Marahnya Israel Diboikot Es Krim Ben & Jerry's, Menyebutnya Terorisme
Jum'at, 23 Juli 2021 - 09:38 WIB
TEL AVIV - Pemerintah Israel kembali meluapkan kemarahannya atas keputusan perusahaan es krim Amerika Serikat (AS), Ben & Jerry's, untuk mengakhiri penjualan produknya di wilayah Palestina yang diduduki Zionis Israel. Presiden Isaac Herzog menyebut aksi boikot perusahaan itu sebagai bentuk baru terorisme.
Herzog, presiden baru Israel yang dianggap mewakili kubu moderat, ikut bergabung dengan paduan suara kemarahan Zionis.
"Boikot [terhadap] Israel adalah terorisme jenis baru, terorisme ekonomi," kata Herzog seperti dikutip dari Haaretz, Jumat (23/7/2021).
"Terorisme mencoba merugikan warga Israel dan ekonomi Israel. Kita harus menentang boikot dan terorisme ini dalam bentuk apa pun," katanya lagi.
"Kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel tidak mencari perdamaian, dan ingin merusak keberadaan Negara Israel. Itu membidik ekonomi Israel," imbuh Herzog.
Didirikan pada tahun 2005 setelah putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 2004 tentang Tembok Pemisahan—yang dinyatakan ilegal oleh badan dunia itu—, gerakan BDS yang dipimpin Palestina melakukan kampanye untuk mengakhiri pendudukan Israel dan rezim apartheidnya.
Sejak didirikan, BDS telah menjadi semakin kuat terutama karena status Israel sebagai negara yang mempraktikkan apartheid menjadi tidak mungkin untuk disengketakan setelah publikasi beberapa laporan profil tinggi.
Pada bulan April, organisasi hak asasi manusia (HAM) terkemuka Human Rights Watch (HRW) bergabung dengan sejumlah kelompok terkemuka lainnya untuk menyatakan bahwa Israel melakukan kejahatan apartheid dan penganiayaan.
Sebelum laporan HRW, kelompok HAM Israel; B'Tselem, mencap Israel sebagai negara apartheid yang mempromosikan dan melanggengkan supremasi Yahudi antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan.
Dalam sebuah artikel bulan lalu, dua mantan duta besar Israel untuk Afrika Selatan juga mengecam Israel sebagai negara apartheid dengan menyamakan sistem segregasi rasial di Afrika Selatan yang berakhir pada 1994.
Pesan tersebut juga telah dianut oleh orang-orang Yahudi Amerika, seperempat di antaranya percaya bahwa Israel adalah negara apartheid.
Deklarasi Herzog tentang protes damai terhadap pendudukan Israel sebagai bentuk terorisme menyoroti apa yang dilihat sebagai tumbuhnya histeria di negara pendudukan atas BDS.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid yang marah mempertimbangkan keputusan boikot oleh perusahaan es krim populer tersebut. Dia, melalui Twitter, menuduh perusahaan itu menyerah pada anti-semitisme, dan mengatakan dia akan meminta 30 negara bagian AS yang telah meloloskan UU anti-semitisme untuk bertindak melawan Ben & Jerry's.
Namun, beberapa pengikut Lapid di Twitter menunjukkan bagaimana Israel memberi tahu AS apa yang harus dilakukan itu bukanlah pandangan yang baik untuk negara pendudukan.
Herzog, presiden baru Israel yang dianggap mewakili kubu moderat, ikut bergabung dengan paduan suara kemarahan Zionis.
"Boikot [terhadap] Israel adalah terorisme jenis baru, terorisme ekonomi," kata Herzog seperti dikutip dari Haaretz, Jumat (23/7/2021).
"Terorisme mencoba merugikan warga Israel dan ekonomi Israel. Kita harus menentang boikot dan terorisme ini dalam bentuk apa pun," katanya lagi.
"Kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel tidak mencari perdamaian, dan ingin merusak keberadaan Negara Israel. Itu membidik ekonomi Israel," imbuh Herzog.
Didirikan pada tahun 2005 setelah putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 2004 tentang Tembok Pemisahan—yang dinyatakan ilegal oleh badan dunia itu—, gerakan BDS yang dipimpin Palestina melakukan kampanye untuk mengakhiri pendudukan Israel dan rezim apartheidnya.
Sejak didirikan, BDS telah menjadi semakin kuat terutama karena status Israel sebagai negara yang mempraktikkan apartheid menjadi tidak mungkin untuk disengketakan setelah publikasi beberapa laporan profil tinggi.
Pada bulan April, organisasi hak asasi manusia (HAM) terkemuka Human Rights Watch (HRW) bergabung dengan sejumlah kelompok terkemuka lainnya untuk menyatakan bahwa Israel melakukan kejahatan apartheid dan penganiayaan.
Sebelum laporan HRW, kelompok HAM Israel; B'Tselem, mencap Israel sebagai negara apartheid yang mempromosikan dan melanggengkan supremasi Yahudi antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan.
Dalam sebuah artikel bulan lalu, dua mantan duta besar Israel untuk Afrika Selatan juga mengecam Israel sebagai negara apartheid dengan menyamakan sistem segregasi rasial di Afrika Selatan yang berakhir pada 1994.
Pesan tersebut juga telah dianut oleh orang-orang Yahudi Amerika, seperempat di antaranya percaya bahwa Israel adalah negara apartheid.
Deklarasi Herzog tentang protes damai terhadap pendudukan Israel sebagai bentuk terorisme menyoroti apa yang dilihat sebagai tumbuhnya histeria di negara pendudukan atas BDS.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid yang marah mempertimbangkan keputusan boikot oleh perusahaan es krim populer tersebut. Dia, melalui Twitter, menuduh perusahaan itu menyerah pada anti-semitisme, dan mengatakan dia akan meminta 30 negara bagian AS yang telah meloloskan UU anti-semitisme untuk bertindak melawan Ben & Jerry's.
Namun, beberapa pengikut Lapid di Twitter menunjukkan bagaimana Israel memberi tahu AS apa yang harus dilakukan itu bukanlah pandangan yang baik untuk negara pendudukan.
(min)
tulis komentar anda