Oposisi Myanmar Hilang Kepercayaan Terhadap ASEAN
Sabtu, 05 Juni 2021 - 14:00 WIB
"Pemerintah NUG akan menyerukan perang di beberapa titik. Ketika saatnya tiba, kita harus bekerja sama untuk mengalahkan junta," katanya.
"Saat ini, tidak penting siapa pemimpinnya, yang penting adalah mengalahkan musuh bersama - rezim teroris," serunya.
Pemimpin junta Min Aung Hlaing pada Jumat kemarin bertemu dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi dan Erywan Yusof, Menteri Luar Negeri Kedua untuk ketua ASEAN Brunei, Myawaddy TV yang dikelola militer melaporkan.
Dikatakan pertemuan itu membahas kerja sama Myanmar dalam masalah kemanusiaan, mengadakan pemilu setelah negara itu stabil, dan apa yang dikatakannya adalah penyimpangan dalam pemilu tahun lalu, yang menyebabkan intervensi militer.
Jenderal tertinggi Myanmar itu mengatakan junta akan mengadakan pemilu baru ketika situasi telah kembali normal, menurut pernyataan itu, tanpa memberikan rincian.
Militer, yang memerintah Myanmar dari tahun 1962 hingga 2011, telah berjanji untuk mengembalikan demokrasi dalam waktu dua tahun.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari lima poin konsensus yang dicapai pada pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta pada akhir April, yang dihadiri oleh Min Aung Hlaing dan dirayakan oleh ASEAN sebagai sebuah terobosan.
ASEAN belum mengumumkan kunjungan itu dan tidak jelas apakah para utusan itu berencana untuk bertemu dengan penentang junta atau pemangku kepentingan lainnya.
Pertemuan Min Aung Hlaing dengan para utusan ASEAN terjadi sehari setelah ia bertemu dengan kepala Palang Merah Internasional.
"Saat ini, tidak penting siapa pemimpinnya, yang penting adalah mengalahkan musuh bersama - rezim teroris," serunya.
Pemimpin junta Min Aung Hlaing pada Jumat kemarin bertemu dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi dan Erywan Yusof, Menteri Luar Negeri Kedua untuk ketua ASEAN Brunei, Myawaddy TV yang dikelola militer melaporkan.
Dikatakan pertemuan itu membahas kerja sama Myanmar dalam masalah kemanusiaan, mengadakan pemilu setelah negara itu stabil, dan apa yang dikatakannya adalah penyimpangan dalam pemilu tahun lalu, yang menyebabkan intervensi militer.
Jenderal tertinggi Myanmar itu mengatakan junta akan mengadakan pemilu baru ketika situasi telah kembali normal, menurut pernyataan itu, tanpa memberikan rincian.
Baca Juga
Militer, yang memerintah Myanmar dari tahun 1962 hingga 2011, telah berjanji untuk mengembalikan demokrasi dalam waktu dua tahun.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari lima poin konsensus yang dicapai pada pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta pada akhir April, yang dihadiri oleh Min Aung Hlaing dan dirayakan oleh ASEAN sebagai sebuah terobosan.
ASEAN belum mengumumkan kunjungan itu dan tidak jelas apakah para utusan itu berencana untuk bertemu dengan penentang junta atau pemangku kepentingan lainnya.
Pertemuan Min Aung Hlaing dengan para utusan ASEAN terjadi sehari setelah ia bertemu dengan kepala Palang Merah Internasional.
tulis komentar anda