Diduga Hendak Bunuh Dubes Myanmar di PBB, 2 Orang Ditangkap
loading...
A
A
A
NEW YORK - Dua warga Myanmar ditangkap atas tuduhan berkonspirasi untuk menyerang, dengan tujuan melukai atau bahkan membunuh Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun. Moe Tun adalah salah satu pejabat tinggi Myanmar yang menolak pemerintah junta militer.
Moe Tun, dengan tegas menentang kudeta militer di Myanmar. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada akhir Februari, Tun menyerukan tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional untuk memulihkan demokrasi di negaranya.
Militer Myanmar telah mencoba untuk mencopot Moe Tun dari jabatannya. Tetapi Majelis Umum, yang bertanggung jawab untuk mengakreditasi diplomat yang ditempatkan di PBB, menolak seruan junta dan juga menolak calon yang diajukan junta.
Jaksa Amerika Serikat (AS), Audrey Strauss menuturkan, kedua orang itu, yang bernama Phyo Hein Htut dan Ye Hein Zaw berkomplot untuk melukai atau membunuh Moe Tun dalam serangan yang akan terjadi di tanah Amerika.
Menurut dokumen pengadilan di pengadilan federal White Plains, seorang pedagang senjata Thailand yang menjual senjata kepada militer Myanmar menyewa kedua orang untuk melukai Moe Tun, untuk mencoba memaksanya mundur.
“Jika itu tidak berhasil (memaksanya mundur), Moe Tun itu akan dibunuh,” bunyi dokumen tersebut, seperti dilansir Arab News pada Senin (9/8/2021).
Rencana untuk melukai atau membunuh Moe Tun akan dilakukan di Westchester County, kawasan di mana dia tinggal.
“Htut bulan lalu dihubungi oleh pedagang senjata, yang ingin membayar beberapa ribu dolar agar Htut melakukan serangan itu. Htut menerima uang muka USD 2.000 pada 23 Juli,” ujar dokumen pengadilan.
Setelah FBI mengetahui plot tersebut, menurut dokumen pengadilan, mereka langsung mengamankan Htut. Ketika diinterogasi, Htut menjelaskan rencana tersebut, yang termasuk awalnya merusak ban mobil Moe Tun, agar dia mengalami kecelakaan.
Dikatakan, Htut menerima pembayaran USD 4.000 untuk melakukan serangan itu dan akan mendapatkan USD 1.000 lagi ketika tugasnya selesai.
Sementara itu, tersangka lainnya, yakni Zaw, saat diinterogasi oleh FBI mengaku bahwa dia adalah orang yang mengirimkan uang kepada Htut, sebagai imbalan atas “pekerjaanya”.
Htut dan Zaw masing-masing didakwa dengan persekongkolan untuk menyerang dan melakukan serangan kekerasan terhadap pejabat asing, yang diancam hukuman maksimal lima tahun penjara.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Moe Tun, dengan tegas menentang kudeta militer di Myanmar. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada akhir Februari, Tun menyerukan tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional untuk memulihkan demokrasi di negaranya.
Militer Myanmar telah mencoba untuk mencopot Moe Tun dari jabatannya. Tetapi Majelis Umum, yang bertanggung jawab untuk mengakreditasi diplomat yang ditempatkan di PBB, menolak seruan junta dan juga menolak calon yang diajukan junta.
Jaksa Amerika Serikat (AS), Audrey Strauss menuturkan, kedua orang itu, yang bernama Phyo Hein Htut dan Ye Hein Zaw berkomplot untuk melukai atau membunuh Moe Tun dalam serangan yang akan terjadi di tanah Amerika.
Menurut dokumen pengadilan di pengadilan federal White Plains, seorang pedagang senjata Thailand yang menjual senjata kepada militer Myanmar menyewa kedua orang untuk melukai Moe Tun, untuk mencoba memaksanya mundur.
“Jika itu tidak berhasil (memaksanya mundur), Moe Tun itu akan dibunuh,” bunyi dokumen tersebut, seperti dilansir Arab News pada Senin (9/8/2021).
Rencana untuk melukai atau membunuh Moe Tun akan dilakukan di Westchester County, kawasan di mana dia tinggal.
“Htut bulan lalu dihubungi oleh pedagang senjata, yang ingin membayar beberapa ribu dolar agar Htut melakukan serangan itu. Htut menerima uang muka USD 2.000 pada 23 Juli,” ujar dokumen pengadilan.
Setelah FBI mengetahui plot tersebut, menurut dokumen pengadilan, mereka langsung mengamankan Htut. Ketika diinterogasi, Htut menjelaskan rencana tersebut, yang termasuk awalnya merusak ban mobil Moe Tun, agar dia mengalami kecelakaan.
Dikatakan, Htut menerima pembayaran USD 4.000 untuk melakukan serangan itu dan akan mendapatkan USD 1.000 lagi ketika tugasnya selesai.
Sementara itu, tersangka lainnya, yakni Zaw, saat diinterogasi oleh FBI mengaku bahwa dia adalah orang yang mengirimkan uang kepada Htut, sebagai imbalan atas “pekerjaanya”.
Htut dan Zaw masing-masing didakwa dengan persekongkolan untuk menyerang dan melakukan serangan kekerasan terhadap pejabat asing, yang diancam hukuman maksimal lima tahun penjara.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)