Giliran Prancis dan Jerman Tuntut Penjelasan AS-Denmark Soal Aksi Spionase
Selasa, 01 Juni 2021 - 14:44 WIB
PARIS - Respons terhadap laporan aksi spionase yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dengan bantuan badan intelijen Denmark kepada sejumlah pemimpin Eropa terus bergulir. Setelah sebelumnya Swedia dan Norwegia menuntut penjelasan, kini giliran Prancis dan Jerman yang meminta hal serupa.
Prancis dan Jerman meminta penjelasan secara penuh atas laporan yang mengklaim salah satu badan intelijen Denmark membantu AS memata-matai beberapa pejabat senior Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel . Hal itu diungkapkan Presiden Prancis Emmanuel Macron .
"Jika informasinya benar, praktik ini tidak dapat diterima antara sekutu, dan bahkan kurang dapat diterima antara sekutu dan mitra Eropa," kata Macron dalam sebuah pernyataan kepada pers setelah pertemuan puncak Perancis-Jerman secara virtual seperti dikutip dari CNN, Selasa (1/6/2021).
Sementara itu, Merkel mengatakan dia setuju dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa penyadapan antara sekutu tidak dapat diterima.
"Tidak ada yang berubah dalam sikap kami terhadap klarifikasi yang diberikan oleh pendahulunya pada saat itu," kata Merkel, merujuk pada klaim awal yang diajukan pada 2013.
"Kami fokus pada hubungan saat ini dan saling percaya. Dan apa yang benar pada saat itu masih berlaku sampai sekarang," imbuhnya.
"Saya lega bahwa pemerintah Denmark, menteri pertahanan, menyatakan dengan sangat jelas apa yang dia pikirkan tentang hal-hal ini dan sejauh itu saya melihat dasar yang baik, tidak hanya untuk mengklarifikasi masalah, tetapi untuk benar-benar membangun hubungan saling percaya," tambah Merkel.
Juru bicara Merkel, Steffen Seibert mengatakan, pemerintah federal Jerman sedang berhubungan dengan semua otoritas internasional dan nasional yang relevan untuk mencapai kejelasan tentang masalah tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Norwegia dan Swedia telah menuntut penjelasan dari Kopenhagen menyusul pengungkapan peran Badan Intelijen Pertahanan Denmark dalam membantu AS mata-matai pemimpin Eropa. Kabar soal kegiatan spionase ini pertama kali diungkapkan Danmarks Radio (DR).
Prancis dan Jerman meminta penjelasan secara penuh atas laporan yang mengklaim salah satu badan intelijen Denmark membantu AS memata-matai beberapa pejabat senior Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel . Hal itu diungkapkan Presiden Prancis Emmanuel Macron .
"Jika informasinya benar, praktik ini tidak dapat diterima antara sekutu, dan bahkan kurang dapat diterima antara sekutu dan mitra Eropa," kata Macron dalam sebuah pernyataan kepada pers setelah pertemuan puncak Perancis-Jerman secara virtual seperti dikutip dari CNN, Selasa (1/6/2021).
Sementara itu, Merkel mengatakan dia setuju dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa penyadapan antara sekutu tidak dapat diterima.
"Tidak ada yang berubah dalam sikap kami terhadap klarifikasi yang diberikan oleh pendahulunya pada saat itu," kata Merkel, merujuk pada klaim awal yang diajukan pada 2013.
"Kami fokus pada hubungan saat ini dan saling percaya. Dan apa yang benar pada saat itu masih berlaku sampai sekarang," imbuhnya.
"Saya lega bahwa pemerintah Denmark, menteri pertahanan, menyatakan dengan sangat jelas apa yang dia pikirkan tentang hal-hal ini dan sejauh itu saya melihat dasar yang baik, tidak hanya untuk mengklarifikasi masalah, tetapi untuk benar-benar membangun hubungan saling percaya," tambah Merkel.
Juru bicara Merkel, Steffen Seibert mengatakan, pemerintah federal Jerman sedang berhubungan dengan semua otoritas internasional dan nasional yang relevan untuk mencapai kejelasan tentang masalah tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Norwegia dan Swedia telah menuntut penjelasan dari Kopenhagen menyusul pengungkapan peran Badan Intelijen Pertahanan Denmark dalam membantu AS mata-matai pemimpin Eropa. Kabar soal kegiatan spionase ini pertama kali diungkapkan Danmarks Radio (DR).
tulis komentar anda