Waswas Diserang Musuh, Iran Siagakan Sistem Rudalnya
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 08:38 WIB
TEHERAN - Iran menyiagakan sistem pertahanan rudalnya di tengah kekhawatiran adanya serangan musuh. Langkah ini diambil di saat ketegangan di Teluk memanas.
Komandan Pasukan Pertahanan Udara Brigadir Jenderal Alireza Sabahifard mengatakan pasukan pertahanan udaranya sedang “mengawasi” wilayah udara Iran dan tidak akan membiarkan agresi udara musuh terjadi.
“Dengan intelijen, kewaspadaan, dan pengawasan yang cermat, unit pertahanan udara di bagian paling tenggara negara ini tidak akan membiarkan agresi apa pun dari pihak luar,” kata Sabahifard saat berbicara di pusat pertahanan udara di kota pelabuhan Chabahar, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (12/8/2021).
Dia menekankan bahwa Samudra Hindia bagian utara dan wilayah strategis Iran tenggara "sepenuhnya tertutup" oleh payung pertahanan udara komandonya dan menikmati keamanan penuh.
Sabahifard menunjuk pentingnya, secara khusus, kelompok pertahanan udara Chabahar, yang misinya mencakup pemantauan dan melindungi langit suatu daerah di atas Selat Hormuz dan Teluk Persia di barat dan Samudra Hindia serta Asia Timur di timur.
“Segala macam sistem intersepsi elektronik, radar, dan rudal yang sepenuhnya asli [buatan dalam negeri]...ditempatkan di area ini dan musuh tahu bahwa kami sangat dekat dengan mereka di wilayah tersebut dan bahkan memantau saat mereka bernafas,” ujarnya.
Sabahifard menekankan bahwa Iran memiliki sarana untuk mendeteksi, mengamati, dan memantau setiap objek terbang dari setiap penampang radar, serta "sistem dan senjata yang kuat" untuk digunakan melawan mereka jika terjadi agresi musuh.
"Demi otoritas dan martabat kami, kami tidak akan membiarkan kesalahan apa pun oleh musuh,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa penggunaan sistem pertahanan udara yang dikembangkan sepenuhnya secara lokal dan personel terlatih di semua tingkatan berfungsi untuk membangun kepercayaan pada jaringan pertahanan udara terintegrasi Iran.
Iran telah memompa sumber daya besar ke dalam penciptaan jaringan pertahanan udara berlapis-lapis, yang dirancang untuk bertahan melawan beberapa musuh potensial yang diperlengkapi senjata terbaik di dunia, termasuk Amerika Serikat, proksi regionalnya di Teluk, dan Israel.
Pertahanan Iran ini mencakup beberapa jenis radar jarak pendek, menengah, dan jarak jauh yang dikembangkan di dalam negeri dan mobile, di antaranya sistem array bertahap 3D yang dapat dipasang di kendaraan yang mampu mendeteksi pesawat kecil, drone, dan kendaraan mikro-udara (MAVs).
Negara ini juga memiliki sistem radar jarak jauh yang diklaim dapat "melihat ke dalam" pangkalan militer AS di dekat perbatasan Iran pada jarak hingga 800 km.
Selain itu, sejumlah besar artileri pertahanan udara dan sistem portabel untuk pertahanan jarak pendek, ditambah hampir dua lusin sistem pertahanan udara berbasis rudal juga dimiliki militer Iran. Ini termasuk sistem rudal warisan Barat seperti MIM-23 Hawk dan Rapier, sebagian besar dikirim ke negara itu sebelum Revolusi Islam 1979, ditambah sistem Soviet dan Rusia termasuk SA-8, Tor, dan sistem rudal S-300.
Dalam satu dekade terakhir, Iran telah membuat langkah besar dalam penciptaan sistem pertahanan rudal dalam negeri yang canggih, termasuk Bavar-373, Ya Zahra, Talaash, Khoradad 3, dan Khordad 15.
Komentar Sabahifard tentang penyiagaan sistem pertahanan udara Iran muncul di tengah ketegangan baru di kawasan Teluk Persia, kali ini atas serangan fatal terhadap kapal tanker minyak yang dikelola Israel di Teluk Oman pada akhir Juli yang menewaskan kapten kapal Rumania dan pengawal Inggris.
Israel dan sekutu Barat-nya segera menyalahkan Iran atas serangan itu, mengeklaim itu dilakukan oleh drone bunuh diri Iran. Teheran secara vokal menolak tuduhan itu dan mendesak masyarakat internasional untuk waspada terhadap “operasi bendera palsu” Israel.
