Aneh, Ilmuwan China Patenkan Vaksin COVID-19 sebelum Pandemi Diumumkan
Selasa, 08 Juni 2021 - 09:44 WIB
BEIJING - Seorang ilmuwan militer China mengajukan paten untuk vaksin COVID-19 sebelum pandemi diumumkan secara resmi. Kejanggalan itu semakin menjadi-jadi karena dia meninggal secara misterius beberapa minggu kemudian.
Yusen Zhou, yang bekerja untuk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengajukan dokumen atas nama partai politik China pada 24 Februari tahun lalu.
Kasus pertama COVID-19 dilaporkan di Wuhan pada Desember 2019—tetapi Organisasi Kesehatan Dunia tidak menyatakan pandemi hingga 11 Maret 2020.
Itu berarti paten vaksin diajukan tidak lama setelah China pertama kali mengakui ada penularan COVID-19 dari manusia ke manusia—dan dua minggu sebelum pandemi diumumkan secara resmi.
"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya, menimbulkan pertanyaan apakah pekerjaan ini mungkin telah dimulai jauh lebih awal," kata Profesor Nikolai Petrovsky, dari Universitas Flinders, kepada The Australian.
Menurut surat kabar itu, Zhou "bekerja erat" dengan para ilmuwan di Institut Virologi Wuhan, termasuk Shi Zhengli—sosok yang dijuluki "batwoman [perempuan kelelawar]" karena pekerjaannya untuk virus corona pada kelelawar.
Namun Zhou secara misterius meninggal kurang dari tiga bulan setelah dia mengajukan paten untuk vaksin tersebut.
Menurut laporan The New York Post, kematian Zhou pada Mei tahun lalu hanya dilaporkan dalam satu laporan media China, meskipun faktanya dia adalah salah satu ilmuwan terkemuka di negara itu.
Yusen Zhou, yang bekerja untuk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengajukan dokumen atas nama partai politik China pada 24 Februari tahun lalu.
Kasus pertama COVID-19 dilaporkan di Wuhan pada Desember 2019—tetapi Organisasi Kesehatan Dunia tidak menyatakan pandemi hingga 11 Maret 2020.
Itu berarti paten vaksin diajukan tidak lama setelah China pertama kali mengakui ada penularan COVID-19 dari manusia ke manusia—dan dua minggu sebelum pandemi diumumkan secara resmi.
"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya, menimbulkan pertanyaan apakah pekerjaan ini mungkin telah dimulai jauh lebih awal," kata Profesor Nikolai Petrovsky, dari Universitas Flinders, kepada The Australian.
Menurut surat kabar itu, Zhou "bekerja erat" dengan para ilmuwan di Institut Virologi Wuhan, termasuk Shi Zhengli—sosok yang dijuluki "batwoman [perempuan kelelawar]" karena pekerjaannya untuk virus corona pada kelelawar.
Namun Zhou secara misterius meninggal kurang dari tiga bulan setelah dia mengajukan paten untuk vaksin tersebut.
Menurut laporan The New York Post, kematian Zhou pada Mei tahun lalu hanya dilaporkan dalam satu laporan media China, meskipun faktanya dia adalah salah satu ilmuwan terkemuka di negara itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda