Pemerintah Republik Afrika Tengah Mengundurkan Diri
Jum'at, 11 Juni 2021 - 00:26 WIB
BANGUI - Perdana Menteri Republik Afrika Tengah (CAR) Firmin Ngrebada dan pemerintahnya mengundurkan diri pada Kamis waktu setempat, menyiapkan panggung untuk perombakan politik di negara miskin yang berjuang dengan pemberontakan dan perselisihan dengan sekutu tradisionalnya, Prancis .
Perdana Menteri CAR mengumumkan pengunduran dirinya di Twitter, tetapi juru bicara Presiden Faustin Archange Touadera mengatakan bahwa dia dapat ditunjuk untuk memimpin pemerintahan yang baru.
"Kami akan tahu dalam beberapa jam jika presiden mempertahankan perdana menteri," kata Albert Yaloke Mokpeme seperti dikutip dari AFP, Jumat (11/6/2021).
Seorang mantan kepala staf Touadera, Ngrebada telah menjabat sejak awal 2019 di Republik Afrika Tengah (CAR), dinilai sebagai negara terbelakang kedua di dunia oleh PBB dan menderita akibat konflik sipil yang meletus pada tahun 2013.
Dia telah membantu menyusun kesepakatan damai Februari 2019 yang ditandatangani dengan kelompok pemberontak di Khartoum.
Touadera terpilih kembali pada bulan Desember dengan jumlah pemilih kurang satu dari tiga pemilih.
Pemungutan suara terhambat oleh kelompok-kelompok bersenjata yang pada saat itu menguasai sekitar dua pertiga negara, dan koalisi pemberontak melancarkan serangan di ibu kota Bangui jelang hari pemungutan suara.
Pemilihan legislatif sejak itu membuat United Hearts Movement (MCU) Touadera kekurangan kursi mayoritas di parlemen.
Perdana Menteri CAR mengumumkan pengunduran dirinya di Twitter, tetapi juru bicara Presiden Faustin Archange Touadera mengatakan bahwa dia dapat ditunjuk untuk memimpin pemerintahan yang baru.
"Kami akan tahu dalam beberapa jam jika presiden mempertahankan perdana menteri," kata Albert Yaloke Mokpeme seperti dikutip dari AFP, Jumat (11/6/2021).
Seorang mantan kepala staf Touadera, Ngrebada telah menjabat sejak awal 2019 di Republik Afrika Tengah (CAR), dinilai sebagai negara terbelakang kedua di dunia oleh PBB dan menderita akibat konflik sipil yang meletus pada tahun 2013.
Dia telah membantu menyusun kesepakatan damai Februari 2019 yang ditandatangani dengan kelompok pemberontak di Khartoum.
Touadera terpilih kembali pada bulan Desember dengan jumlah pemilih kurang satu dari tiga pemilih.
Pemungutan suara terhambat oleh kelompok-kelompok bersenjata yang pada saat itu menguasai sekitar dua pertiga negara, dan koalisi pemberontak melancarkan serangan di ibu kota Bangui jelang hari pemungutan suara.
Pemilihan legislatif sejak itu membuat United Hearts Movement (MCU) Touadera kekurangan kursi mayoritas di parlemen.
tulis komentar anda