Bawa 18 Jet Tempur Siluman F-35, Kapal Induk Inggris Akan Sambangi Korsel

Rabu, 09 Juni 2021 - 10:59 WIB
Pesawat jet tempur siluman F-35 militer Amerika Serikat. Foto/US Air Force/Staff Sgt. Corey Hook
SEOUL - Kapal induk HMS Queen Elizabeth militer Inggris akan mengunjungi sebuah pelabuhan di Busan, Korea Selatan, Agustus mendatang. Kapal militer raksasa itu akan membawa 18 jet tempur siluman F-35B .

Selama kunjungan nanti, militer kedua negara bersama Amerika Serikat (AS) diharapkan melakukan latihan militer gabungan.





Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan 18 jet tempur siluman F-35B yang akan dibawa terdiri dari sepuluh unit dari Skuadron Serangan Tempur VMFA-211 Marinir AS dan delapan unit dari Skuadron Nomor 617 Angkatan Udara Kerajaan Inggris.

“Kapal induk Kelas Queen Elizabeth dirancang secara internasional dan fakta bahwa mereka dapat mengoperasikan grup tempur udara campuran [AS-Inggris] adalah keuntungan strategis, menawarkan pilihan dan fleksibilitas bagi kedua negara,” kata kementerian itu, seperti dikutip Radio Free Asia (RFA), Rabu (9/6/2021).

Departemen Pertahanan AS mengatakan tidak ada yang spesifik tentang kunjungan kapal induk ke Korea Selatan pada bulan Agustus, ketika Seoul dan Washington diperkirakan akan mengadakan latihan militer gabungan.

Bruce Bennett, seorang peneliti pertahanan senior di RAND Corporation, mengatakan kepada kantor berita tersebut bahwa pesawat tempur siluman F-35B pernah dikerahkan selama latihan skala besar di Korea pada tahun 2017.



Bennett mengatakan kemungkinan jet-jet tempur F-35B itu akan dikerahkan dalam latihan dengan 24 unit F-35 yang sudah ada di Korea.

Amerika Serikat dan Korea Selatan mengurangi latihan militer selama pemerintahan Presiden Donald Trump, karena Washington berusaha meningkatkan hubungan dengan Pyongyang.

Korea Utara telah menuntut diakhirinya latihan militer gabungan tersebut dan mengeklaim bahwa itu adalah "latihan untuk invasi".

Selama sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat AS pada 18 Mei, Jenderal Paul LaCamera, yang akan memimpin Komando PBB dan Pasukan AS-Korea, mengatakan bahwa ia menyadari "risiko" bahwa latihan langsung dapat menjadi "potensi tawar-menawar".

"Tugas saya adalah mengidentifikasi risiko itu dan kemudian mencari cara untuk menguranginya," kata LaCamera.

Anggota Kabinet Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah menyatakan reaksi beragam terhadap latihan skala besar.

Menteri Unifikasi Korea Selatan Lee In-young mengatakan pada hari Minggu di sebuah program berita di jaringan KBS; "Latihan gabungan tidak boleh bekerja dengan cara yang menyebabkan atau semakin meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea."

Lee menyerukan fleksibilitas maksimum, dan meminta Korea Utara untuk merespons.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More