taekwondo Zakia Khudadadi menjadi atlet wanita pertama Afghanistan di Paralympic Games hancur karena kekacauan di Kabul.
"Semuanya selesai untuk para atlet wanita," ujar Meena, yang merupakan satu-satunya atlet wanita yang mewakili Afghanistan di Kejuaraan Karate Asia Selatan 2012, saat dia memenangkan dua medali perak.
Para pemimpin Taliban telah mencoba meyakinkan warga Afghanistan dan masyarakat internasional bahwa anak perempuan akan memiliki hak atas pendidikan dan pekerjaan, tetapi Meena dan yang lainnya skeptis.
"Mereka adalah partai ekstremis, dan mereka tidak percaya pada hak asasi manusia atau hak perempuan," ungkap Meena.
Sudah ada laporan bahwa beberapa wanita dipecat dari pekerjaan mereka saat Taliban maju melintasi Afghanistan.
"Mereka tidak akan pernah berubah. Mereka adalah Taliban yang sama," ujar Meena.
tulis komentar anda