Sekutu AS Ingin Gencarkan Latihan Perang untuk Lacak Kapal Selam Rusia dan China
Selasa, 06 Juli 2021 - 07:19 WIB
WASHINGTON - Negara-negara sekutu Amerika Serikat (AS) menginginkan peningkatan latihan perang anti-kapal selam (ASW) dengan Angkatan Laut Amerika. Mereka ingin mencari cara mendeteksi kapal selam Rusia dan China.
Minat untuk meningkatkan latihan tersebut diungkapkan Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Michael Gilday.
"Apa yang saya lihat adalah minat yang sangat tinggi untuk tidak hanya berbicara tentang beberapa misi yang lebih penting yang kita miliki—katakanlah, perang anti-kapal selam melawan ancaman yang maju, tidak hanya dari Rusia tetapi juga dari China," katanya seperti dikutip Sputniknews, Selasa (6/7/2021).
Perwira tinggi Angkatan Laut AS menekankan bahwa permintaan ini memiliki fokus berat pada Rusia dan China dan menyambut baik fakta bahwa sekutu AS memusatkan pelatihan mereka untuk melawan kedua negara.
Kanada, Australia, Jepang, Singapura, dan India termasuk di antara negara-negara yang telah meminta pelatihan ASW tahun ini saja dari Angkatan Laut AS. Selain pelatihan ini, beberapa negara juga telah memesan pesawat mata-mata P-8 Poseidon—yang memiliki kemampuan mendeteksi kapal selam—dari Washington, Australia, India, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Komentar Laksamana Gilday muncul setelah ASW tahunan NATO—Dynamic Mongoose. Itu terjadi di perairan dekat Islandia, Norwegia, dan Inggris, yang dilalui oleh kapal selam Rusia dalam perjalanan mereka ke Samudra Atlantik.
“Perang anti-kapal selam pada dasarnya menantang dan membutuhkan banyak pelatihan dan koordinasi lanjutan antara unit laut dan udara," kata Kepala Angkatan Laut Norwegia Laksamana Rune Andersen mengomentari masalah ini dalam wawancaranya dengan High North News.
Gilday dan para pemimpin militer Amerika lainnya telah mengeklaim bahwa kapal selam Rusia telah menghabiskan lebih banyak waktu di sekitar pantai AS baru-baru ini.
Militer AS juga telah menggarisbawahi peningkatan kehadiran kapal selam China di kawasan Indo-Pasifik. Washington menduga bahwa negara Asia itu akan memiliki antara 65 hingga 70 kapal selam yang beroperasi sepanjang tahun 2020-an.
Peningkatan armada kapal selam China terjadi ketika AS terus mengirim kapal perang ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, yang berulang kali dikecam Beijing sebagai provokatif dan berbahaya.
Minat untuk meningkatkan latihan tersebut diungkapkan Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Michael Gilday.
"Apa yang saya lihat adalah minat yang sangat tinggi untuk tidak hanya berbicara tentang beberapa misi yang lebih penting yang kita miliki—katakanlah, perang anti-kapal selam melawan ancaman yang maju, tidak hanya dari Rusia tetapi juga dari China," katanya seperti dikutip Sputniknews, Selasa (6/7/2021).
Perwira tinggi Angkatan Laut AS menekankan bahwa permintaan ini memiliki fokus berat pada Rusia dan China dan menyambut baik fakta bahwa sekutu AS memusatkan pelatihan mereka untuk melawan kedua negara.
Kanada, Australia, Jepang, Singapura, dan India termasuk di antara negara-negara yang telah meminta pelatihan ASW tahun ini saja dari Angkatan Laut AS. Selain pelatihan ini, beberapa negara juga telah memesan pesawat mata-mata P-8 Poseidon—yang memiliki kemampuan mendeteksi kapal selam—dari Washington, Australia, India, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Komentar Laksamana Gilday muncul setelah ASW tahunan NATO—Dynamic Mongoose. Itu terjadi di perairan dekat Islandia, Norwegia, dan Inggris, yang dilalui oleh kapal selam Rusia dalam perjalanan mereka ke Samudra Atlantik.
“Perang anti-kapal selam pada dasarnya menantang dan membutuhkan banyak pelatihan dan koordinasi lanjutan antara unit laut dan udara," kata Kepala Angkatan Laut Norwegia Laksamana Rune Andersen mengomentari masalah ini dalam wawancaranya dengan High North News.
Gilday dan para pemimpin militer Amerika lainnya telah mengeklaim bahwa kapal selam Rusia telah menghabiskan lebih banyak waktu di sekitar pantai AS baru-baru ini.
Militer AS juga telah menggarisbawahi peningkatan kehadiran kapal selam China di kawasan Indo-Pasifik. Washington menduga bahwa negara Asia itu akan memiliki antara 65 hingga 70 kapal selam yang beroperasi sepanjang tahun 2020-an.
Peningkatan armada kapal selam China terjadi ketika AS terus mengirim kapal perang ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, yang berulang kali dikecam Beijing sebagai provokatif dan berbahaya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda