Selidiki Jatuhnya Pesawat Militer, Filipina Minta Bantuan AS
Rabu, 07 Juli 2021 - 14:49 WIB
MANILA - Filipina akan mengirim kotak hitam pesawat Hercules C-130 yang jatuh pada akhir pekan lalu ke Amerika Serikat (AS) untuk meminta bantuan ahli membuka dan menganalisisnya. Hal itu diungkapkan Kepala Staf Militer Filipina, Rabu (7/7/2021).
"Amerika Serikat telah berkomitmen untuk membantu mengekstrak informasi dari data penerbangan dan perekam suara kokpit yang dapat menjelaskan insiden tragis yang menewaskan 53 orang di provinsi selatan Jolo," kata Cirilito Sobejana dalam wawancara dengan televisi lokal seperti dikutip dari Reuters.
Sobejana mengatakan Filipina tidak memiliki kemampuan seperti itu. Dia tidak memberikan jadwal kapan para ahli AS dapat menyelesaikan ekstraksi data.
Pesawat itu membawa pasukan menuju operasi kontra-pemberontakan ketika jatuh dengan 96 penumpang, menewaskan 53 dalam kecelakaan udara militer terburuk di negara itu dalam hampir tiga dekade. Di antara yang tewas adalah tiga warga sipil di darat dan kru lainnya terluka.
Ditanya apakah cuaca buruk atau kesalahan manusia bisa menjadi penyebab insiden itu, Sobejana mengatakan akan menunggu laporan resmi penyidik.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk melakukannya secepat yang kami bisa, tetapi ini harus disengaja," katanya.
"Kami ingin mendapatkan informasi atau fakta yang akurat," tegasnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menawarkan dukungan tambahan kepada mitranya dari Filipina Delfin Lorenzana ketika mereka berbicara melalui telepon pada hari Selasa kemarin untuk membahas kecelakaan itu.
Mereka juga membahas dukungan evakuasi medis kritis yang diberikan oleh personel AS dan kemungkinan bantuan lainnya, termasuk identifikasi korban, menurut sebuah pernyataan yang dirilis di Washington.
Sobejana mengatakan 16 korban telah diidentifikasi.
"Beberapa korban terbakar tanpa bisa dikenali, dan pihak berwenang akan mengandalkan catatan gigi dan pengujian forensik untuk mengidentifikasi mereka," ujarnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
"Amerika Serikat telah berkomitmen untuk membantu mengekstrak informasi dari data penerbangan dan perekam suara kokpit yang dapat menjelaskan insiden tragis yang menewaskan 53 orang di provinsi selatan Jolo," kata Cirilito Sobejana dalam wawancara dengan televisi lokal seperti dikutip dari Reuters.
Sobejana mengatakan Filipina tidak memiliki kemampuan seperti itu. Dia tidak memberikan jadwal kapan para ahli AS dapat menyelesaikan ekstraksi data.
Pesawat itu membawa pasukan menuju operasi kontra-pemberontakan ketika jatuh dengan 96 penumpang, menewaskan 53 dalam kecelakaan udara militer terburuk di negara itu dalam hampir tiga dekade. Di antara yang tewas adalah tiga warga sipil di darat dan kru lainnya terluka.
Ditanya apakah cuaca buruk atau kesalahan manusia bisa menjadi penyebab insiden itu, Sobejana mengatakan akan menunggu laporan resmi penyidik.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk melakukannya secepat yang kami bisa, tetapi ini harus disengaja," katanya.
"Kami ingin mendapatkan informasi atau fakta yang akurat," tegasnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menawarkan dukungan tambahan kepada mitranya dari Filipina Delfin Lorenzana ketika mereka berbicara melalui telepon pada hari Selasa kemarin untuk membahas kecelakaan itu.
Mereka juga membahas dukungan evakuasi medis kritis yang diberikan oleh personel AS dan kemungkinan bantuan lainnya, termasuk identifikasi korban, menurut sebuah pernyataan yang dirilis di Washington.
Sobejana mengatakan 16 korban telah diidentifikasi.
"Beberapa korban terbakar tanpa bisa dikenali, dan pihak berwenang akan mengandalkan catatan gigi dan pengujian forensik untuk mengidentifikasi mereka," ujarnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(ian)
tulis komentar anda