Netanyahu Pilih Ribut dengan AS Daripada Melihat Iran Bersenjata Nuklir
Rabu, 02 Juni 2021 - 12:17 WIB
Menanggapi pernyataan Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan bahwa sementara Iran merupakan ancaman terhadap stabilitas regional dan perdamaian dunia, setiap ketidaksepakatan antara Israel dan AS akan diselesaikan dengan menggunakan dialog pribadi langsung dan bukan dengan provokasi, yang mungkin mengganggu keamanan Israel.
Netanyahu telah terbuka tentang niatnya untuk menggagalkan Washington bergabung kembali dengan perjanjian JCPOA – salah satu janji utama kebijakan luar negeri Joe Biden.
“Seharusnya tidak ada kembalinya perjanjian nuklir Iran tahun 2015 – kesepakatan yang cacat pada dasarnya,” kata Netanyahu sebelumnya.
Wina telah menjadi tuan rumah putaran kelima negosiasi JCPOA dengan Iran dalam upaya untuk mengembalikan perjanjian ke bentuk aslinya. Setelah putaran keempat negosiasi berakhir pada pertengahan Mei, kedua pihak menyatakan optimisme dengan hati-hati bahwa kesepakatan hampir tercapai.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan para pihak sepakat untuk mengadakan konsultasi ahli dan teknis, serta menyusun perjanjian.
Tiga kelompok kerja telah dibuat; dua bekerja untuk mencabut sanksi AS dan masalah nuklir, sementara yang ketiga mencari urutan langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan kesepakatan nuklir. JCPOA, yang disepakati pada 2015, secara sepihak ditinggalkan oleh Washington pada 2018, dengan AS memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Iran menyatakan bahwa program nuklirnya tetap damai dan tidak berniat untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, setelah mantan Presiden Donald Trump mengabaikan kesepakatan itu, Teheran mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan kepatuhannya terhadap JCPOA.
Teheran secara bertahap mulai memperkaya uranium hingga 20 persen, melampaui level 3,67 persen yang ditetapkan dalam perjanjian.
Menurut IAEA, stok uranium yang diperkaya Iran diperkirakan sekitar 3,241 kg per 22 Mei. Ini jauh melebihi batas 202,8 kg yang ditetapkan oleh JCPOA.
Netanyahu telah terbuka tentang niatnya untuk menggagalkan Washington bergabung kembali dengan perjanjian JCPOA – salah satu janji utama kebijakan luar negeri Joe Biden.
“Seharusnya tidak ada kembalinya perjanjian nuklir Iran tahun 2015 – kesepakatan yang cacat pada dasarnya,” kata Netanyahu sebelumnya.
Wina telah menjadi tuan rumah putaran kelima negosiasi JCPOA dengan Iran dalam upaya untuk mengembalikan perjanjian ke bentuk aslinya. Setelah putaran keempat negosiasi berakhir pada pertengahan Mei, kedua pihak menyatakan optimisme dengan hati-hati bahwa kesepakatan hampir tercapai.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan para pihak sepakat untuk mengadakan konsultasi ahli dan teknis, serta menyusun perjanjian.
Tiga kelompok kerja telah dibuat; dua bekerja untuk mencabut sanksi AS dan masalah nuklir, sementara yang ketiga mencari urutan langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan kesepakatan nuklir. JCPOA, yang disepakati pada 2015, secara sepihak ditinggalkan oleh Washington pada 2018, dengan AS memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Iran menyatakan bahwa program nuklirnya tetap damai dan tidak berniat untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, setelah mantan Presiden Donald Trump mengabaikan kesepakatan itu, Teheran mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan kepatuhannya terhadap JCPOA.
Teheran secara bertahap mulai memperkaya uranium hingga 20 persen, melampaui level 3,67 persen yang ditetapkan dalam perjanjian.
Menurut IAEA, stok uranium yang diperkaya Iran diperkirakan sekitar 3,241 kg per 22 Mei. Ini jauh melebihi batas 202,8 kg yang ditetapkan oleh JCPOA.
tulis komentar anda