Militer Myanmar Kerap Serang Petugas Medis, Ganggu Upaya Lawan Pandemi
Rabu, 11 Agustus 2021 - 05:52 WIB
YANGON - Tentara Myanmar melakukan setidaknya 252 serangan dan ancaman terhadap petugas kesehatan sejak kudeta 1 Februari, menewaskan sedikitnya 25 petugas medis dan menghambat respons terhadap pandemi Covid-19 . Hal itu diungkapkan kelompok hak asasi dalam laporan terbaru mereka.
Laporan yang dirilis oleh Insecurity Insight, Physicians for Human Rights (PHR), dan Johns Hopkins University Center for Public Health and Human Rights (CPHHR), menuturkan bahwa lebih dari 190 petugas kesehatan telah ditangkap dan 86 penggerebekan di rumah sakit dilakukan sejak kudeta.
Mereka mengidentifikasi 15 insiden di mana respons terhadap wabah Covid-19 terhambat, termasuk penyitaan peralatan perlindungan pribadi dan pasokan oksigen untuk penggunaan eksklusif tentara.
“Beberapa pusat perawatan Covid-19 terpaksa ditutup,” bunyi laporan tersebut, seperti dilansir Reuters pada Rabu (11/8/2021).
"Petugas kesehatan telah dipaksa bersembunyi karena takut ditangkap atau setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap mereka. Dalam beberapa kasus, anggota keluarga mereka ditangkap,” sambungnya.
Sistem perawatan kesehatan Myanmar sebagian besar telah runtuh sejak tentara menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, dengan banyak pekerja medis bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil dalam aksi demonstrasi untuk memprotes aturan junta.
Otoritas militer telah mengimbau para dokter untuk kembali bekerja dan menyerukan kerja sama publik untuk mencoba mengekang penyebaran pandemi Covid-19.
Laporan yang dirilis oleh Insecurity Insight, Physicians for Human Rights (PHR), dan Johns Hopkins University Center for Public Health and Human Rights (CPHHR), menuturkan bahwa lebih dari 190 petugas kesehatan telah ditangkap dan 86 penggerebekan di rumah sakit dilakukan sejak kudeta.
Mereka mengidentifikasi 15 insiden di mana respons terhadap wabah Covid-19 terhambat, termasuk penyitaan peralatan perlindungan pribadi dan pasokan oksigen untuk penggunaan eksklusif tentara.
“Beberapa pusat perawatan Covid-19 terpaksa ditutup,” bunyi laporan tersebut, seperti dilansir Reuters pada Rabu (11/8/2021).
"Petugas kesehatan telah dipaksa bersembunyi karena takut ditangkap atau setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap mereka. Dalam beberapa kasus, anggota keluarga mereka ditangkap,” sambungnya.
Sistem perawatan kesehatan Myanmar sebagian besar telah runtuh sejak tentara menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, dengan banyak pekerja medis bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil dalam aksi demonstrasi untuk memprotes aturan junta.
Otoritas militer telah mengimbau para dokter untuk kembali bekerja dan menyerukan kerja sama publik untuk mencoba mengekang penyebaran pandemi Covid-19.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda