Adik Kim Jong-un Marah karena Korsel-AS Bersiap Latihan Perang Besar-besaran
Selasa, 10 Agustus 2021 - 09:24 WIB
Menurut kantor berita Yonhap yang berbasis di Seoul, latihan empat hari itu bertujuan untuk menguji respons militer terhadap “situasi yang tidak terduga sebelum perang pecah", yang akan diikuti Pelatihan Pos Komando Gabungan dengan simulasi komputer selama sepuluh hari.
Selama dua tahun terakhir, skala latihan telah dikurangi secara signifikan karena pandemi COVID-19, tetapi selama puncak pemulihan hubungan pada tahun 2018, Pyongyang hampir meyakinkan Seoul untuk membatalkan latihan gabungan tersebut. Namun, Washington masuk dan menegaskan kembali agendanya, yang kontra untuk reunifikasi dan perdamaian di semenanjung Korea.
AS mempertahankan pengerahan 28.000 tentaranya di Korea Selatan, ditempatkan di sana sejak Perang Korea 1950-1953 ketika AS memimpin pasukan invasi internasional dalam misi untuk menghentikan reunifikasi negara di bawah kekuasaan komunis.
Korea telah terpecah pada tahun 1945 pada akhir Perang Dunia II, yang berakhir sebelum Uni Soviet telah benar-benar membebaskan Korea dari kekuasaan kolonial Jepang, dan perang saudara pecah pada tahun 1949 di mana PBB campur tangan di salah satu medan perang awal dari Perang Dingin.
Perang itu berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai permanen. Hubungan terus mendingin, di mana Korea Utara telah menguji senjata artileri roket generasi baru yang mereka klaim dapat menghindari pertahanan rudal anti-balistik yang ditempatkan di Selatan oleh Amerika Serikat.
Presiden AS Joe Biden, yang mulai menjabat pada Januari lalu, telah merencanakan jalur yang berbeda dalam hubungan AS dengan Korea Utara atau DPRK dibandingkan pendahulunya, Donald Trump, yang mengadakan beberapa pertemuan puncak dengan Kim Jong-un.
Kim Jong-un sendiri telah menegaskan tidak akan secara sepihak melepaskan program senjata nuklir negaranya, yang katanya merupakan jaminan akhir dari keamanan dan kemerdekaan negara.
Namun, Biden bersikeras Kim Jong-un setuju untuk denuklirisasi sebelum pembicaraan apa pun akan dimulai. Klaim itu ditepis Kim Yo-jong sebagai "harapan yang salah" pada awal tahun ini.
Selama dua tahun terakhir, skala latihan telah dikurangi secara signifikan karena pandemi COVID-19, tetapi selama puncak pemulihan hubungan pada tahun 2018, Pyongyang hampir meyakinkan Seoul untuk membatalkan latihan gabungan tersebut. Namun, Washington masuk dan menegaskan kembali agendanya, yang kontra untuk reunifikasi dan perdamaian di semenanjung Korea.
AS mempertahankan pengerahan 28.000 tentaranya di Korea Selatan, ditempatkan di sana sejak Perang Korea 1950-1953 ketika AS memimpin pasukan invasi internasional dalam misi untuk menghentikan reunifikasi negara di bawah kekuasaan komunis.
Korea telah terpecah pada tahun 1945 pada akhir Perang Dunia II, yang berakhir sebelum Uni Soviet telah benar-benar membebaskan Korea dari kekuasaan kolonial Jepang, dan perang saudara pecah pada tahun 1949 di mana PBB campur tangan di salah satu medan perang awal dari Perang Dingin.
Perang itu berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai permanen. Hubungan terus mendingin, di mana Korea Utara telah menguji senjata artileri roket generasi baru yang mereka klaim dapat menghindari pertahanan rudal anti-balistik yang ditempatkan di Selatan oleh Amerika Serikat.
Presiden AS Joe Biden, yang mulai menjabat pada Januari lalu, telah merencanakan jalur yang berbeda dalam hubungan AS dengan Korea Utara atau DPRK dibandingkan pendahulunya, Donald Trump, yang mengadakan beberapa pertemuan puncak dengan Kim Jong-un.
Kim Jong-un sendiri telah menegaskan tidak akan secara sepihak melepaskan program senjata nuklir negaranya, yang katanya merupakan jaminan akhir dari keamanan dan kemerdekaan negara.
Namun, Biden bersikeras Kim Jong-un setuju untuk denuklirisasi sebelum pembicaraan apa pun akan dimulai. Klaim itu ditepis Kim Yo-jong sebagai "harapan yang salah" pada awal tahun ini.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda