Bandara Kabul Kacau, Beberapa Orang Jatuh Saat Bergelantung di Roda Pesawat

Selasa, 17 Agustus 2021 - 09:04 WIB
Sejumlah orang jatuh (lingkaran merah) saat mereka bergelantung di roda pesawat yang lepas landas di bandara Kabul, Afghanistan. Foto/arab news
KABUL - Sebanyak tujuh orang tewas saat kekacauan terjadi di bandara Kabul pada Senin (16/8) ketika ribuan warga sipil mencoba melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban berkuasa.

Di antara warga sipil yang tewas adalah orang-orang yang bergelantungan pada pesawat angkut C-17 milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) saat meluncur melintasi landasan pacu, dan mereka yang jatuh ke tanah setelah pesawat lepas landas.

Pasukan AS melepaskan tembakan peringatan ke udara saat ratusan orang berlari melintasi landasan menuju pesawat.





Kerumunan orang mendorong jalan mereka menaiki tangga menuju pesawat dalam upaya putus asa untuk naik pesawat, dengan beberapa orang tergantung di pagar.



Negara-negara Barat telah bergegas menerbangkan para staf diplomatik dan warganya, tetapi ada kemarahan di bandara ketika AS menghentikan penerbangan evakuasi untuk membersihkan orang-orang dari landasan.



Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan pasukan AS bekerja dengan pasukan internasional untuk membersihkan bandara dan memungkinkan penerbangan evakuasi dapat dilanjutkan. Dia mengatakan beberapa ratus orang telah diterbangkan sejauh ini.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengizinkan pengerahan batalion lain ke Kabul yang akan menambah jumlah pasukan AS yang menjaga evakuasi menjadi sekitar 6.000 tentara.

Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan para pejuangnya berada dalam perintah ketat untuk tidak menyakiti siapa pun.

“Kehidupan, harta benda dan kehormatan tidak ada yang akan dirugikan tetapi harus dilindungi oleh mujahidin,” papar dia.

Juru bicara kantor politik Taliban Mohammad Naeem mengatakan bentuk pemerintahan baru Afghanistan akan segera dijelaskan.

Dia mengatakan Taliban tidak ingin hidup dalam isolasi dan menyerukan hubungan internasional yang damai.

Arab Saudi mendesak Taliban mematuhi “prinsip-prinsip Islam.” Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan, “Kerajaan berdiri dengan pilihan yang dibuat rakyat Afghanistan tanpa campur tangan. Arab Saudi berharap gerakan Taliban dan semua pihak Afghanistan akan bekerja menjaga keamanan, stabilitas, kehidupan dan properti.”

Namun, banyak orang Afghanistan khawatir Taliban akan kembali menerapkan kebijakan keras seperti di masa lalu.

“Semua orang khawatir,” kata seorang mantan pegawai pemerintah Afghanistan yang bersembunyi di Kabul.

Dia menambahkan, “Mereka belum menargetkan orang tetapi mereka akan melakukannya, itulah kenyataannya. Mungkin dalam dua atau tiga pekan, itu sebabnya orang-orang berjuang untuk keluar sekarang.”

Kecepatan Taliban mengambil kendali kekuasaan telah memicu kecaman luas terhadap Presiden AS Joe Biden karena menetapkan tanggal penarikan pasukan AS.

“Jika Presiden Biden benar-benar tidak menyesali keputusannya, maka dia terputus dari kenyataan ketika datang ke Afghanistan,” ujar Senator Partai Republik Lindsey Graham.

Anggota DPR dari Partai Republik Jim Banks mengatakan, “Kami belum pernah melihat seorang pemimpin Amerika Serikat melepaskan tanggung jawab dan kepemimpinannya seperti yang dimiliki Joe Biden. Dia bersembunyi. Lampu di Gedung Putih menyala, tapi tidak ada orang di rumah. Di mana Joe Biden?”

Namun, Biden dibela Jim Messina, wakil kepala staf Gedung Putih di era Presiden Barack Obama. “Kita sudah berada di sana selama 20 tahun. Ini adalah perang terlama Amerika, sekarang saatnya untuk keluar,” ujar dia.

“Mengapa pasukan Amerika harus berperang dalam perang saudara yang ditolak oleh pasukan Afghanistan pekan ini untuk diri mereka sendiri? Sudah waktunya untuk keluar,” papar dia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More