COVID-19 Belum Hilang, Muncul Virus Monkeypox di AS
Sabtu, 17 Juli 2021 - 13:34 WIB
DALLAS - Seorang warga Dallas, Texas, yang baru saja pulang dari Nigeria terinfeksi virus monkeypox atau cacar monyet. Itu menjadi kasus terbaru monkeypox di Amerika Serikat (AS) di tengah pandemi COVID-19 global yang tak kunjung hilang.
Para pejabat kesehatan setempat mengatakan bahwa risiko penyebaran virus tersebut rendah karena mandat wajib memakai masker wajah masih ditegakkan dalam perjalanan udara.
Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Dallas County (DCHHS) melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi dari penyakit virus langka itu dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (16/7/2021).
Orang yang terinfeksi virus monkeypox tiba di AS dari Lagos, Nigeria, pada 8 Juli melalui Atlanta. Dia kemudian melakukan perjalanan dari Atlanta ke bandara Dallas Love Field pada 9 Juli.
Sejak itu, orang tersebut dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil di salah satu rumah sakit di kota Dallas.
"Tes laboratorium menunjukkan bahwa individu itu terinfeksi dengan strain monkeypox yang paling sering terlihat di beberapa bagian Afrika Barat, termasuk Nigeria, yang mematikan pada sekitar 1 dari 100 orang," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
DCHHS mengatakan identitas dan keberadaan pasien tidak akan diungkapkan untuk melindungi privasinya, dan mencatat bahwa kontak individu sedang dilacak.
“Kami telah bekerja sama dengan CDC dan DSHS [Departemen Layanan Kesehatan dan Sosial] dan telah melakukan wawancara dengan pasien dan kontak dekat yang terpapar,” kata direktur DCHHS Dr Philip Huang, dengan alasan bahwa ada “sangat sedikit” bahaya bagi masyarakat umum seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (17/7/2021).
Hakim Dallas County Clay Jenkis juga mengecilkan potensi ancaman, dengan mengatakan bahwa kasus ini bukan alasan untuk khawatir.
Pejabat kesehatan memanfaatkan kesempatan ini untuk memuji persyaratan pemakaian masker oleh pemerintah federal di semua transportasi umum, yang akan berakhir pada September mendatang. Aturan tersebut untuk mengurangi risiko bagi penumpang dalam penerbangan untuk tertular penyakit, yang disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama dengan cacar.
Namun demikian, CDC saat ini bekerja untuk menentukan potensi risiko bagi mereka yang mungkin telah melakukan kontak dengan perjalanan di pesawat atau di bandara.
Meskipun ada upaya oleh CDC dan DCHHS untuk mencegah kepanikan dengan pernyataan bahwa orang yang tidak memiliki gejala tidak mampu menyebarkan virus ke orang lain, pengumuman itu memicu ketakutan di media sosial, dengan beberapa warganet yang bosan dengan pandemi COVID-19 mengantisipasi potensi wabah baru.
Terakhir kali ada wabah cacar monyet di AS, pada tahun 2003, setidaknya 47 orang di enam negara bagian terjangkit penyakit ini, tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan.
Pada saat itu, ditetapkan bahwa pengiriman sekitar 800 mamalia dari Ghana berada di balik wabah tersebut. Beberapa hewan disimpan di sebelah anjing padang rumput yang kemudian dijual sebagai hewan peliharaan dan dianggap telah menularkan penyakit kepada pemiliknya.
AS bukan satu-satunya negara yang melaporkan kasus cacar monyet baru-baru ini. Pada bulan Mei, Inggris juga melaporkan dua kasus cacar monyet yang dikonfirmasi, terkait dengan kedatangan dari Nigeria.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cacar monyet "tetap endemik" di beberapa bagian Afrika Barat dan Tengah. Organisasi itu mem-posting pengumuman risiko berkelanjutan untuk wabah lebih lanjut dan kasus terkait perjalanan.
