Israel Tuduh Hamas Ganggu Sinyal Iron Dome dari Gedung Media yang Dibom
Rabu, 09 Juni 2021 - 07:07 WIB
TEL AVIV - Israel tuduh gedung media Gaza yang dihancurkannya digunakan Hamas untuk menghambat sinyal pertahanan udara Iron Dome.
Israel kemudian menawarkan untuk membantu Associated Press (AP) membangun kembali bironya.
Duta Besar (Dubes) Israel untuk Amerika Serikat (AS) Gilad Erdan memberikan penjelasan paling rinci tentang keputusan menyerang gedung media itu saat dia bertemu dengan kepala kantor berita AP Gary Pruitt di kantor pusatnya di New York.
“Unit itu mengembangkan sistem jamming elektronik untuk digunakan melawan sistem pertahanan Iron Dome,” papar Erdan, mengacu pada perisai anti-rudal yang mencegat roket-roket Hamas.
Dia memuji peran Associated Press, salah satu kantor berita utama dunia bersama dengan Agence France-Presse dan Reuters.
Dia mengaku tidak membayangkan karyawan AP mengetahui dugaan penggunaan gedung oleh Hamas.
“Israel melakukan segala yang bisa dilakukan untuk memastikan tidak ada karyawan atau warga sipil yang terluka selama operasi penting ini,” papar dia dalam pernyataan yang dirilis sehari setelah pertemuannya dengan para eksekutif AP.
Dia menyebut Hamas adalah organisasi teroris genosida yang tidak menghargai pers. “Mereka sengaja menempatkan mesin terornya di wilayah sipil, termasuk di kantor-kantor yang digunakan oleh media internasional,” papar dia.
Erdan mengatakan Israel "bersedia membantu" Associated Press dalam membangun kembali kantornya di Gaza, yang dikendalikan Hamas.
AP dan kelompok hak media internasional sebelumnya menyerukan penyelidikan independen atas tuduhan bahwa gedung Menara Jala itu digunakan Hamas.
Serangan udara Israel juga menghancurkan kantor Al Jazeera, jaringan televisi yang berbasis di Qatar yang sering membuat jengkel Israel dan negara-negara Arab dengan liputannya.
Pemilik Menara Jala tidak berhasil memohon 10 menit waktu tambahan untuk membiarkan Al Jazeera mengambil peralatannya tetapi seorang perwira Israel menolak permintaan itu dan melanjutkan rencana serangan.
Serangan itu terjadi selama eskalasi militer 10-21 Mei, dengan Hamas menembakkan roket ke Israel sebagai tanggapan atas apa yang dianggapnya sebagai provokasi di Yerusalem terhadap penduduk Palestina.
Serangan Israel menewaskan 260 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan beberapa pejuang, serta melukai lebih dari 1.900 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
“Roket dan tembakan lainnya dari Gaza menewaskan 13 orang di Israel, termasuk seorang anak dan remaja Arab-Israel dan seorang tentara Israel,” papar petugas medis dan militer.
Sekitar 357 orang di Israel terluka akibat serangan roket pejuang Hamas.
Israel kemudian menawarkan untuk membantu Associated Press (AP) membangun kembali bironya.
Duta Besar (Dubes) Israel untuk Amerika Serikat (AS) Gilad Erdan memberikan penjelasan paling rinci tentang keputusan menyerang gedung media itu saat dia bertemu dengan kepala kantor berita AP Gary Pruitt di kantor pusatnya di New York.
“Unit itu mengembangkan sistem jamming elektronik untuk digunakan melawan sistem pertahanan Iron Dome,” papar Erdan, mengacu pada perisai anti-rudal yang mencegat roket-roket Hamas.
Dia memuji peran Associated Press, salah satu kantor berita utama dunia bersama dengan Agence France-Presse dan Reuters.
Dia mengaku tidak membayangkan karyawan AP mengetahui dugaan penggunaan gedung oleh Hamas.
“Israel melakukan segala yang bisa dilakukan untuk memastikan tidak ada karyawan atau warga sipil yang terluka selama operasi penting ini,” papar dia dalam pernyataan yang dirilis sehari setelah pertemuannya dengan para eksekutif AP.
Dia menyebut Hamas adalah organisasi teroris genosida yang tidak menghargai pers. “Mereka sengaja menempatkan mesin terornya di wilayah sipil, termasuk di kantor-kantor yang digunakan oleh media internasional,” papar dia.
Erdan mengatakan Israel "bersedia membantu" Associated Press dalam membangun kembali kantornya di Gaza, yang dikendalikan Hamas.
AP dan kelompok hak media internasional sebelumnya menyerukan penyelidikan independen atas tuduhan bahwa gedung Menara Jala itu digunakan Hamas.
Serangan udara Israel juga menghancurkan kantor Al Jazeera, jaringan televisi yang berbasis di Qatar yang sering membuat jengkel Israel dan negara-negara Arab dengan liputannya.
Pemilik Menara Jala tidak berhasil memohon 10 menit waktu tambahan untuk membiarkan Al Jazeera mengambil peralatannya tetapi seorang perwira Israel menolak permintaan itu dan melanjutkan rencana serangan.
Serangan itu terjadi selama eskalasi militer 10-21 Mei, dengan Hamas menembakkan roket ke Israel sebagai tanggapan atas apa yang dianggapnya sebagai provokasi di Yerusalem terhadap penduduk Palestina.
Serangan Israel menewaskan 260 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan beberapa pejuang, serta melukai lebih dari 1.900 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
“Roket dan tembakan lainnya dari Gaza menewaskan 13 orang di Israel, termasuk seorang anak dan remaja Arab-Israel dan seorang tentara Israel,” papar petugas medis dan militer.
Sekitar 357 orang di Israel terluka akibat serangan roket pejuang Hamas.
(sya)
tulis komentar anda