Macron: Paris 'Berutang' Besar karena Jadikan Polinesia Prancis Tempat Uji Coba Nuklir
Kamis, 29 Juli 2021 - 17:46 WIB
PARIS - Presiden Prancis , Emmanuel Macron mengatakan bahwa Paris "berhutang" kepada Polinesia Prancis atas ratusan uji coba nuklir yang dilakukan di wilayah Pasifik Selatan selama 30 tahun yang mempengaruhi lebih dari 100 ribu orang. Namun, dia tidak meminta maaf atas tindakan Prancis tersebut.
Berbicara saat melakukan kunjungan ke wilayah itu, Macron mengatakan bahwa total 193 uji coba nuklir yang dilakukan oleh Prancis di wilayah tersebut, antara tahun 1966 dan 1996 berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat.
Macron mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan tes yang sama di wilayah Prancis. Dia juga mengatakan bahwa Prancis akan mempercepat pekerjaan yang sedang berlangsung untuk memeriksa tuntutan kompensasi para korban uji coba nuklir.
Namun, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (29/7/2021), Macron tidak membuat permintaan maaf resmi atas nama negaranya, seperti yang diminta oleh asosiasi anti-nuklir lokal.
Sementara itu, invesitigasi baru pada uji coba nuklir di pulau-pulau Pasifik telah mengungkapkan bahwa pihak berwenang Prancis sengaja menyembunyikan dampak kontaminasi radioaktif terhadap kesehatan orang Polinesia selama lebih dari 50 tahun.
File Moruroa. yang dirilis pada bulan Maret melalui proyek kolaborasi antara platform media jurnalisme investigasi Disclose, desainer spasial yang bekerja pada isu-isu lingkungan di LSM Interprt dan peneliti dari program Sains dan Keamanan Global Universitas Princeton.
Investigasi selama dua tahun berdasarkan penilaian ilmiah, dokumen Kementerian Pertahanan Prancis yang tidak diklasifikasikan dan survei kesehatan menghadirkan bukti baru pada tes militer Prancis.
Terungkap bahwa hampir seluruh penduduk Polinesia, sekitar 110 ribu orang, terinfeksi radiasi tingkat tinggi dari 193 uji coba nuklir yang dilakukan Prancis. Tes ini dilakukan dari tahun 1966 hingga 1996 di atol Moruroa dan Fangataufa, termasuk 46 ledakan atmosfer di udara terbuka, hingga 1974.
Pada saat tes ini, militer tidak melakukan tindakan pencegahan untuk mengevakuasi orang-orang yang mendiami pulau-pulau di sekitar lokasi pengujian.
Berbicara saat melakukan kunjungan ke wilayah itu, Macron mengatakan bahwa total 193 uji coba nuklir yang dilakukan oleh Prancis di wilayah tersebut, antara tahun 1966 dan 1996 berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat.
Macron mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan tes yang sama di wilayah Prancis. Dia juga mengatakan bahwa Prancis akan mempercepat pekerjaan yang sedang berlangsung untuk memeriksa tuntutan kompensasi para korban uji coba nuklir.
Namun, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (29/7/2021), Macron tidak membuat permintaan maaf resmi atas nama negaranya, seperti yang diminta oleh asosiasi anti-nuklir lokal.
Sementara itu, invesitigasi baru pada uji coba nuklir di pulau-pulau Pasifik telah mengungkapkan bahwa pihak berwenang Prancis sengaja menyembunyikan dampak kontaminasi radioaktif terhadap kesehatan orang Polinesia selama lebih dari 50 tahun.
File Moruroa. yang dirilis pada bulan Maret melalui proyek kolaborasi antara platform media jurnalisme investigasi Disclose, desainer spasial yang bekerja pada isu-isu lingkungan di LSM Interprt dan peneliti dari program Sains dan Keamanan Global Universitas Princeton.
Investigasi selama dua tahun berdasarkan penilaian ilmiah, dokumen Kementerian Pertahanan Prancis yang tidak diklasifikasikan dan survei kesehatan menghadirkan bukti baru pada tes militer Prancis.
Terungkap bahwa hampir seluruh penduduk Polinesia, sekitar 110 ribu orang, terinfeksi radiasi tingkat tinggi dari 193 uji coba nuklir yang dilakukan Prancis. Tes ini dilakukan dari tahun 1966 hingga 1996 di atol Moruroa dan Fangataufa, termasuk 46 ledakan atmosfer di udara terbuka, hingga 1974.
Pada saat tes ini, militer tidak melakukan tindakan pencegahan untuk mengevakuasi orang-orang yang mendiami pulau-pulau di sekitar lokasi pengujian.
(ian)
tulis komentar anda