Vaksin cacar monyet telah disetujui pada tahun 2019. Karena penyakit ini adalah kerabat dekat cacar—meskipun cacar monyet biasanya memiliki gejala yang lebih ringan—, vaksin cacar juga dianggap efektif melawan penyakit tersebut.
Para pejabat kesehatan setempat mengatakan bahwa risiko penyebaran virus tersebut rendah karena mandat wajib memakai masker wajah masih ditegakkan dalam perjalanan udara.
Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Dallas County (DCHHS) melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi dari penyakit virus langka itu dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (16/7/2021).
Orang yang terinfeksi virus monkeypox tiba di AS dari Lagos, Nigeria, pada 8 Juli melalui Atlanta. Dia kemudian melakukan perjalanan dari Atlanta ke bandara Dallas Love Field pada 9 Juli.
Sejak itu, orang tersebut dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil di salah satu rumah sakit di kota Dallas.
"Tes laboratorium menunjukkan bahwa individu itu terinfeksi dengan strain monkeypox yang paling sering terlihat di beberapa bagian Afrika Barat, termasuk Nigeria, yang mematikan pada sekitar 1 dari 100 orang," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
DCHHS mengatakan identitas dan keberadaan pasien tidak akan diungkapkan untuk melindungi privasinya, dan mencatat bahwa kontak individu sedang dilacak.
“Kami telah bekerja sama dengan CDC dan DSHS [Departemen Layanan Kesehatan dan Sosial] dan telah melakukan wawancara dengan pasien dan kontak dekat yang terpapar,” kata direktur DCHHS Dr Philip Huang, dengan alasan bahwa ada “sangat sedikit” bahaya bagi masyarakat umum seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (17/7/2021).
Hakim Dallas County Clay Jenkis juga mengecilkan potensi ancaman, dengan mengatakan bahwa kasus ini bukan alasan untuk khawatir.
Pejabat kesehatan memanfaatkan kesempatan ini untuk memuji persyaratan pemakaian masker oleh pemerintah federal di semua transportasi umum, yang akan berakhir pada September mendatang. Aturan tersebut untuk mengurangi risiko bagi penumpang dalam penerbangan untuk tertular penyakit, yang disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama dengan cacar.
Namun demikian, CDC saat ini bekerja untuk menentukan potensi risiko bagi mereka yang mungkin telah melakukan kontak dengan perjalanan di pesawat atau di bandara.
Meskipun ada upaya oleh CDC dan DCHHS untuk mencegah kepanikan dengan pernyataan bahwa orang yang tidak memiliki gejala tidak mampu menyebarkan virus ke orang lain, pengumuman itu memicu ketakutan di media sosial, dengan beberapa warganet yang bosan dengan pandemi COVID-19 mengantisipasi potensi wabah baru.
Terakhir kali ada wabah cacar monyet di AS, pada tahun 2003, setidaknya 47 orang di enam negara bagian terjangkit penyakit ini, tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan.
Pada saat itu, ditetapkan bahwa pengiriman sekitar 800 mamalia dari Ghana berada di balik wabah tersebut. Beberapa hewan disimpan di sebelah anjing padang rumput yang kemudian dijual sebagai hewan peliharaan dan dianggap telah menularkan penyakit kepada pemiliknya.
AS bukan satu-satunya negara yang melaporkan kasus cacar monyet baru-baru ini. Pada bulan Mei, Inggris juga melaporkan dua kasus cacar monyet yang dikonfirmasi, terkait dengan kedatangan dari Nigeria.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cacar monyet "tetap endemik" di beberapa bagian Afrika Barat dan Tengah. Organisasi itu mem-posting pengumuman risiko berkelanjutan untuk wabah lebih lanjut dan kasus terkait perjalanan.
Vaksin cacar monyet telah disetujui pada tahun 2019. Karena penyakit ini adalah kerabat dekat cacar—meskipun cacar monyet biasanya memiliki gejala yang lebih ringan—, vaksin cacar juga dianggap efektif melawan penyakit tersebut.
(min)
tulis komentar anda