Komandan Pasukan Pertahanan Udara Brigadir Jenderal Alireza Sabahifard mengatakan pasukan pertahanan udaranya sedang “mengawasi” wilayah udara Iran dan tidak akan membiarkan agresi udara musuh terjadi.
“Dengan intelijen, kewaspadaan, dan pengawasan yang cermat, unit pertahanan udara di bagian paling tenggara negara ini tidak akan membiarkan agresi apa pun dari pihak luar,” kata Sabahifard saat berbicara di pusat pertahanan udara di kota pelabuhan Chabahar, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (12/8/2021).
Dia menekankan bahwa Samudra Hindia bagian utara dan wilayah strategis Iran tenggara "sepenuhnya tertutup" oleh payung pertahanan udara komandonya dan menikmati keamanan penuh.
Sabahifard menunjuk pentingnya, secara khusus, kelompok pertahanan udara Chabahar, yang misinya mencakup pemantauan dan melindungi langit suatu daerah di atas Selat Hormuz dan Teluk Persia di barat dan Samudra Hindia serta Asia Timur di timur.
“Segala macam sistem intersepsi elektronik, radar, dan rudal yang sepenuhnya asli [buatan dalam negeri]...ditempatkan di area ini dan musuh tahu bahwa kami sangat dekat dengan mereka di wilayah tersebut dan bahkan memantau saat mereka bernafas,” ujarnya.
Sabahifard menekankan bahwa Iran memiliki sarana untuk mendeteksi, mengamati, dan memantau setiap objek terbang dari setiap penampang radar, serta "sistem dan senjata yang kuat" untuk digunakan melawan mereka jika terjadi agresi musuh.
"Demi otoritas dan martabat kami, kami tidak akan membiarkan kesalahan apa pun oleh musuh,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa penggunaan sistem pertahanan udara yang dikembangkan sepenuhnya secara lokal dan personel terlatih di semua tingkatan berfungsi untuk membangun kepercayaan pada jaringan pertahanan udara terintegrasi Iran.
Iran telah memompa sumber daya besar ke dalam penciptaan jaringan pertahanan udara berlapis-lapis, yang dirancang untuk bertahan melawan beberapa musuh potensial yang diperlengkapi senjata terbaik di dunia, termasuk Amerika Serikat, proksi regionalnya di Teluk, dan Israel.
Pertahanan Iran ini mencakup beberapa jenis radar jarak pendek, menengah, dan jarak jauh yang dikembangkan di dalam negeri dan mobile, di antaranya sistem array bertahap 3D yang dapat dipasang di kendaraan yang mampu mendeteksi pesawat kecil, drone, dan kendaraan mikro-udara (MAVs).
Negara ini juga memiliki sistem radar jarak jauh yang diklaim dapat "melihat ke dalam" pangkalan militer AS di dekat perbatasan Iran pada jarak hingga 800 km.
Selain itu, sejumlah besar artileri pertahanan udara dan sistem portabel untuk pertahanan jarak pendek, ditambah hampir dua lusin sistem pertahanan udara berbasis rudal juga dimiliki militer Iran. Ini termasuk sistem rudal warisan Barat seperti MIM-23 Hawk dan Rapier, sebagian besar dikirim ke negara itu sebelum Revolusi Islam 1979, ditambah sistem Soviet dan Rusia termasuk SA-8, Tor, dan sistem rudal S-300.
Dalam satu dekade terakhir, Iran telah membuat langkah besar dalam penciptaan sistem pertahanan rudal dalam negeri yang canggih, termasuk Bavar-373, Ya Zahra, Talaash, Khoradad 3, dan Khordad 15.
Komentar Sabahifard tentang penyiagaan sistem pertahanan udara Iran muncul di tengah ketegangan baru di kawasan Teluk Persia, kali ini atas serangan fatal terhadap kapal tanker minyak yang dikelola Israel di Teluk Oman pada akhir Juli yang menewaskan kapten kapal Rumania dan pengawal Inggris.
Israel dan sekutu Barat-nya segera menyalahkan Iran atas serangan itu, mengeklaim itu dilakukan oleh drone bunuh diri Iran. Teheran secara vokal menolak tuduhan itu dan mendesak masyarakat internasional untuk waspada terhadap “operasi bendera palsu” Israel.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda