Covid-19 Dunia 25 Mei: 5,4 Juta Kasus, 345.036 Meninggal, 2,1 Juta Sembuh
Senin, 25 Mei 2020 - 09:35 WIB
WASHINGTON - Virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 hingga hari ini (25/5/2020) telah menyebabkan 345.036 orang meninggal di seluruh dunia. Total ada 5.406.537 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dengan 2.168.528 pasien berhasil disembuhkan.
Angka-angka itu merupakan data penghitungan John Hokins University (JHU) yang dikutip pukul 09.30 WIB. Menurut data tersebut, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. Disusul kemudian, Brasil, Rusia, Inggris dan Spanyol.
Berikut data enam negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia versi JHU:
1. Amerika Serikat: 1.643.098 kasus, 97.711 meninggal, 366.736 sembuh
2. Brasil: 363.211 kasus, 22.666 meninggal, 149.911 sembuh
3. Rusia: 344.381 kasus, 3.541 meninggal, 113.299 sembuh
4. United Kingdom (Inggris Raya): 260.916 kasus, 36.875 meninggal, 1.151 sembuh
5. Spanyol: 235.772 kasus, 28.752 meninggal, 150.376 sembuh
6. Italia: 229.858 kasus, 32.785 meninggal, 140.479 sembuh.
Dengan lonjakan kasus Covid-19 di Brasil, pemerintah Amerika Serikat melarang para pengunjung dari negeri Samba tersebut. Larangan berlaku bagi turis Brasil maupun orang asing yang telah berada di negara itu selama periode dua minggu.
Presiden Donald Trump sebelumnya sudah melarang masuk pengunjung dari Inggris, negara-negara Uni Eropa dan China. (Baca: AS Larang Masuk Turis Brasil karena Covid-19 Mengganas )
Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany menyatakan langkah terbaru Trump sebagai langkah yang dirancang untuk melindungi negara AS.
Larangan bepergian dari Brasil mulai diberlakukan Kamis malam. Seperti larangan lainnya, itu tidak berlaku untuk penduduk tetap yang sah. Pasangan, orang tua atau anak dari warga negara AS atau penduduk tetap yang sah juga akan diizinkan untuk memasuki Amerika.
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien pada hari Minggu mengatakan kepada CBS "Face the Nation" bahwa dia berharap langkah itu dapat dipertimbangkan kembali di beberapa titik.
"Kami berharap itu bersifat sementara, tetapi karena situasi di Brasil, kami akan mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk melindungi rakyat Amerika," kata O'Brien, yang dilansir Reuters.
Angka-angka itu merupakan data penghitungan John Hokins University (JHU) yang dikutip pukul 09.30 WIB. Menurut data tersebut, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. Disusul kemudian, Brasil, Rusia, Inggris dan Spanyol.
Berikut data enam negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia versi JHU:
1. Amerika Serikat: 1.643.098 kasus, 97.711 meninggal, 366.736 sembuh
2. Brasil: 363.211 kasus, 22.666 meninggal, 149.911 sembuh
3. Rusia: 344.381 kasus, 3.541 meninggal, 113.299 sembuh
4. United Kingdom (Inggris Raya): 260.916 kasus, 36.875 meninggal, 1.151 sembuh
5. Spanyol: 235.772 kasus, 28.752 meninggal, 150.376 sembuh
6. Italia: 229.858 kasus, 32.785 meninggal, 140.479 sembuh.
Dengan lonjakan kasus Covid-19 di Brasil, pemerintah Amerika Serikat melarang para pengunjung dari negeri Samba tersebut. Larangan berlaku bagi turis Brasil maupun orang asing yang telah berada di negara itu selama periode dua minggu.
Presiden Donald Trump sebelumnya sudah melarang masuk pengunjung dari Inggris, negara-negara Uni Eropa dan China. (Baca: AS Larang Masuk Turis Brasil karena Covid-19 Mengganas )
Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany menyatakan langkah terbaru Trump sebagai langkah yang dirancang untuk melindungi negara AS.
Larangan bepergian dari Brasil mulai diberlakukan Kamis malam. Seperti larangan lainnya, itu tidak berlaku untuk penduduk tetap yang sah. Pasangan, orang tua atau anak dari warga negara AS atau penduduk tetap yang sah juga akan diizinkan untuk memasuki Amerika.
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien pada hari Minggu mengatakan kepada CBS "Face the Nation" bahwa dia berharap langkah itu dapat dipertimbangkan kembali di beberapa titik.
"Kami berharap itu bersifat sementara, tetapi karena situasi di Brasil, kami akan mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk melindungi rakyat Amerika," kata O'Brien, yang dilansir Reuters.
(min)
tulis komentar anda