Tolak Pembangunan Kampus China, Ribuan Warga Hongaria Turun ke Jalan
Minggu, 06 Juni 2021 - 08:11 WIB
BUDAPEST - Ribuan warga Hongaria , beberapa dari mereka memegang spanduk yang menyatakan "Pengkhianatan", pada Sabtu memprotes rencana universitas China untuk membuka kampus di Ibu Kota negara itu, Budapest.
Kelompok liberal yang bersebrangan dengan Perdana Menteri Viktor Orban, yang nasionalis, menuduhnya merasa nyaman berhubungan dengan China. Mereka khawatir keberadaan kampus China dapat melemahkan kualitas pendidikan tinggi dan membantu Beijing meningkatkan pengaruhnya di Hongaria dan Uni Eropa.
"Saya tidak setuju dengan penguatan hubungan feodal negara kami dengan China," ujar Patrik, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, saat protes di ibukota Hongaria.
"Dana harus digunakan untuk meningkatkan universitas kita sendiri daripada membangun universitas China," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/6/2021).
Pemerintah Hongaria menandatangani perjanjian dengan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai pada bulan April untuk membangun kampus di sebuah lokasi di Budapest yang sebelumnya direncanakan untuk pembangunan sebuah desa asrama bagi mahasiswa Hongaria.
Pemerintah Hongaria mengatakan Fudan adalah institusi kelas dunia dan kampus akan memungkinkan siswa untuk belajar dari yang terbaik.
Kantor berita MTI mengutip Tamas Schanda, seorang wakil menteri pemerintah, yang mengatakan aksi protes itu sebagai sesuatu yang tidak perlu dan menolak "histeria politik" berdasarkan gosip serta laporan media yang tidak berdasar.
Politisi oposisi dan ekonom telah mengkritik apa yang mereka katakan akan menjadi biaya proyek yang tinggi dan kurangnya transparansi. Wali Kota Budapest sendiri menentang rencana tersebut.
"Fidesz menjual grosir perumahan mahasiswa Hongaria, dan masa depan mereka, hanya agar dapat membawa universitas elit kediktatoran China ke negara itu," kata penyelenggara protes di Facebook.
Beijing minggu ini mengatakan "beberapa politisi Hongaria" berusaha menarik perhatian dan menghalangi kerja sama antara China dan Hongaria.
Orban telah membangun hubungan baik dengan China, Rusia, dan pemerintah tidak liberal lainnya, sambil bersitegang dengan sekutu Barat dengan membatasi independensi penelitian ilmiah, peradilan, dan media.
Dia menghadapi sikap oposisi terpadu untuk pertama kalinya sejak mengambil alih kekuasaan pada 2010 sebelum pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 2022.
Kelompok liberal yang bersebrangan dengan Perdana Menteri Viktor Orban, yang nasionalis, menuduhnya merasa nyaman berhubungan dengan China. Mereka khawatir keberadaan kampus China dapat melemahkan kualitas pendidikan tinggi dan membantu Beijing meningkatkan pengaruhnya di Hongaria dan Uni Eropa.
"Saya tidak setuju dengan penguatan hubungan feodal negara kami dengan China," ujar Patrik, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, saat protes di ibukota Hongaria.
"Dana harus digunakan untuk meningkatkan universitas kita sendiri daripada membangun universitas China," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/6/2021).
Pemerintah Hongaria menandatangani perjanjian dengan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai pada bulan April untuk membangun kampus di sebuah lokasi di Budapest yang sebelumnya direncanakan untuk pembangunan sebuah desa asrama bagi mahasiswa Hongaria.
Pemerintah Hongaria mengatakan Fudan adalah institusi kelas dunia dan kampus akan memungkinkan siswa untuk belajar dari yang terbaik.
Kantor berita MTI mengutip Tamas Schanda, seorang wakil menteri pemerintah, yang mengatakan aksi protes itu sebagai sesuatu yang tidak perlu dan menolak "histeria politik" berdasarkan gosip serta laporan media yang tidak berdasar.
Politisi oposisi dan ekonom telah mengkritik apa yang mereka katakan akan menjadi biaya proyek yang tinggi dan kurangnya transparansi. Wali Kota Budapest sendiri menentang rencana tersebut.
"Fidesz menjual grosir perumahan mahasiswa Hongaria, dan masa depan mereka, hanya agar dapat membawa universitas elit kediktatoran China ke negara itu," kata penyelenggara protes di Facebook.
Beijing minggu ini mengatakan "beberapa politisi Hongaria" berusaha menarik perhatian dan menghalangi kerja sama antara China dan Hongaria.
Orban telah membangun hubungan baik dengan China, Rusia, dan pemerintah tidak liberal lainnya, sambil bersitegang dengan sekutu Barat dengan membatasi independensi penelitian ilmiah, peradilan, dan media.
Dia menghadapi sikap oposisi terpadu untuk pertama kalinya sejak mengambil alih kekuasaan pada 2010 sebelum pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 2022.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda