Palang Merah Sebut Afghanistan Masih Jadi Tempat Paling Mematikan di Dunia
Kamis, 22 Juli 2021 - 17:44 WIB
KABUL - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, Afghanistan tetap menjadi salah satu tempat paling mematikan bagi warga sipil di dunia. Pernyataan ini datang di tengah meningkatnya kekerasan di negara yang dilanda perang itu.
Organisasi kemanusiaan yang berbasis di Jenewa, Swiss itu mengatakan telah menerima dan merawat hingga 49.500 warga sipil yang terluka perang di seluruh Afghanistan dalam enam bulan pertama tahun ini saja.
“Itu adalah rata-rata 270 orang setiap hari yang membutuhkan perawatan untuk cedera yang seringkali sangat serius dan menyakitkan yang mengubah hidup,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (22/7/2021).
Menurut ICRC, perempuan dan anak-anak merupakan hampir setengah dari semua korban sipil di Afghanistan, ketika masyarakat menghadapi kebangkitan mematikan COVID-19 yang paralel dengan memburuknya kekerasan dalam beberapa bulan terakhir.
Tidak ada reaksi langsung terhadap laporan tersebut baik olehTaliban atau pemerintah Afghanistan.
Sementara itu, Eloi Fillion, kepala ICRC di Afghanistan, mengimbau pihak-pihak yang berkonflik untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil.
"Lebih dari empat dekade konflik bersenjata di Afghanistan telah menghancurkan sistem perawatan kesehatannya," katanya.
“Dengan Covid-19 menambah ancaman mematikan lainnya, akses ke perawatan kesehatan adalah salah satu kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak di mana pun di negara ini, terlepas dari afiliasi politiknya," sambungnya.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
Organisasi kemanusiaan yang berbasis di Jenewa, Swiss itu mengatakan telah menerima dan merawat hingga 49.500 warga sipil yang terluka perang di seluruh Afghanistan dalam enam bulan pertama tahun ini saja.
“Itu adalah rata-rata 270 orang setiap hari yang membutuhkan perawatan untuk cedera yang seringkali sangat serius dan menyakitkan yang mengubah hidup,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (22/7/2021).
Menurut ICRC, perempuan dan anak-anak merupakan hampir setengah dari semua korban sipil di Afghanistan, ketika masyarakat menghadapi kebangkitan mematikan COVID-19 yang paralel dengan memburuknya kekerasan dalam beberapa bulan terakhir.
Tidak ada reaksi langsung terhadap laporan tersebut baik olehTaliban atau pemerintah Afghanistan.
Sementara itu, Eloi Fillion, kepala ICRC di Afghanistan, mengimbau pihak-pihak yang berkonflik untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil.
"Lebih dari empat dekade konflik bersenjata di Afghanistan telah menghancurkan sistem perawatan kesehatannya," katanya.
“Dengan Covid-19 menambah ancaman mematikan lainnya, akses ke perawatan kesehatan adalah salah satu kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak di mana pun di negara ini, terlepas dari afiliasi politiknya," sambungnya.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
(ian)
tulis komentar anda